pelanggan, dan sebagainya; dimana bisnis banyak tergantung pada kemampuan untuk bertukar lebih banyak informasi.
e. Biaya transaksi. Jarak juga dapat berkorelasi dengan biaya mencari
peluang perdagangan dan pembentukan kepercayaan antara mitra dagang potensial.
f. Jarak budaya. Jarak geografis yang lebih besar berkorelasi dengan
perbedaan budaya yang lebih besar. Perbedaan budaya dapat menghambat perdagangan dalam banyak hal seperti hambatan komunikasi,
kemungkinan kesalahpahaman, bentrokan dalam gaya negoisasi, dan sebagainya.
2.2.4.4. Nilai Tukar Riil Real Effective Exchange Rate
Seperti perdagangan pada umumnya kegiatan perdagangan Internasional juga mempertimbangkan faktor harga dari suatu komoditi yang diperdagangkan.
Menurut Mankiw 2007, kurs atau exchange rate antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Para ekonom membedakan kurs menjadi dua : kurs nominal dan kurs riil.
Kurs nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan kurs riil real exchange rate adalah harga relatif dari barang-
barang diantara dua negara. Kurs riil kadang disebut juga terms of trade. Kurs riil diantara dua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara.
Bila kurs riil dinyatakan sebagai ε, kurs nominal dinyatakan sebagai e, harga
barang domestik dinyatakan sebagai P, dan harga barang luar negeri dinyatakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai P, maka perhitungan kurs riil untuk suatu komoditi adalah sebagai berikut:
ε = e × PP
∗
…………………………………………………….…………5 Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika kurs riil tinggi
maka harga barang-barang luar negeri menjadi relatif lebih murah, dan harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal. Demikian juga sebaliknya, jika
kurs riil rendah maka harga barang-barang luar negeri menjadi relatif lebih mahal, dan harga barang-barang domestik menjadi lebih murah Mankiw, 2007.
2.2.4.5.Kebijakan Perdagangan “International Rubber Consortium Limited” IRCo
Pemerintah Thailand, Indonesia dan Malaysia telah sepakat mendirikan
perusahaan patungan karet alam bernama “International Rubber Consortium Limited IRCo”
untuk mengatasi merosotnya harga karet alam, Kesepakatan pendirian perusahaan patungan IRCo ini telah tertuang dalam Memorandum of
Understanding MoU yang ditanda-tangani oleh Menteri Perindustrian dan
Perdagangan RI, Menteri Agriculture and Cooperatives Thailand dan Menteri Primary Industries Malaysia
pada tanggal 8 Agustus 2002 di Bali.
IRCo berfungsi sebagai pelengkap dari skema penyeimbang harga yang
lain, yaitu Supply Management Scheme SMS dan Agreed Export Tonnage Scheme AETS
sebagaimana disepakati dalam “Joint Ministerial Declaration Bali Declaration 2001”
, yaitu melaksanakan kegiatan strategic marketing yang meliputi pembelian dan penjualan karet alam.
Dalam rangka pendirian IRCo sebagaimana tertuang dalam nota kesepahamanan kerjasama karet alam antara Pemerintah RI, Pemerintah Thailand
Universitas Sumatera Utara
dan Pemerintah Malaysia Memorandum of Understanding-MoU among The Government of the Kingdom of Thailand, The Government of Malaysia and the
Government of the Republic of Indonesia on Rubber Cooperation, telah diadakan
beberapa kali Pertemuan Tingkat Pejabat Senior Senior Officials Meeting-SOM, terakhir Pertemuan SOM ke-13 yang diadakan pada tanggal 30-31 Juli 2003 di
Jakarta dan Mini SOM tanggal 1 Oktober 2003 di Bangkok, guna menyelesaikan dokumen-dokumen penting yang diperlukan dalam pendirian IRCo. Dokumen-
dokumen dimaksud antara lain Shareholders Agreement SA, Memorandum of Association MoA,
dan Articles of Association AoA. 1
Mekanisme Operasi IRCo
Mekanisme beroperasinya IRCo, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Apabila harga karet alam pada suatu saat turun hingga menyentuh pada
tingkat reference price yang telah disepakati, maka perlu dilaksanakannya langkah-langkah Supply Management Scheme SMS dan Agreed Export
Tonnage Scheme AETS .
Dalam “Joint Ministerial Declaration Bali Declaration 2001”, ketiga negara telah sepakat melaksanakan pengurangan produksi sebesar 4
setiap tahunnya dalam jangka waktu tertentu melalui mekanisme SMS,
dan melakukan pengurangan ekspor sebesar 10 melalui mekanisme
AETS . Kebijakan AETS dan SMS mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
2002 2.
Apabila harga karet alam terus menurun secara drastis dan mekanisme SMS maupun AETS tidak berhasil mengangkat harga karet alam pada
Universitas Sumatera Utara
tingkat harga yang wajar sesuai reference price, maka perlu ada tindakan yang harus dilakukan oleh Board of Directors IRCo, yang salah satu
diantaranya adalah melakukan pembelian karet alam.
2 Target IRCo
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya mengenai mekanisme beroperasinya IRCo, bahwa apabila harga karet alam turun hingga menyentuh pada tingkat
reference price yang telah disepakati, maka perlu dilaksanakan langkah-langkah
pengurangan produksi melalui Supply Management Scheme SMS dan pengurangan ekspor melalui Agreed Export Tonnage Scheme AETS.
Selanjutnya, bilamana harga karet alam terus menurun secara drastis dan mekanisme SMS maupun AETS tidak berhasil mengangkat harga pada tingkat
yang wajar sesuai reference price, maka perlu ada tindakan yang harus dilakukan oleh IRCo, yaitu melakukan pembelian karet alam. Sebaliknya bila harga karet
cenderung terus meningkat karena IRCo telah melakukan operasi beli, maka pada tingkat reference price yang telah ditentukan, IRCo harus segera melakukan
operasi jual sejumlah stock karet yang ada.
Harga karet alam yang terlalu tinggi akan membawa dampak yang tidak baik bagi pengembangan industri yang menggunakan bahan baku dari karet alam
di dalam negeri negara-negara produsen, seperti ban mobilsepeda motor. Terlalu tingginya harga bahan baku karet alam, akan meningkatkan biaya
produksi. IRCo juga perlu berhati-hati dalam menentukan reference price. Bila
terlalu tinggi dalam menentukan reference price, maka negara konsumen akan beralih mengkonsumsi karet serat sintetik sebagai produk substitusi. Bilamana
Universitas Sumatera Utara
hal ini terjadi, maka akan mengakibatkan permintaan karet alam berkurang, dan untuk mengambalikan permintaan pada posisi semula, akan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Hal yang perlu dicermati pula adalah bahwa meski harga minyak bumi
melonjak tajam, yang dampaknya akan meningkatkan harga karet sintetis, bukan berarti konsumen akan beralih ke karet alam. Oleh karena itu, dengan
pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, IRCo harus jeli dan dapat menentukan reference price pada tingkat yang menguntungkan. Tingkat harga
minimal sama dengan harga sebelum terjadinya krisis moneter US 102,75 centkg. Hal yang lebih penting lagi, bahwa bilamana target harga tersebut dapat
dicapai, diharapkan akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pertemuan Tingkat Menteri di Bangkok pada tanggal 9 Maret 2004 telah
disepakati bahwa referensi harga FOB karet alam adalah US 1,10kg. Mengingat harga karet alam saat itu masih di atas US 1,10kg, yaitu berkisar antara US
1,25 hingga US 1,30 per kg, maka tidak perlu ada tindakan apapun dari pemerintah maupun IRCo. Apabila harga karet alam nantinya turun hingga
menyentuh US 1,10, maka perlu dilaksanakan langkah SMS dan AETS.
2.3. Kerangka Penelitian
Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya bagi masyarakat dengan pengolahan perkebunan karet yang baik, maka tanaman
karet akan dapat bermanfaat untuk membuka berbagai lapangan kerja sehingga dapat dijadiikan sebagai sumber mata pecaharian rakyat. Selain itu, karet juga
merupakan sumber devisa negara. Nilai ekspor karet Indonesia keberbagai negara tujuan eksor dari tahun 2001 - 2010 terus mengalami peningkatan. Namun, pada
Universitas Sumatera Utara
tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 nilai ekspor karet mengalami penurunan, setelah itu nilai ekspor karet kembali naik pada tahun 2010.
Karet Indonesia di ekspor ke berbagai belahan dunia. Permintaan akan ekspor Indonesia terbesar berturut-turut adalah Amerika, Cina dan Jepang.
Adanya perbedaan nilai dan volume ekspor ke berbagai negara dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti nilai PDB Indonesia, nilai PDB negara importir,
jumlah populasi, adanya perbedaan jarak dan nilai tukar riil. Penentuan kemana prioritas utama dan faktor apa yang memengaruhi nilai
ekspor karet perlu untuk diteliti. Adapun pengaruh jarak dalam penelitian adalah negatif karena semakin jauh jarak maka biaya yang semakin tinggi, sehingga akan
mengurangi keuntungan bila dilakukan kegiatan ekspor maupun impor dari negara tersebut. Pada variabel PDB Indonesia dan PDB negara tujuan juga memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan karena PDB menunjukkan kemampuan suatu negara untuk memproduksi barang dan jasa sehingga, bila dilakukan kegiatan
ekspor ke negara yang memiliki PDB yang tinggi maka dapat meningkatkan nilai ekspor karet Indonesia.
Variabel selanjutnya adalah kebijakan “International Rubber Consortium Limited
” IRCo, dimana kebijakan IRCo ini akan menahan penjualan atau ekspor karet ketika harga karet dibawah dari harga minimal dari kesepakatan sejak
diberlakukannya IRCo ini, maka akan nilai ekspor karet Indonesia diasumsikan dapat meningkatkan, untuk lebih jelas maka dapat dilihat alur kerangka pemikiran
pada penelitian ada pada Gambar 6.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu maka disimpulkan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Produk Domestik Bruto PDB Indonesia, Produk Domestik Bruto PDB negara tujuan, populasi negara tujuan, dan kebijakan perdagangan IRCo
berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia sedangkan nilai tukar riil negara importir dan jarak Indonesia dengan negara
tujuan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai ekspor karet Indonesia. Nilai PDB Indonesia +
Jarak - Jumlah Populasi Negara Importir +
Nilai PDB Negara Importir +
Nilai Tukar Riil Negara Importir - Kebijakan IRCo +
Nilai Ekspor Karet
Indonesia
Keterangan:
berpengaruh signifikan +
berpengaruh positif -
berpengaruh negatif
Gambar 6. Kerangka Penelitian
Universitas Sumatera Utara
III. METODE PENELITIAN
3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Indonesia. Lokasi penelitian dipilih secara purposive sengaja berdasarkan data dari organisasi perdagangan
Internasional yaitu International Trade Centre UNCTAD dan WTO bahwa Indonesia merupakan negara pengekspor karet terbesar kedua di dunia.
Tabel 1. Negara-Negara Utama Eksportir Karet Dunia
No Negara
Nilai 000 US
1. Thailand
2.796.770 2.
Indonesia 1.494.620
3. Malaysia
942.829 4.
Vietnam 270.890
5. Singapura
194.593 Sumber : www.nationmaster.com 2013
3.2. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah secara purposive sengaja. Sampel ditentukan berdasarkan pada nilai ekspor karet Indonesia
terbesar ke negara tujuan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik negara tujuan ekspor karet Indonesia yang dipilih
adalah Amerika Serikat, Jepang, Cina dan Singapura. Nilai ekspor karet Indonesia ke berbagai negara tujuan ekspor dapat dilihat
pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Nilai Total Ekspor Karet Indonesia ke Berbagai Negara Tujuan 2001-2010
Negara Tujuan Nilai Total juta US
Amerika 10.523,00
Jepang 4.989,20
Cina 4.490,40
Singapura 1.719,20
Korea Selatan 802,50
Jerman 600,00
Brazil 531,10
Kanada 508,90
Perancis 340,30
Spanyol 270,70
Lainnya 3.761,30
Sumber: Badan Pusat Statistik BPS, 2011 Berdasarkan Tabel 2. Dapat dilihat bahwa Indonesia memperoleh volume
ekspor karet tertinggi dari hasil perdagangan dengan Amerika, yaitu nilai 10.523,00 juta US. Sedangkan perolehan nilai ekspor karet tertinggi kedua
bersumber dari perdagangan karet Indonesia dengan negara Jepang dengan perolehan devisa sebesar 4.989,20 juta US dan di urutan ketiga dan keempat
berturut-turut adalah Cina dan Singapura sebesar 4.490,40 juta US dan 1.719,20 juta US.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data panel, yaitu gabungan data runtut waktu time series dan data cross section dari tahun 2001-2010 yang diolah
menggunakan software Eviews 6.0. Data diperoleh dari berbagai sumber. Adapun sumber data penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Variabel dan Sumber Data Penelitian
Variabel Sumber Data
Nilai ekspor karet Indonesia Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik berbagai
tahun terbit Produk domestik brutoGDP
Penn World Table 7.1 University of Pennylvania Jarak geografis
www.geobytes.comdistanceTool.htm Populasi
Penn World Table 7.1 University of Pennylvania Nilai tukar riil
Penn World Table 7.1 University of Pennylvania
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1. Model Penelitian