Bank yang selalu berhati-hati dalam menjaga likuiditasnya akan cenderung memelihara alat likuid yang relatif besar dari yang diperlukannya dengan maksud
untuk menghindari kesulitan likuiditas. Namun, disisi lain bank juga diharapkan pada biaya besar berkaitan dengan pemeliharaan alat likuid yang berlebihan. Oleh
karena itu, dalam manajemen likuiditas perlu adanya keseimbangan antara dua kepentingan tersebut.
Dengan demikian, risiko kredit yang ditinjau dari Loan to Deposit Ratio dapat mempengaruhi tinggi rendahnya nilai Return on Assets pada perusahaan
perbankan. LDR yang terlalu rendah menunjukkan kurang optimalnya peran bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediate serta sulit untuk
mengoptimalkan laba melalui penyaluran kredit, sebaliknya jika tingkat LDR terlalu tinggi hingga melebihi batas yang ditetapkan regulasi dapat berakibat pada
meningkatnya risiko kredit yang akhirnya berdampak pada menurunnya kinerja bank ROA.
2.8.3 Pengaruh Non Performing Loan Terhadap Return on Assets ROA
Non Performing Loan NPL adalah salah satu indikator untuk menilai kinerja fungsi bank, karena NPL yang tinggi adalah indikator gagalnya bank
dalam mengelola bisnis antara lain timbul masalah likuiditas ketidakmampuan membayar pihak ketiga, rentabilitas utang tidak bisa ditagih, solvabilitas
modal berkurang. Sedangkan laba yang merosot adalah salah satu imbasnya karena praktis bank kehilangan sumber pendapatan di samping harus menyisihkan
pencadangan sesuai kolektibilitas kredit.
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini
maka akan semaki buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.
Ismail 2009: 226, NPL Non Performing Loan adalah kredit yang menunggak melebihi 90 hari. Dimana NPL terbagi menjadi Kredit Kurang
Lancar, Diragukan, dan Macet. Semakin kecil NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Dari uraian tersebut, maka Non
Performing Loan dapat memberikan dampak negatif pada bank karena tidak risiko tidak tertagihnya kredit yang diberikan pada nasabah sehingga menyebabkan
kinerja mengalami penurunan dari sisi pendapatan.
2.8.4 Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO Terhadap
Return on Assets ROA
Efisiensi merupakan suatu parameter kinerja yang diukur melalui hasil variabel masukan atau input dan hasil variabel pengeluaran output. Suatu hasil
kinerja dikatakan efisien apabila pengeluaran atau output yang optimal dengan input variabel yang sangat minimal. Efisiensi bagi sebuah bank merupakan aspek
yang paling penting diperhatikan untuk mewujudkan kinerja keuangan yang sehat. Pengukuran efisiensi kinerja bisa dilakukan dengan rasio efisiensi yaitu dengan
menghitung rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
Universitas Sumatera Utara
Dendawijaya 2005 : 120 menyatakan bahwa semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Selanjutnya Riyadi 2006 : 159, menyatakan bahwa BOPO
adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.9 Hipotesis