Kesimpulan 1 Berdasarkan karakteristik sosiodemografi diperoleh bahwa proporsi penderita Saran

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 6.1.1 Berdasarkan karakteristik sosiodemografi diperoleh bahwa proporsi penderita PPOK yang dirawat inap di RSUP HAM Medan tertinggi yaitu pada kelompok umur ≥ 60 tahun sebesar 64,5, jenis kelamin laki-laki 86,5, agama Protestan 56,4, pendidikan tamat SMAsederajat 61,8, pekerjaan pensiunan 36,4, dan tempat tinggal di luar kota Medan 67,3. 6.1.2 Berdasarkan keadaan medis, keluhan tertinggi adalah sesak napas dengan proporsi 100, stadium ringan 50, riwayat penyakit terdahulu TB Paru dan Hipertensi masing-masing 28,4, komplikasi eksaserbasi 63,1, dan riwayat penderita yang merokok 70,9. 6.1.3 Lama rawatan rata-rata adalah 7,44 hari. 6.1.4 Proporsi penderita berdasarkan sumber pembiayaan tertinggi yaitu bukan biaya sendiri sebesar 84,5. Proporsi terbanyak penderita yang menggunakan bukan biaya sendiri yaitu Askes 70,9. 6.1.5 Proporsi penderita berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan yaitu 77,3. 6.1.6 Uji Chi Square tidak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan jenis kelamin, pekerjaan, komplikasi berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya, riwayat merokok berdasarkan keadaan sewaktu pulang. 6.1.7 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara riwayat merokok berdasarkan komplikasi p=0,214. Universitas Sumatera Utara 6.1.8 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan komplikasi p=0,454 6.1.9 Ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya p=0,001. 6.1.10 Ada perbedaan yang bermakna antara kejadian komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang p=0,008

6.2. Saran

6.2.1 Diharapkan kepada pihak RSUP HAM Medan untuk melengkapi pencatatan kartu status seperti tingkat keparahan, lama merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi, dan jenis penyakit sebelumnya sehingga memudahkan analisis data. 6.2.2 Diharapkan kepada pihak RSUP HAM Medan untuk melanjutkan program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS secara berkala dan penyakit yang lebih spesifik khususnya PPOK untuk memaparkan penanganan dini dan pencegahan kepada keluarga penderita. 6.2.3 Diharapkan kepada penderita yang masih merokok untuk tidak merokok sehingga memperlambat progresivitas PPOK dan penderita yang masih terpapar dengan bahan allergen agar mengurangi paparan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian PPOK Menurut Europan Respiratory Society 1995, PPOK adalah kondisi keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Kondisi ini berkaitan dengan terjadinya inflamasi disebabkan respon paru- paru terhadap partikel atau gas yang beracun. Menurut National Collaborating Centre for Chronic Conditions 2004, PPOK adalah penyakit yang ditandai dengan obstruksi aliran udara, bersifat irrevesibel, dan sebagian besar disebabkan karena merokok. 16 Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Penyakit Paru Obstruksi Kronis PPOK adalah penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang terus menerus dan bersifat progresif dan biasanya berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronis terhadap partikel dan gas berbahaya pada saluran udara pernapasan. 3 Banyak istilah yang dipakai untuk Penyakit Paru Obstruksi Kronik PPOK antara lain Emphysema and Chronic Bronchitis Syndrome, Chronic Obstrucyive Broncho Pulmonary Disease, Chronic Airways Obstructive, Chronic Obstructive Lung Disease, Chronic Aspesific Respiratory Affection CARA, Chronic Non Spesific Lung Disease CNSLD , dan pada tahun 1970 menjadi Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD. 17 Penyakit ini bersifat progresif, artinya penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan dari tahun ke tahun akan semakin memburuk. Penderita yang Universitas Sumatera Utara mengalami PPOK ini mengalami kesulitan bernapas, batuk yang rutin, dan intoleransi aktivitas. 18,19 Keadaan ini lama kelamaan akan timbul komplikasi lain seperti gagal pernapasan. 20 Sistem pernapasan adalah keterpaduan beberapa struktur yang terlibat dalam proses respirasi. Struktur utama sistem pernapasan adalah saluran udara pernapasan yang terdiri dari jalan napas, saluran napas, dan paru. Jalan napas memiliki bagian yaitu nares lubang hidung, hidung bagian luar, hidung bagian dalam, sinus paranasal, faring, dan laring. Sedangkan saluran napas adalah trakea, bronkus, dan bronkiolus. Parenkim paru adalah organ berupa kumpulan alveoli yang mengelilingi cabang bronkus. Paru-paru merupakan tempat pertukaran karbondioksida yang berasal dari darah menjadi oksigen untuk digunakan kembali. Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru- paru bagian kiri yang memiliki 2 lobus dan paru- paru kanan yang memiliki 3 lobus. Pada kedua bagian paru ini terdapat sekitar 1500 km aliran udara dan ada sebanyak 300- 500 juta alveoli yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara. 21 Penyakit paru yang secara klinis dapat menyebabkan PPOK adalah bronkitis kronis, emfisema pulmonal, dan asma bronkial. Beberapa penyakit kronis yang dapat menyebabkan fibrosis seperti tuberkulosis dan sarkoidosis atau yang mengakibatkan peradangan seperti bronkiektasis dan fibrosis kistik yang dapat menyebabkan obstruksi yang bersifat irreversibel dan produksi mukus yang bersifat kronis biasanya tidak dimasukkan ke dalam PPOK. 16 Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Bronkitis Kronis

Bronkitis kronis adalah batuk produktif kronis yang menghasilkan lendir berlebihan di dalam bronki minimal selama 3 bulan per tahun paling tidak selama 2 tahun berturut- turut. Sputum yang dihasilkan bisa saja mukoid atau mukopurulen. 22 Hal ini disebabkan terjadinya perubahan patologis seperti hipertrofi dan hiperplasia pada sel-sel penghasil mukus di bronkus. Selain itu silia yang melapisi bronkus mengalami disfungsional dan metaplasia sehingga mengganggu sistem mukosiliaris dan menyebabkan terakumulasinya mukus yang mengental sehingga sulit untuk dikeluarkan dari saluran napas. Mukus yang mengental tersebut akan menjadi tempat perkembangbiakan yang baik untuk mikroorganisme sehingga terjadi inflamasi di daerah saluran napas. Hal ini menyebabkan terjadinya edema di daerah jaringan serta perubahan bentuk dari paru. 23 Jika terjadi infeksi yang berulang akan mengakibatkan kerusakan yang menetap pada saluran udara dan terbentuk jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada saluran perifer kecil.

2.1.2 Emfisema Pulmonal

24 Emfisema pulmonal adalah perubahan anatomis pada parenkim paru yang ditandai dengan perbesaran abnormal duktus alveoli, kerusakan alveolar, dan kerusakan dinding alveolar. Hilangnya elastisitas paru dapat memengaruhi alveolus dan bronkus. Emfisema lebih sering menyerang lobus bagian bawah. Pada keadaan normal bronkioli memiliki ikatan yang kuat untuk menyangga dan menjaga saluran pernapasan terbuka. Namun pada emfisema, alveoli mengalami kerusakan sehingga Universitas Sumatera Utara alveoli kehilangan struktur penyangganya. Sehingga pada saat terjadi ekspirasi bronkioli akan mengerut dan saluran udara menyempit. Rokok merupakan faktor determinan yang paling memengaruhi penyakit ini. Saat ini diketahui lebih dari 4.000 zat kimia racun yang memengaruhi keseimbangan antara antiprotease dengan protease di dalam paru-paru yang menyebabkan kerusakan permanen. Pada emfisema tahap lanjut ditemukan : a. Hiperinflasi dada Diafragma datar dan rendah dengan pergerakan yang terbatas saat inspirasi dan ekspirasi. Peningkatan diameter anteroposterior dada dengan perluasan pada rongga retrosternal barrel chest. Penampakan bagian jantung yang tipis, panjang, dan sempit. Hal ini disebabkan oleh inflasi berlebihan dan diafragma rendah. b. Perubahan vaskular Paru secara umum dipengaruhi oleh distribusi vaskularisasi pulmonal yang secara abnormal tidak rata sehingga pembuluh darah menjadi tipis disertai hilangnya gradasi halus normal dari pembuluh darah yang berasal dari hilus dan perifer. c. Bullae Rongga menyerupai kista sering terbentuk akibat robeknya jaringan alveolus yang melebar. Pada foto dada, rongga tersebut tampak sebagai daerah translusen dengan dindingnya terlihat sebagai bayangan kurva linear menyerupai garis rambut.

2.1.3 Asma Bronkial

Asma bronkial adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya peningkatan reaktivitas saluran pernapasan terhadap berbagai rangsangan sehingga Universitas Sumatera Utara menimbulkan sesak napas. 17 Pada keadaan normal, aliran udara dari hidung sampai ke alveoli tidak mengalami hambatan. Namun ketika terjadi serangan asma, aliran udara pada saluran pernapasan menjadi lambat. Hal ini disebabkan terjadinya penyempitan saluran napas yaitu otot-otot saluran napas berkerut bronkopasme, terjadinya pembengkakan sel- sel permukaan saluran napas, dan produksi mukus kental yang berlebihan sehingga menghambat saluran napas kecil. 25 Peradangan saluran napas dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan perubahan bentuk pada saluran napas dengan meningkatnya otot polos, adanya gangguan epitel pada permukaan, meningkatnya kolagen, dan penebalan membran dasar. Perlu dilakukan penanganan yang tepat pada penderita asma agar tidak tejadi hal di atas untuk mengurangi kecenderungan menjadi PPOK. 15 Ketiga penyakit ini dapat disebut sebagai PPOK apabila tingkat keparahannya sudah tahap lanjut dan bersifat progresif. 21

2.2 Patogenesis PPOK