Pencegahan PPOK .1 Pencegahan Primer

partikel debu organik seperti debu kapas, debu padi, dan debu kayu. Bagi mereka yang sering terpajan dengan klorin, amonia, sulfur dioksida, toluen diisosianat, asap diesel, kromium, sulfur, natrium dioksida, dan aldehid juga berisiko terkena PPOK. 35 Insiden PPOK lebih tinggi pada golongan sosio ekonomi rendah, terutama yang tinggal di daerah perkotaan. Hal ini dikaitkan dengan tempat tinggal mereka yang kumuh, lembab, dan kepadatan penduduk yang memudahkan terjadinya penyebaran infeksi saluran pernapasan. Gaya hidup mereka yang banyak merokok dan tingginya paparan polusi pekerjaan juga memengaruhi tingginya kasus PPOK di lingkungan ini. 29 Di beberapa wilayah regional seperti di Afrika dan Asia masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak dengan ventilasi yang buruk. Hal inilah yang mengakibatkan ibu rumahtangga banyak yang menderita PPOK. 36 d. Pertumbuhan paru yang tidak optimal Hai ini berkaitan dengan pola konsumsi pada masa kehamilan, berat lahir yang rendah, dan pajanan faktor risiko sewaktu anak-anak. Tetapi hal ini masih dugaan dan belum dapat dibuktikan. 1 2.6 Pencegahan PPOK 2.6.1 Pencegahan Primer 26 a. Pendidikan mengenai PPOK Hal ini bertujuan untuk menginformasikan faktor risiko PPOK dan faktor yang dapat memperparah penyakit kepada orang yang berisiko dan keluarganya agar dapat menghindari faktor pencetus tersebut. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti penyuluhan di lingkungan masyarakat, di lingkungan kerja terutama lingkungan yang memiliki risiko tinggi terhadap PPOK seperti daerah industri yang Universitas Sumatera Utara mengandung banyak partikel berbahaya, dan lingkungan sekolah untuk berupa pencegahan dini untuk tidak merokok karena ini merupakan faktor pencetus yang paling utama. b. Mengurangi paparan iritan lingkungan Iritan lingkungan tersebut antara lain asap rokok, polutan tempat kerja, dan udara dingin. Rokok merupakan faktor utama pencetus PPOK. Selain itu rokok juga dapat memperparah keadaan penderita. Untuk itu rokok harus dihindari, sekitar 10-15 perokok menderita PPOK. Angka kematian PPOK pada perokok juga lebih tinggi dibanding yang bukan perokok. 21 Polutan juga dapat memperberat kondisi penderita PPOK, selain bersifat iritan terhadap saluran pernapasan. Penggunaan alat pelindung diri APD sangat penting dalam mengurangi paparan polutan. Udara dingin berhubungan dengan peningkatan reaktivitas saluran napas pada penderita asma bronkial. c. Menjaga berat badan ideal Kondisi berat badan yang berlebih dapat mengakibatkan otot-otot pernapasan harus bekerja lebih keras, diafragma terdorong ke atas dan menekan paru bagian bawah, sehingga mengakibatkan gangguan keseimbangan ventilasi perfusi. Menjaga berat badan agar tetap ideal perlu dilakukan untuk mengurangi beban kerja paru, selain untuk menghindari risiko timbulnya penyakit lainnya. d. Predisposisi genetik Hal ini berkaitan dengan riwayat keluarga yang menderita emfisema, mengingat adanya kelainan defisiensi α-1-antitripsin yang diturunkan secara autosomal. Universitas Sumatera Utara Faktor risiko yang masih dapat dicegah seperti merokok, polutan, dan yang lainnya untuk dihindari. e. Nutrisi yang cukup Wanita hamil perlu mengonsumsi gizi yang cukup agar pembentukan organ bayi dapat terbentuk dengan sempurna. Karena pembentukan organ paru yang tidak sempurna sewaktu bayi menjadi salah satu faktor risiko PPOK.

2.6.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan diagnosa dini pada penderita agar dengan cepat dapat ditangani sehingga tidak semakin buruk dan bahkan terkena komplikasi. Bagi yang berada di lingkungan polutan tinggi agar mengurangi paparan polutan maupun polusi udara. Penderita yang merupakan perokok untuk mengurangi ataupun menghindari paparan rokok agar kondisi penderita tidak semakin parah. 37 Vaksinasi harus dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi eksaserbasi. 38 Diagnosa PPOK ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. a. Anamnesa Hasil anamnesa diperoleh umumnya penderita berusia pertengahan keatas, riwayat merokok atau bekas perokok, pernah terpajan dengan bahan iritan seperti asap rokok, polutan bahan kimia beracun, dan polusi udara dalam jangka waktu yang lama, serta memiliki riwayat keluarga penderita emfisema. Hal ini berkaitan dengan defisiensi α-1-antitripsin yang dapat diturunkan. Adanya infeksi saluran napas berulang sewaktu kecil. 26 Anamnesa ulang sangat bermanfaat bagi Universitas Sumatera Utara penderita yang memeriksakan diri kembali untuk melihat progresivitas penyakit dan respon pengobatan. 14 b. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda hiperinflasi paru, penggunaan otot napas sekunder, perubahan pola napas dan suara napas yang abnormal mengi. Ada beberapa tanda klinis yang dicurigai penderita PPOK yaitu purse lips breathing mulut setengah terkatup, barrel chest diameter antero-posterior dan transversal sebanding, pelebaran sela iga, bila terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut nadi jugularis di leher dan edema tungkai, penampilan pink buffer kulit kemerahan, badan kurus, pernapasan purse lips breathing tanda ini khas pada penderita emfisema, dan blue bloater gemuk sianosis, adanya edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer merupakan tanda khas pada penderita bronkitis kronis. c. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang digunakan untuk menunjang pemeriksaan lainnya untuk menentukan diagnosis PPOK, antara lain: c.1 Dengan menggunakan alat spirometri. Obstruksi ditentukan dengan melihat nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama VEP 1 prediksi dan Arus Puncak Ekspirasi APE. 26 c.2 Pemeriksaan radiologi foto toraks dapat dilihat kelainan paru hiperflasi atau hiperflusen, diafragma mendatar, corakan bronkavaskuler meningkat, terdapat bulla, dan jantung seperti pendulum. 1 Universitas Sumatera Utara c.3 Pemeriksaan darah rutin yaitu pemeriksaan Hemoglobin Hb, Hematokrit Ht, dan leukosit. Apabila ditemukan polisitemia menunjukkan telah terjadi hipoksia kronik. 1,26 c.4 Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat terjadinya eksaserbasi agar dapat ditangani dengan pemiihan antibiotik.infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK. Derajat keparahan PPOK berdasarkan hasil nilai spirometri VEP 1 dan APE dibagi atas: 30 1. Stadium 1 ringan : ≥80 dengan adanya gejala 2. Stadium 2 sedang : 50 - 79 3. Stadium 3 berat : 30 - 49 4. Stadium 4 sangat berat : 30 atau 50 dengan gagal napas Dinyatakan menderita PPOK apabila ditemukan anamnesis penderita terpapar dengan faktor risiko, serta adanya batuk kronik dan berdahak dengan sesak napas terutama saat melakukan aktivitas pada usia pertengahan ke atas. 1 Pengobatan yang dapat diberikan antara lain: 1. Terapi B2-agonis dan anti-kolinergi. Keduanya merupakan bronkodilator yang dapat menurangi gejala dan tingkat keparahan eksaserbasi. 2. Inhalasi glukokortikosteroid, tujuannya sama dengan bronkodilator yaitu mengurangi gejala dan frekuensi eksaserbasi. Namun penggunaan obat ini dapat meningkatkan risiko katarak maupun glukoma. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan mata secara teratur bagi pengguna obat ini. Universitas Sumatera Utara 3. Teofilin, berguna untuk mengontrol gejala PPOK. Namun karena pertimbangan efek samping, penderita direkomendasikan menggunakan inhalasi bronkodilator. 4. Terapi oksigen digunakan bagi penderita yang mengalami gagal napas. Terbukti terapi ini tidak memiliki efek yang berbahaya dalam jangka panjang. 38 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit PKMRS merupakan program yang dilakukan pihak rumah sakit kepada penderita dan keluarga penderita agar mereka berperan dalam penyembuhan dan pencegahan suatu penyakit. Hal ini merupakan kerjasama antara petugas kesehatan dengan penderita dan keluarga penderita.

2.6.3 Pencegahan Tersier

39 Pencegahan tersier merupakan pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi keterbatasan penderita PPOK. Hal- hal yang dapat dilakukan adalah: a. Latihan fisik Latihan ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh terutama otot pernapasan pada saat beraktivitas. b. Terapi psikososial Terapi ini meliputi dukungan dari pihak keluarga kepada penderita, konsultasi masalah yang dialami penderita, karena penderita PPOK biasanya mengalami depresi dan kecemasan sehingga perlu diberikan motivasi oleh orang-orang yang dekat dengan penderita. c. Terapi nutrisi Penurunan berat badan dan pengecilan otot terjadi pada 20-35 penderita PPOK. Pada tahap lanjut akan terjadi gangguan keseimbangan energi dengan protein. Hal Universitas Sumatera Utara yang perlu dilakukan adalah pengaturan pola makan bagi penderita. Akan tetapi harus diikuti dengan berolahraga.

2.7 Kerangka Konsep