Pengaruh Penetapan Margin Murabahah terhadap Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah di Bank Bukopin Syariah Medan
SKRIPSI
PENGARUH PENETAPAN MARGIN MURABAHAH TERHADAP
PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH DI BANK BUKOPIN
SYARIAH MEDAN
OLEH
MUHAMMAD AZHARI NASUTION
060501022
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2012
(2)
ABSTRAK
Perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk pembiayaan
murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam
penyaluran dana. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Margin Murabahah
mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
Hipotesanya adalah seberapa besar pengaruh antara Penetapan Margin
Murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Terdapat tingkat
keuntungan (profit) mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa margin murabahah, profit target, ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat keuntungan yang diinginkan oleh bank mempengaruhi secara lemah tingkat margin murabahah untuk kepemilikan rumah. Dengan tingkat signifikansi yang diatas 0,000, yaitu 0,314 maka hal tersebut menggambarkan pengaruh profit target terhadap margin murabahah untuk kepemilikan rumah memiliki korelasi positif, meskipun tingkat signifikansinya tidak terlalu berpengaruh.
Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Sedangkan secara keseluruhan, dilihat dari jumlah t hitung yang amat besar, menunjukkan bahwa keempat variabel bebas berpengaruh secara signifikan dengan margin pembiayaan murabahah untuk produk pembiayaan pemilikan rumah yang dikeluarkan oleh Bank Bukopin Syariah Medan.
Kata kunci: Margin Murabahah, Pembiayaan mudharabah.
(3)
ABSTRACT
The development of Islamic Banking, it appears that Murabahah financing plays an important role that provides the largest portion of the funds. The purpose of the study was to determine margin Murabahah financing product affect home ownership.
The hypothesis is how much influence the determination of the product margin financing Murabahah home ownership. There is a level of profit affect home ownership financing product.
Based on the estimation result, its indicates that the margin of Murabahah, profit target, it has positive and significant impact on the desired profit level influences weak banks Murabahah rate margin for home ownership with a significance level above 0.000, which is 0.314 then it illustrates the effect on the target profit margin Murabahah for home ownwership has a positive correlation, although the significance level is not very influence.
Financing home ownership products. While overall, it seem from the number of very large t count indicate that the four independent variabels significantly with margin financing Murabahah financing for home ownership products issued by the Syariah Bukopin Medan.
Keywords: Margin Murabahah, Mudharabah Financing
(4)
KATA
PENGANTAR
Segenap ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan juga shalawat dan salam buat junjungan ummat Nabi Besar Muhammad SAW yang sama‐sama kita harapkan syafa’atnya.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Penetapan Margin Murabahah terhadap Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah di Bank Bukopin Syariah Medan” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Srata‐1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna, karena penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan dan kekurangan serta kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun yang sangat penulis perlukan sebagai acuan bagi penulis di masa yang akan datang.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan materi dan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar‐ besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kapada:
(5)
1. Teristimewa buat kedua orang tua penulis yang tercinta dan tersayang, Ayahanda H. Irawan Surya Nasution, SE serta Ibunda Hj. Syahlisniari Nasution yang telah banyak memberikan kasih sayang, dukungan, didikan, do’a dan semangat serta motivasi baik moril maupun materi kepada penulis selama ini.
2. Bapak Alm. Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc. Sc. PhD, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada dosen pembimbing penulis yang telah dengan keikhlasan hati membimbing penulis dengan banyak memberikan waktu, tenaga, masukan, saran, dan pemikiran selama proses penulisan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah memberikan Ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
7. Kepada Staf dan karyawan Bank Bukopin Syariah Medan, yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang berhubungan dengan skripsi penulis.
(6)
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Medan, April 2012
Penulis
(M. Azhari Nasution) NIM: 060501022
(7)
DAFTAR
ISI
ABSTRAK
...
i
ABSTRACT...
ii
KATA
PENGANTAR
...
iii
DAFTAR
ISI
...
vi
DAFTAR
TABEL...
ix
DAFTAR
GAMBAR...
x
BAB I : PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
...
1
1.2
Perumusan
Masalah
...
4
1.3
Hipotesis
...
5
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5
Manfaat Penelitian ... 6
BAB
II
:
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembiayaan Murabahah ... 7
(8)
2.1.1 Pengertian Pembiayaan ... 7
2.1.1.1 Tujuan pembiayaan ... 8
2.1.1.2 Fungsi pembiayaan ... 10
2.1.1.3 Tatacara Pengajuan Permohonan Pembiayaan ... 12
2.1.2. Pengertian Murabahah ... 13
2.1.3. Pengertian Pembiayaan Murabahah ... 19
2.1.4. Skema Pembiayaan Murabahah ... 20
2.1.5. Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah ... 20
2.1.6. Manfaat dan Resiko Murabahah ... 23
2.2. Margin Murabahah ... 26
2.2.1.
Pengertian Margin Murabahah ... 262.2.2. Metode Penentuan Margin ... 29
2.3. Perbankan Syariah & Sektor Perumahan ... 31
BAB III : METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ...
35
3.2. Jenis dan Sumber Data ...
35
3.3. Pengelolaan Data ...
36
(9)
3.5. Model Analisis ...
36
3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 37
3.6.1. Uji Multikolinieritas ... 37
3.6.2. Uji Linieritas ...
38
3.6.3. Uji Autokorelasi ...
38
3.7. Metode Analisis ...
39
3.8. Batasan Operasional ...
39
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 41
4.1.1. Gambaran Umum Bank Bukopin Syariah Medan ... 41
4.2 Pembiayaan Kepemilikan Rumah ... 46
4.3 Visi & Misi ... 47
4.4 Perkembangan Margin Murabahah ... 50
4.5 Perkembangan Produk Pembiayaan kepemilikan rumah ... 54
4.6 Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data ... 55
4.6.1 Pengujian Pengaruh Variable Bebas Terhadap Variabel Terikat 55 4.6.2 Interprestasi Hasil Estimasi ... 56
(10)
4.6.4 Analisis Overall – Test ... 58
4.7 Uji Asumsi Klasik ... 59
4.7.1 Multikollinieritas ... 59
4.7.2 Korelasi Serial (Autokorelasi) ... 60
4.8 Uji Linieritas (Ramsey Reset Test) ... 60
BAB V : PENUTUP ... 62
5.1 Kesimpulan ... 62
5.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(11)
DAFTAR
TABEL
No. Tabel Judul Halaman
4.1. Perkembangan Margin ... 43
4.2 Perkembangan pembiayaan kepemilikan rumah ………….. ... 47
4.3 Hasil estimasi pengaruh penetapan margin murabahah terhadap produk pembiayaan kepemilikan rumah di Bank Bukopin Syariah
Medan dengan metode OLS ... 51
4.4 Hasil Estimasi Correlation Matrix ... 53
4.5 Hasil Estimasi Uji LM Test ... 58
4.6 Hasil Estimasi Ramsey Test ... 61
(12)
DAFTAR
GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Proses Pembiayaan Murabahah ………... 19
2.2 Skema Kerja Murabahah……… 26
(13)
ABSTRAK
Perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk pembiayaan
murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam
penyaluran dana. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Margin Murabahah
mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
Hipotesanya adalah seberapa besar pengaruh antara Penetapan Margin
Murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Terdapat tingkat
keuntungan (profit) mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa margin murabahah, profit target, ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat keuntungan yang diinginkan oleh bank mempengaruhi secara lemah tingkat margin murabahah untuk kepemilikan rumah. Dengan tingkat signifikansi yang diatas 0,000, yaitu 0,314 maka hal tersebut menggambarkan pengaruh profit target terhadap margin murabahah untuk kepemilikan rumah memiliki korelasi positif, meskipun tingkat signifikansinya tidak terlalu berpengaruh.
Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Sedangkan secara keseluruhan, dilihat dari jumlah t hitung yang amat besar, menunjukkan bahwa keempat variabel bebas berpengaruh secara signifikan dengan margin pembiayaan murabahah untuk produk pembiayaan pemilikan rumah yang dikeluarkan oleh Bank Bukopin Syariah Medan.
Kata kunci: Margin Murabahah, Pembiayaan mudharabah.
(14)
ABSTRACT
The development of Islamic Banking, it appears that Murabahah financing plays an important role that provides the largest portion of the funds. The purpose of the study was to determine margin Murabahah financing product affect home ownership.
The hypothesis is how much influence the determination of the product margin financing Murabahah home ownership. There is a level of profit affect home ownership financing product.
Based on the estimation result, its indicates that the margin of Murabahah, profit target, it has positive and significant impact on the desired profit level influences weak banks Murabahah rate margin for home ownership with a significance level above 0.000, which is 0.314 then it illustrates the effect on the target profit margin Murabahah for home ownwership has a positive correlation, although the significance level is not very influence.
Financing home ownership products. While overall, it seem from the number of very large t count indicate that the four independent variabels significantly with margin financing Murabahah financing for home ownership products issued by the Syariah Bukopin Medan.
Keywords: Margin Murabahah, Mudharabah Financing
(15)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan syariah merupakan perbankan yang bebas bunga dan beroperasi berdasarkan konsep murabahah dan musyarakah, dan konsep ini dijalankan dengan sistem Profit and Loss sharing (PLS) atau bagi hasil, baik hasilnya berupa keuntungan ataupun kerugian (Firdaus, 2000).
Pembiayaan murabahah sampai saat ini masih merupakan pembiayaan yang dominan bagi perbankan syariah di dunia, tetapi banyak kritikan dilontarkan pada bank syariah dalam masalah penetapan margin keuntungan. Hal ini dikarenakan produk pembiayaan murabahah merupakan produk yang mirip dengan produk pembiayaan kredit berbunga flat (datar) pada bank konvensional (http://adln.lib.unair.ac.id).
Seharusnya pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah sebaiknya dalam bentuk pembiayaan yang berbentuk profit and loss sharing, akan tetapi konsep pembiayaan yang ideal ini sampai sekarang masih sulit dilaksanakan karena penuh dengan resiko dan ketidakpastian. Selain itu mereka yang mendapatkan pembiayaan dengan konsep ini juga masih suka merasa mendapatkan kerugian ketika nisbah bagi hasil dibagikan. Hal itulah yang menyebabkan pembiayaan yang ada pada perbankan syariah masih didominasi oleh pembiayaan non bagi hasil (PLS) yaitu akad yang berdasarkan prinsip jual beli seperti murabahah. Dari data statistik perbankan syariah pada Direktorat Bank Syariah Bank Indonesia pada Februari 2007 menunjukkan pembiayaan dengan akad murabahah mencapai 62% dari total pembiayaan yang ada di perbankan syariah, sementara pembiayaan mudharabah dan musyarakah yang
(16)
diberikan hanya sekitar 30% dari total pembiayaan yang ada. Dari fakta ini dapat dilihat bahwa rata‐rata para pengelola perbankan syariah masih sangat memperhatikan aspek kehati‐hatian dalam pembiayaan mudharabah sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.
Dari data statistik perkembangan perbankan syariah, terlihat bahwa bentuk pembiayaan murabahah memegang peranan penting yang memberikan porsi terbesar dalam penyaluran dana. Hal ini dapat terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah. karena murabahah adalah pembiayaan investasi jangka pendek, dan dibandingkan dengan sistem Profit and Loss Sharing (PLS) cukup memudahkan. Kemudian mark up yang ada di dalam pembiayaan murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat memastikan bahwa bank syariah memperoleh keuntungan yang sebanding dengan bank yang berbasis bunga yang menjadi pesaing dari bank‐bank syariah.
Murabahah juga menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari berbagai
bisnis yang dijalankan dengan sistem PLS. Dan yang terakhir murabahah tidak memungkinkan bank‐banksyariah untuk mencampuri manajemen bisnis, karena pihak bank bukan merupakanmitra nasabah, akan tetapi hubungan yang terjadi adalah hubungan antara kreditur dan debitur. Posisi ini jelas lebih disukai oleh pihak bank, karena pihak bank menjadi pihak yang cukup menentukan. Inilah yang membuat murabahah mengalahkan pembiayaan yang berbasis Profit Loss Sharing (PLS) sehingga keuntungan bank yang terbesar juga berasal dari keuntungan murabahah.
Murabahah juga populer karena saat ini terlihat bahwa jajaran perbankan syariah cenderung ingin memperoleh pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat margin murabahah yang telah ditentukan didepan tersebut, sehingga bank syariah
(17)
sebagai mudharib dapat memberikan nisbah bagi hasil yang cukup menarik bagi para shahibul mal, yaitu para deposan dan penabung mudharabah. Semakin tinggi margin yang diminta bank kepada nasabah pembeli (murabahah) berarti semakin besar pula pendapatan bank syariah yang dapat dibagikan kepada para shahibul‐malnya. Pada gilirannya sumber dana mudharabah yang dapat dihimpun dapat dipertahankan jumlahnya malah diharapkan semakin meningkat. Selain itu, saat ini para bankir perbankan syariah nampaknya masih sangat berhati‐hati dalam mengivestasi dananya pada pembiayaan murabahah.. Keraguan ini terjadi karena tingginya risiko yang dihadapi bank syariah terutama tingkat kejujuran dari para mudharib atau mitra, ditambah lagi kondisi sektor riel yang masih belum pulih dari krisis ekonomi dan moneter.
Dilihat dari peran penting murabahah yang mendominasi pendapatan bank syariah serta untuk menyelamatkan citra bank syariah di mata para nasabahnya pada umumnya dan umat Islam pada khususnya maka perlu secara transparan diketahui dan diteliti lebih lanjut bagaimana mekanisme pembiayaan murabahah dan bagaimana penetapan margin jual beli yang adil bagi bank dan nasabah. Termasuk bagi produk pembiayaan pemilikan rumah yang juga menggunakan skim murabahah.
Prospek pembiayaan pemilikan rumah ini sendiri sangat besar mengingat banyak sekali kalangan masyarakat yang ingin memiliki rumah dengan menggunakan transaksi yang sesuai dengan landasan syariah. Selain itu juga terdapat beberapa alasan terjunnya pembiayaan perbankan syariah ke dalam sektor perumahan dan properti, yaitu ;
(18)
1. Besarnya pasar perumahan nasional.
2. Potret pertumbuhan sektor property.
Menurut Akhmadi (2004), pada umumnya dan sektor perumahan pada khususnya sangat memberikan nilai tambah bagi perkembangan perbankan syariah Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dikeluarkan oleh perbankan syariah untuk membiayai berbagai sektor konsumtif dan produktif yang menggunakan layanan dan jasa bank syariah. Salah satunya adalah untuk kebutuhan pembelian rumah. Tidak heran bila pada akhirnya perbankan syariah juga mengeluarkan pembiayaan ini dengan namanya pembiayaan pemilikan rumah.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat betapa pentingnya suatu proses penetapan profit margin pada produk murabahah bank syariah, maka dirasa perlu penulis mengadakan penelitian dengan mengambil judul ”Pengaruh Penetapan Margin Murabahah terhadap Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah di Bank Bukopin Syariah Medan”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis mengemukakan masalah yang menjadi objek analisis. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah Margin Murabahah mempengaruhi Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah?
(19)
1.3 Hipotesis
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang ada yang masih perlu dikaji kebenarannya melalui data‐data yang terkumpul. Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesanya adalah sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh antara Penetapan Margin Murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh Penetapan Margin Murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi perbandingan yang berkaitan dengan penetapan margin murabahah dan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
2. Sebagai bahan masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan peneliti lainnya yang menganalisa masalah yang berkenaan dengan penetapan
margin murabahah dan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
3. Sebagai bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i
(20)
Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
4. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang penelitian bagi penulis.
(21)
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pembiayaan Murabahah
2.1.1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan murabahah merupakan bentuk pembiayaan berprinsip jual beli yang pada dasarnya merupakan penjualan dengan keuntungan (margin) tertentu yang ditambahkan diatas biaya perolehan, di mana pelunasannya dapat dilakukan secara tunai maupun angsuran (Yumanita, 2005:27).
Dalam operasionalnya Bank Konvensional memberikan kredit kepada peminjam atau debitur, sedangkan bank syari’ah/BMT memberikan pembiayaan kepada nasabah yang akan dibiayai atau mitra. Pembiayaan menurut Muhammad (2005:17), menyatakan bahwa: “ Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.”
Pembiayaan menurut UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat(12) tentang perbankan yang dikutip oleh Hafidhuddin (2003:221), menyatakan bahwa: “Pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau pembagian hasil keuntungan.”
(22)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan merupakan pendanaan penyediaan uang yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan dan mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan/ pembagian hasil keuntungan.
2.1.1.1. Tujuan pembiayaan
Tujuan pembiayaan menurut Muhammad (2005:17) dikelompokan menjadi dua tujuan pembiayaan, yaitu:
a. Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro
b. Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro”
Adapun penjelasan dari kedua tujuan pembiayaan di atas diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi, dengan demikian dapat meningkatkan taraf ekonominya.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk pengembangan usaha membutuhkn dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh dengan melakukan aktivitas
(23)
pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak yang minus dana sehingga dapat tergulirkan.
c. Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya sebab upaya produksi tidak akan dapat berjalan tanpa adanya dana.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan dibukanya sektorsektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sector usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat, jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.
2) Tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro, pembiayaan bertujuan untuk:
a.Upaya memaksimalkan laba, artinya: setiap usaha yang dimiliki tujuan tertinggi yaitu menghasilkan laba usaha, setiap pengusaha menginginkan atau mampu mencapai laba maksimal.
(24)
Untuk dapatmenghasilkan laba yang maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan resiko, artinya: usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimum, maka pengusaha harus mampu meminimalkan resiko yang mungkin timbul. Resiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya: sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusia ada serta sumber daya modal tidak ada maka dipastikan diperlukan pembiayaan, dengan demikian pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber‐sumber daya ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya: dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.
2.1.1.2. Fungsi pembiayaan
Fungsi pembiayaan menurut Muhammad (2005:19), adalah sebagai berikut:
(25)
Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam presentasi tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas.
2) Meningkatkan daya guna barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut mengikat, misalnya peningkatan utility kelapa menjadi kopra dan selanjutnya menjadi minyak kelapa/ goreng.
3) Meningkatkan peredaran uang
Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
4) Menimbulkan kegairahan usaha
Bantuan pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada pengusaha digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya sehingga para pengusaha tidak perlu khawatir kekurangan modal dan ini akan menimbulkan kegairahan yang meluas dimasyarakat untuk sedemikian rupa meningkatkan produktivitasnya.
(26)
5) Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah‐langkah stabilitas pada dasarnya diarahkan pada usaha‐usaha pemenuhan kebutuhan‐ kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus inflasi dan terlebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting.
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pembiayaan nasional
Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya, peningkatan usaha berarti profit. Dan apabila rata‐rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan buruh/ karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara melalui pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan pengguna devisa untuk urusan konsumsi berkurang, sehingga langsung atau tidak melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah.
2.1.1.3 Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembiayaan
Dalam setiap Bank pastilah memiliki ketentuan atau tatacaranya sendiri yang diterapkan untuk memberikan pengajuan permohonan pembiayaan. Tatacara pengajuan permohonan pembiayaan menurut Sudarsono (2003:80), yaitu:
(27)
a. Permohonan kredit
b. Penyidikan dan analisis kredit
c. Keputusan (penolakan atau penerimaan) ats permohonan kredit d. Pencairan fasilitas kredit
e. Pemantauan atau pelunasan f. Lancar
g. Kurang lancer h. Diragukan i. Macet”
2.1.2 Pengertian Murabahah
Murabahah asal kata dari ism masdar yang berarti : sesuatu yang tumbuh dalam dagangan, maka bagi orang Arab seseorang itu dianggap untung kalau aset dagangannya tumbuh/bertambah, hal ini senada dengan ayat Al‐qur'an artinya : maka tidaklah bertambah (untung) perniagaan mereka. Para ahli bahasa Arab mengomentari bahwa: dikatakan murabahah (saling meguntungkan) karena masing‐masing dari pihak pembeli dan pihak penjual saling menguntungkan, penjual bertambah modal dagangannya dan pembeli bertambah aset usahanya. Murabahah adalah suatu pembiayaan dengan akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dimana penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya (Antonio, 2004:101).
Murabahah adalah akad jual beli dengan mengadakan perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli, karena dalam
(28)
definisinya disebutadanya “keuntungan yang disepakati” karakteristik murabaha adalah si penjual harusmembeli tahu pembeli tenteng harga pembelian barang dan menambahkan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok maka potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebutdilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.
Murabahah juga merupakan satu bentuk perjanjian jual beli yang harus tunduk pada kaidah dan hukum umum jual beli yang berlaku dalam mumalah islamiyah. Dalam perkembangannya, murabahah kemudian digunakan oleh perbankan syari'ah dengan menambahkan beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan. Bank kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu, nasabah akan mengembalikan utangnya di kemudian hari secara tunai atupun cicil.
Murabahah merupakan bentuk pembiayaan yang diperbolehkan oleh para ulama dengan syarat‐syarat tertentu. Apabila syarat‐syarat ini tidak terpenuhi, maka murabahah tidak boleh digunakan dan cacat menurut Syari'ah. Mekanisme pembiayaan murabahah mempunyai beberapa ciri atau elemen dasar. Agar penerapan jual beli secara murabahah sesuai dengan ketentuan‐ketentuan syariah,
(29)
maka Dewan Syari'ah Nasional MUI mengeluarkan fatwa tentang ketentuan umum murabahah sebagai berikut:
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, f. misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
g. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan h. harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus i. memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya j. yang diperlukan.
k. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
l. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
m. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.
Bank‐bank Islam mengambil murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada kliennya untuk membeli barang walaupun klien tersebut mungkin tidak memiliki uang tunai untuk membayar. Murabahah, sebagaimana
(30)
digunakan dalam perbankan Islam, ditemukan terutama berdasarkan dua unsur, yaitu yang pertama adalah harga beli dan biaya yang terkait, dan yang kedua adalah kesepakatan berdasarkan mark‐up (keuntungan) (Saeed, 2003:138).
Murabahah menurut Zulkifli (2003:21), menyatakan bahwa:
“Murabahah adalah menjual barang dengan harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga perolehan barang tersebut kepada pembeli.” Murabahah menurut Hamidi (2003:81) menyatakan bahwa: “Murabahah adalah istilah dalam fiqih islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya‐biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan.
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa murabahah merupakan akad jual beli yang harga jualnya ditambah keuntungan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Adapun kelebihan kontrak murabahah (pembayaran yang ditunda) menurut Saeed (2003:139) adalah sebagai berikut :
a)
Pembeli mengetahui semua biaya yang semestinya, serta mengetahui harga
pokok barang dan keuntungan
(mark-up)
yang diartikan sebagai prosentase
harga keseluruhan dan ditambah biaya-biayanya.
b)
Subyek penjualan adalah barang atau komoditas.
c)
Subyek penjualan hendaknya memiliki penjual dan dimiliki olehnya dan ia
(31)
d)
Pembayaran yang ditunda
Bank‐bank Islam pada umumnya menggunakan murabahah sebagai metode utama pembiayaan, yang merupakan hampir tujuh puluh lima persen dari asetnya. Beberapa alasan diberikan popularitas murabahah dalam pelaksanaan investasi perbankan Islam di antaranya :
1.
Murabahah
adalah mekanisme penanaman modal jangka pendek jika
dibandingkan dengan pembiayaan
mudharabah
atau
musyarakahMark-up
dalam
murabahah
dapat ditetapkan dengan cara menjamin bahwa bank mampu
mengembalikan dibandingkan dengan bank-bank yang beroperasi dengan
system bunga, di mana bank-bank Islam sangat kompetitif.
2.
Murabahah
menghindari ketidakpastian yang dilekatkan dengan perolehan
usaha berdasarkan system
profit and loss sharing.
3.
Murabahah
tidak mengijinkan bank Islam untuk turut campur dalam
manajemen bisnis karena bank bukanlah partner dengan klien tetapi hubungan
mereka adalah hubungan keditur dengan debitur.
Menurut Gozali (2005) Pembiayaan murabahah merupakan salah satu jenis pembiayaan yang terdapat pada perbankan syariah yang mempunyai beberapa syarat, antara lain:
a) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c) Kontrak harus bebas dari riba.
d) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.
(32)
3c. Kirim Barang 2. Beli Barang Tunai
1.Negosiasi dan Persyaratan
3a. Akad Murabahah
BANK 3b.Terima Serah Barang NASABAH
4. Bayar Kewajiban
SUPLIER
PENJUAL
e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang
Gambar 2.1
Proses Pembiayaan Murabahah
Sedangkan ketentuan umum murabahah dalam perbankan syariah dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.59: Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah.
Menurut Haron (1996) Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan
(33)
pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank) akan mengurangi nilai akad. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk cara pembayaran yang berbeda. Menurut Usman (2002) Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah:
a.
mempercepat pembayaran cicilan; atau
b.
melunasi piutang
murabahah
sebelum jatuh tempo
2.1.3. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Produk penyaluran dana kepada masyarakat atau pada Bank Syariah disebut juga dengan pembiayaan. Pembiayaan pada bank Syariah dapat terbagi menjadi beberapa jenis, yang salah satunya adalah pembiayaan jual beli. Pembiayaan jual beli terdiri dari pembiayaan murabahah, salam dan istishna. Namun pembiayaan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pembiayaan
murabahah.
Menurut Wiroso (2005) mendefinisikan pengertian pembiayaan
murabahah
sebagai berikut;
”Pembiayaan
murabahah
adalah penjualan
barang oleh seseorang kepada pihak lain dengan pengaturan bahwa penjual
berkewajiban untuk mengungkapkan kepada pembeli harga pokok dari
barang dan marjin keuntungan yang dimasukkan ke dalam harga jual barang
tersebut. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai ataupun tangguh.”
(34)
Pembiayaan murabahah menurut Muhammad (2005:94), adalah sebagai berikut: “Pembiayaan Murabahah (dari kata ribhu= keuntungan); Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.”
Pembiayaan murabahah menurut Adiwarman A Karim (2004:113), adalah sebagai berikut: “Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli, yaitu pihak bank syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli dengan harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan dalam presentase tertentu bagi bank syariah sesuai kesepakatan.”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan dengan sistem jual beli yang harga jualnya di tambah keuntungan dan pembayarannya dilakukan dengan tangguh.
2.1.4. Skema Pembiayaan Murabahah
Skema pembiayaan murabahah menurut Muhammad (2005:94) adalah sebagai berikut:
(35)
Gambar 2.2 Skema Kerja Murabahah 2.1.5. Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu memberikan fasilitas‐fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak‐pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana dari bank. Dalam pembiayaan bank syariah terdapat berbagai macam pembiayaan, namun dalam penelitian ini penulis lebih menitikberatkan terhadap pembiayaan jual beli yaitu murabahah. Pada saat ini pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak digunakan oleh bank dalam penyaluran dana (pembiayaan), karena mudah dimplementasikan, pendapatan bank dapat diprediksi, tidak perlu mengenal nasabah secara mendalam, menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif.
Dalam Islam, penetapan suatu hukum harus memiliki landasan berupa dalil naqli dan dalil aqli. Dalil naqli yaitu landasan hukum yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist. Sedangkan dalil aqli ialah landasan hukum berdasarkan ijtihad (hasil pemikiran) para ulama. Pembiayaan murabahah memiliki landasan syariah yang cukup kuat, walaupun tidak dijelaskan secara rinci pada Al Qur’an dan Hadist, petunjuk para ulama sudah cukup untuk melengkapinya. Karena memang pada umumnya Al Qur’an hanya menjelaskan secara global saja mengenai sesuatu hal,
(36)
kemudian lebih di rinci kembali didalam Hadist. Akan tetapi, jika Al Qur’an dan Hadist belum cukup rinci dan jelas maka diperlukan fatwa dan ijtihad para ulama selama tidak melanggar ketentuan dan norma‐norma dalam agama Islam.
Dalam ketentuan BI No. 7/46/PBI/2005 pasal 9 ditegaskan lagi mengenai tatacara penyaluran dana murabahah tersebut, yaitu sebagai berikut :
Ayat (1) Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Murabahah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang. b. jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank
ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah;
c. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya;
d. dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang, maka Akad Murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik Bank;
e. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah;
f. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain barang yang dibiayai Bank;
g. kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal Akad dan tidak berubah selama periode Akad;
h. Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan secara proporsional.
(37)
Ayat (2) Dalam hal Bank meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e maka berlaku ketentuan sebagai berikut :
a. dalam hal uang muka, jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil Bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang harus ditanggung oleh Bank, maka Bank dapat meminta lagi pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah;
b. dalam hal urbun, jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik Bank maksimal sebesarkerugian yang ditanggung oleh Bank akibat pembatalan tersebut, dan jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
2.1.6 Manfaat dan Resiko dalam pembiayaan Murabahah
Menurut Abdullah (2003), sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat bagi bank syariah, yaitu:
a.
Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dengan harga
jual kepada nasabah. Selain itu, sistem
murabahah
juga sangat
sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya.
b.
Mudah diimplementasikan, jual beli
murabahah
dengan cepat, mudah
diimplementasikan dan dipahami, karena para pelaku bank syariah
(38)
seperti misalnya kredit kendaraan bermotor, kredit pemilik rumah, dan
kredit lainnya.
c.
Pendapatan bank dapat diprediksi, dalam transaksi
murabahah
dapat
melakukan estimasi pendapatan yang akan diterima, karena dalam
transaksi
murabahah
hutang nasabah adalah harga jual sedangkan
dalam harga jual terkandung porsi pokok keuntungan. Sehingga dalam
keadaan normal, bank dapat memprediksi pendapatan yang akan
diterima.
Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif, karena secara sepintas terdapat persamaan antara jual beli murabahah dengan pembiayaan yang diberikan adalah komoditi (barang) bukan uang, dan pembayarannya dapat dilakuakn dengan cara tangguh atau cicilan ataupun cara lainnya. Namun jika diperhatikan ketentuan fatwa yang ada dan dijalankan sesuai dengan konsep syariahnya, keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sesuai dengan sifat bisnis, pembiayaan murabahah juga memiliki manfaat dan resiko bagi bank yang harus dihadapi. Bagi bank, keuntungan murabahah diperoleh dari selisih antara harga jual dari pemasok dengan harga jual ke pembeli (nasabah). Selain itu murabahah merupakan transaksi yang cukup sederhana sehingga tidak memerlukan biaya administrasi yang besar. Menurut Asmita (2004) resiko yang harus diantisipasi oleh bank adalah:
a.Kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar angsuran.
b.Fluktuasi harga, hal ini terjadi bila ada kenaikan harga di pasar. Bank tidak bisa merubah harga barang yang telah disepakati dengan pembeli.
(39)
c. Terjadi penolakan oleh pembeli, bisa dikarenakan barang tersebut rusak pada saat pengiriman maupun tidak sesuai dengan spesifikasi barang yang diinginkan oleh pembeli. Oleh sebab itu, bank perlu mengasuransikan barang yang dikirim. Bank juga harus berkonsultasi dengan pembeli tentang spesifikasi barang yang diinginkan pembeli agar tidak terjadi kesalahan. Bila bank telah menandatangi kontrak dengan penjual atau supplier, maka barang tersebut menjadi milik bank, bank mempunyai resiko untuk menjualnya kepada pihak lain jika pembeli/nasabah menolak untuk membeli barang tersebut.
d.Barang yang telah dijual kepada nasabah menjadi hak milik nasabah, walaupun pembayarannya masih dalam bentuk hutang cicilan. Nasabah bisa menjual kembali barangnya kepada pihak lain sehingga resiko kelalaian dari pihak nasabah atas kewajibannya kepada bank menjadi lebih besar.
Dalam kegiatan usaha selalu ada resiko yang harus dihadapi, begitupun dalam melaksanakan pembiayaan murabahah ada resiko yang harus diantisipasi dengan baik oleh bank syariah. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi kredit bermasalah dikemudian hari. Bank harus melakukan seleksi terhadap nasabah yang mengajukan pembiayaan ke bank, dan melakukan antisipasi dengan pengendalian internal yang bagus terhadap kemungkinan resiko yang mungkin timbul.
Pembiayaan berdasarkan pembagian resiko yang diidentikkan dengan model teoritis perbankan Islam tidak tampak menjadi karakter utama praktek
murabahah bank‐bank Islam. Namun demikian, para pendukung bank syari’ah
mengatakan bahwa dalam murabahah, faktor pembagian resiko tetap ada, yang itu menjadi alasan diambilnya laba, sampai nasabah memenuhi janji awal untuk
(40)
membeli barang. Muhammad (2004) berikut ini adalah resiko‐resiko yang terkait dalam murabahah sebagai berikut:
1. Resiko yang terkait dengan barang
Bank syari’ah membeli barang‐barang yang diminta oleh nasabah murabahah‐nya dan secara teoritis menanggung resiko kehilangan atau kerusakan pada barang‐barang tersebut dari saat pembelian sampai diserahkan kepada nasabah. Dalam kontrak murabahah, bank syari’ah diwajibkan untuk menyerahkan barang kepada nasabah dalam kondisi yang baik. Bahkan, nasabah berhak menolak barang‐barang yang rusak, yang kurang jumlahnya atau tidak menghindari resiko‐ resiko tersebut dengan asuransi dan klausul kontrak, yang telah disusun sedemikian rupa sehingga membantu bank syari’ah untuk menghindari segala resiko yang terkait dengan barang. Dengan demikian, segala resiko yang terkait dengan barang, yang secara teoritis harus ditanggung bank, secara efektif telah terhindarkan.
2. Resiko yang terkait dengan nasabah
Janji nasabah murabahah untuk membeli barang yang dipesan dalam suatu transaksi murabahah, tidaklah mengikat. Oleh sebab itu, nasabah berhak menolak untuk membeli barang ketika bank syari’ah menawari mereka dalam penjualan. Dalam prakteknya, resiko terhadap kemungkinan penolakan nasabah untuk membeli barang dapat dihindari dengan pembayaran di muka (sepertiga dari total harga, misalnya), dengan jaminan, jaminan pihak ketiga, dan dengan klausul kontrak. Dengan demikian, semua resiko yang secara teoritis mungkin ada dalam
(41)
kaitannya dengan penolakan nasabah untuk membeli barang, sebenarnya telah hilang dalam praktek perbankan syari’ah.
3. Resiko yang terkait dengan pembayaran
Resiko tidak terbayar penuh atau sebagian dari uang muka, seperti yang dijadwalkan dalam kontrak, memang ada dalam pembiayaan murabahah. Bank syariah menghindari resiko ini dengan adanya janji tertulis, jaminan, jaminan pihak ketiga dan klausul kontrak yang menyatakan bahwa semua hasil dari barang‐barang murabahah yang dijual kepada pihak ketiga dengan tunai maupun kredit harus ditaruh di bank sampai apa yang menjadi hak bank dibayar kembali sepenuhnya. Jika tidak adanya pembayaran itu disebabkan oleh faktor di luar kemampuan nasabah, bank syari’ah secara moral berkewajiban menjadwal ulang utang. Di pihak lain, jika nasabah memiliki kemampuan untuk membayar tepat waktu, tetapi ia tidak melakukannya, maka bank syariah telah mengadopsi praktek, bank syariah secara efektif telah menghilangkan semua resiko dalam pelaksanaan murabahah.
2.2. Margin Murabahah
2.2.1 Pengertian Margin Murabahah
Menurut informasi dari redaksi@tazkiaonline.com (17 Desember 2009). Pengertian margin adalah sebagai berikut: “Margin adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari memegang aset yang mengalami peningkatan nilai
(42)
selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan. Keuntungan juga bisa diperoleh dari pemindahan saling tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak saling tergantung dengan pemegang saham, atau pemegang‐ pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya”.
Pengertian margin berdasarkan Sudarsono & Hendi (2004:179) adalah sebagai berikut:
“Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya produksi dan harga jual dipasar”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa margin adalah tingkat selisih atau kenaikan nilai dari aset yang mengalami peningkatan nilai dari biaya produksi dan harga jual. beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan margin keuntungan dalam produk pembiayaan murabahah di bank syariah yaitu faktor biaya overhead dan proporsi bagi hasil dana pihak ketiga (DPK).
Hasil yang diperoleh dari beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut menjadi acuan dan bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian ini selanjutnya. Pada dasarnya setiap orang/individu maupun institusi, dalam melaksanakan usaha ingin memperoleh laba dan menghindari kerugian. Begitupun dengan bank syariah, bank tidak ingin memperoleh kerugian, oleh karena itu tingkat margin keuntungan yang tinggi merupakan salah satu cara bagi bank untuk memperoleh keuntungan dan menghindari kerugian.
(43)
Menurut Perwataatmadja (2002), Tingginya tingkat margin dalam
murabahah
ini juga tidak lepas dari dijadikannya tingkat suku bunga sebagai
acuan dalam penentuan harga jual produk murabahah ini. Dengan
dijadikannya tingkat suku bunga sebagai acuan penetapan margin, maka
merupakan langkah yang keliru yang dapat merusak reputasi perbankan
syariah sebagai bank yang bebas dari riba (dalam hal ini bunga). Selain itu,
tingginya margin Bank Syariah dimungkinkan karena adanya antisipasi oleh
pihak bank akan adanya inflasi dan kenaikan suku bunga di pasar. Karena jika
suku bunga di pasar naik, maka Bank Syariah akan menerima kerugian secara
riil, namun bila tingkat suku bunga stabil atau turun maka
margin
dari
murabahah
ini akan lebih besar nilainya daripada bunga yang dihasilkan oleh
bank konvensional. Dipakainya inflasi sebagai dasar penetapan
margin
juga
dikarenakan bank mengantisipasi akan adanya penurunan nilai uang di masa
yang akan datang. Namun kita tidak menyadari bahwa penetapan
margin
murabahah
yang tinggi secara tidak langsung juga dapat mengakibatkan
inflasi yang bahkan lebih besar daripada yang disebabkan oleh suku bunga itu
sendiri.
Dengan dijadikannya suku bunga sebagai acuan dalam penetapan margin, bisa jadi juga merupakan akibat dari keinginan Bank Syariah untuk selalu kompetitif dengan bank konvensional dalam hal penggunaan aset terkait dengan profit yang didapat dan bisa juga menjadi strategi yang diterapkan Bank Syariah dalam hal penentuan perolehan target dari total aset yang dimilki oleh bank konvensional serta keinginan Bank Syariah untuk mendapatkan floating customer. Namun,
(44)
floating customer ini bukannya tidak baik, hanya saja kenyamanan nasabah juga harus diperhatikan.
2.2.2. Metode Penentuan Margin
Metode Penentuan Margin menurut Muhammad (2005:132) adalah sebagai berikut:
1. Mark‐up Pricing
Mark‐ up pricing adalah penentuan tingkat harga dengan me‐markup biaya produksi komoditas yang bersangkutan. Contoh: Suatu perusahaan XYZ memproduksi barang A. Dalam menentukan tingkat harga dan biaya produksinya perusahaan tersebut dengan mempertimbangkan biaya‐biaya sebagai berikut:
Biaya Variabel per unit Rp. 10
Biaya tetap Rp. 100.000
Jumlah unit yang diharapkan terjual, sebanyak 10.000 unit
Dengan demikian biaya produksi perusahaan untuk memproduksi barang
A adalah sebagai berikut:
(45)
Diasumsikan perusahaan menetapkan keuntungan penjualannya sebesar 10% dari penjualan, maka mark‐up price untuk setiap unit adalah sebagai berikut:
Harga sebesar Rp. 22,22 merupakan harga yang telah di mark‐up, dan harga tersbut yang dijadikan sebagai harga dasar penawaran penjualan kepada calon nasabah/mitra yang akan membeli barang A tersebut. Jika calon nasabah/mitra menyepakati harga tersebut maka akan terjadi kontrak jual beli.
2. Target‐Return Pricing
Target‐Return Pricing adalah harga jual produk yang bertujuan
mendapatkan tingkat return atas besarnya modal yang diinvestasikan. Dalam bahasan keuangan dikenal dengan return on investment (ROI). Dalam hal ini perusahaan akan menentukan berapa return yang akan diharapkan atas modal yang diinvestasikan.
Contoh: Perusahaan XYZ yang memproduksi barang A tersebut telah menginvestasikan dananya sebesar RP. 1.000.000 dengan menghasilkan tingkat return sebesar 20% dengan demikian target return pricing dapat dicari sebagai berikut:
(46)
3. Received‐Value Pricing
Received‐Value Pricing adalah penentuan harga dengan tidak menggunakan
variabel harga sebagai harga jual. Harga jual didasarkan pada harga produk pesaing dimana perusahaan melakukan penambahan atau perbaikan unit untuk meningkatkan kepuasan pembeli.
4. Value Pricing
Value Pricing adalah kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas tinggi. Dengan ungkapan ono rego ono rupo, artinya: barang yang baik pasti harganya mahal. Namun perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang mampu menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang efisien sehingga perusahaan tersebut dapat dengan leluasa menentukan tingkat harga di bawah harga competitor.
2.3. Perbankan Syariah & Sektor Perumahan
Menurut Akhmadi (2004), Pada kondisi perekonomian Indonesia saat ini dimana tingkat suku bunga Bank Indonesia perlahan mulai merangkak naik dan tingkat suku bunga KPR Konvensional pun ikut naik dan tidak ada seorangpun yang bisa memperkirakan sampai kapan tingkat suku bunga itu akan berhenti mengalami
(47)
kenaikan karena memang sifat dari tingkat suku bunga itu sendiri memang sulit diprediksikan.
Oleh karena itu KPR syariah menjadi alternatif bagi anggota masyarakat yang ingin memiliki rumah melalui KPRS yang bebas dari fluktuasi bunga. Bank syariah sama sekali tidak memungut bunga pada KPR syariah, akan tetapi memungut margin (selisih harga beli dengan harga jual) apabila KPR syariah tersebut memakai cara murabahah (jual beli) atau memungut harga sewa apabila bank syariah memakai cara musyarakah ijarah (sewa).
Dalam industri perbankan syariah, produk KPR Syariah dapat ditawarkan dengan menggunakan dua model pembiayaan, yakni dengan model pembiayaan murabahah dan model pembiayaan musyarakah mutanaqishah. KPR Syariah dengan menggunakan basis pembiayaan murabahah sudah berjalan di industri perbankan syariah. Bahkan model pembiayaan murabahah ini telah menjadi produk favorit di beberapa bank syariah. Sedangkan KPR Syariah dengan model pembiayaan musyarakah mutanaqishah belum banyak dikembangkan di industri perbankan syariah.
Dalam prakteknya, pembiayaan murabahah diawali dengan negoisasi antara pihak nasabah dengan pihak bank syariah. Dimana pihak nasabah. memohon kepada pihak bank untuk membelikan rumah yang diinginkan. Setelah negoisasi selesai dan berujung pada kata mufakat antara nasabah dan bank syariah, maka pihak bank syariah melakukan pembelian rumah secara tunai kepada developer.
(48)
Keuntungan dari KPR Syariah dengan basis pembiayaan murabahah tidak dipengaruhi oleh fluktuasi (naik turun) harga, karena cicilan dibayarkan secara flat. Dalam hal ini, bank syariah dan pihak nasabah sama‐sama merasakan adanyam kepastian. Bank syariah sudah dapat menentukan keuntungan dalam bentuk margin KPR Syariah, sedangkan nasabah tidak direpotkan oleh cicilan yang bersifat floating (mengembang), risiko floating suku bunga yang biasa dialami oleh nasabah KPR konvensional tidak akan terjadi dalam pembiayaan murabahah pada KPR Syariah. Selain menggunakan skema pembiayaan murabahah, KPR Syariah oleh bank syariah dapat ditawarkan melalui model pembiayaan musyarakah
mutanaqishah. Musyarakah mutanaqishah merupakan produk turunan dari akad
musyarakah dan ijarah. Seperti diketahui, pemilikan rumah di Indonesia merupakan hal yang sangat krusial. Akan tetapi, dalam kondisi pasca krisis sekarang ini, berbagai bank yang biasa menyalurkan kredit kepemilikan rumah sangat sulit untuk memasarkan produknya tersebut karena mereka juga sulit untuk mendapatkan dana murah untuk kepentingan jangka panjang. Hal itulah yang dicoba disiasati oleh perbankan syariah untuk memberikan hal yang sama dengan KPR yang diberikan oleh bank konvensional dengan nama Pembiayaan Pemilikan Rumah. Masuknya perbankan syariah ke dalam sektor ini karena perbankan syariah memiliki peran dalam sektor riil.Prospek pembiayaan pemilikan rumah ini sendiri sangat besar mengingat banyak sekali kalangan masyarakat yang ingin memiliki rumah dengan menggunakan transaksi yang sesuai dengan landasan syariah. Berdasarkan data yang ada, nilai kapitalisasi pasar di sektor properti saja sudah mencapai angka Rp 49 triliun, dengan 57% diantaranya berasal dari sektor perumahan.
(49)
Apalagi sektor properti memiliki karakter produk yang secara alamiah sesuai untuk mendukung bisnis yang sesuai dengan syariah, karena secara syariah dibolehkan dan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang mendasar dari umat manusia.
Disinilah besarnya peranan perbankan syariah untuk menangkap peluang tersebut. Selain itu juga terdapat beberapa alasan terjunnya pembiayaan perbankan syariah ke dalam sektor perumahan dan properti, yaitu
1. Besarnya pasar perumahan nasional.
2. Potret pertumbuhan sektor properti
Pada umumnya dan sektor perumahan pada khususnya sangat memberikan nilai tambah bagi perkembangan perbankan syariah Seperti diketahui, landasan hukum bank syariah pertama kali adalah UU No.7 tahun 1992 kemudian berubah menjadi Undang‐Undang No.10 tahun 1998 dimana UU tersebut mengakui keberadaan bank konvensional dan bank syariah secara berdampingan yang dikenal dengan sistem “dual banking”. Bahkan secara lebih jauh lagi UU ini memungkinkan konversi sebuah bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.
Sebagai bank syariah yang didirikan dengan maksud untuk meningkatkan kondisi riil perekonomian masyarakat Indonesia, maka Bank Syariah Mandiri juga aktif dalam memberikan pembiayaan kepada para nasabahnya.Berdasarkan data pada laporan tahunan BSM yang ada, keseluruhan pembiayaan yang disalurkan hampir 75% hingga 76%‐nya diberikan untuk sektor konsumtif, yaitu dalam bentuk
(50)
pembiayaan murabahah. Pembiayaan dengan jenis ini juga diberikan untuk sektor perumahan, yaitu Pembiayaan Pemilikan Rumah.
(51)
BAB
III
METODOLOGI
PENILITIAN
3.1 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis determinan antara penetapan margin murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah pada Bank Bukopin Syariah Medan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Bukopin Syariah Medan, dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series pada periode (tahunan) mulai tahun 2007 sampai 2009 (sampel data selama 3 tahun).
3.3 Pengolahan Data dan Metode Analisa
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). hal ini dikarenakan untuk melihat sejauhmana pengaruh penetapan margin murabahah baik terhadap produk pembiayaan
(52)
kepemilikan rumah di Bank Bukopin Syariah Medan. Dan sebagai alat analisis yang digunakan untuk mengolah data tersebut adalah program Eviews versi 5.1.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal‐ hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Untuk mendapatkan data‐data yang terkait dengan penelitian, maka peneliti menggunakan arsip‐arsip yang ada pada Bank Bukopin Syariah untuk dipergunakan dalam penelitian.
Metode dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal‐hal atau variabel yang berupa laporan penetapan margin murabahah, Pembiayaan kepemilikan Rumah dan catatan yang mendukung lainnya.
3.5 Model Analisis
Untuk melihat faktor penetapan margin murabahah produk pembiayaan kepemilikan rumah di Bank Bukopin Syariah Medan, dilakukan analisis dengan menggunakan persamaan Ordinary Least Square (OLS). Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
PKR = f {MM}
Kemudian dari fungsi tersebut ditransformasi ke dalam model persamaan ekonometrika dengan spesifikasi model, yakni :
(53)
Dimana :
PKR = Pembiayaan Kepemilikan Rumah
α = Konstanta
β = Koefisien regresi MM = Margin Murabahah
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang akan terjadi dalam model regresi linier dimana secara statistic permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk. Untuk itu perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari (Insukindro, 2000).
3.6.1 Uji Multikolinieritas
Interprestasi dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variable‐variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas maka akan menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu dideteksi multikolinieritas dengan besaran‐besaran regresi yang didapat sebagai berikut :
1.Variasi besar (dari taksiran OLS)
2.Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar sehingga standar error besar yang berdampak pada interval kepercayaan lebar)
(54)
3.Uji‐t (t rasio) tidak signifikan. Suatu variable bebas yang signifikan baik secara substansi maupun secara statistic jika dilakukan regresi sederhana maka terjadi bias dan tidak signifikan karena variasi besar aikbat adanya kolinieritas. Bila standar error terlalu besar maka besar pula kemungkinan taksiran koefisien regresi tidak signifikan.
4.R2 tinggi tetapi tidak banyak variable yang signifikan dari uji‐t
5.Terkadang nilai taksiran koefisienan yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya,s ehingga dapat menyesatkan interprestasi.
3.6.2 Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar. Apakah fungsi yang digunakan sebaiknya berbentu linier, kuadrat atau kubik. Apakah suatu variable baru relevan atau tidak dimasukkan dalam model. Untuk uji linearitas dalam penelitian ini digunakan uji Ramsey (Ramsey RESET Test) yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table. Criteria keputusannya sebagai berikut :
1.Bila nilai Fhitung > Ftabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar tridak ditolak.
2.Bila nilai Fhitung < Ftabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa
spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar tidak dapat ditolak.
(55)
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Dalam konteks regresi, model regresi linier klasik mengasumsikan bawa autokorelasi seperti itu tidak terdapat dalam disturbasi. Secara sederhana dikatakan bahwa model klasik mengasumsikan unsure gangguan yang berhubunangan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsure disturbasi atau gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain yang manapun.
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model penelitian ini dilakukan uji Langrange Multiplier test (LM test). Dengan membandingkan nilai Xhitung dengan X tabel dengan criteria penilaian sebagai berikut :
1.Jika nilai X hitung > X tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak
ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.
2.Jika nilai X hitung < X tabel maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak. 3.7 Batasan Operasional
1. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PKR)
Merupakan Pembiayaan yang dikeluarkan oleh perbankan syariah untuk membiayai berbagai sektor konsumtif dan produktif yang menggunakan layanan dan jasa bank syariah. Salah satunya adalah untuk kebutuhan pembelian rumah.
(56)
Tingkat margin murabahah adalah selisih antara harga jual dan harga beli yang telah disepakati bersama antara bank dengan debitur pada pembiayaan murabahah. Dengan demikian, pembiayaan kepemilikan rumah akan mengalami kenaikan dengan asumsi ceteris paribus.
BAB
IV
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Bank Bukopin Syariah Medan
Perjalanan PT Bank Syariah Bukopin dimulai dari sebuah bank
umum, PT Bank Persyarikatan Indonesia yang diakuisisi oleh PT Bank
Bukopin Tbk untuk dikembangkan menjadi bank Syariah. Bank Syariah
Bukopin mulai beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip Syariah setelah memperoleh izin operasi Syariah dari Bank
Indonesia pada tanggal 27 Oktober 2008 dan pada tanggal 11 Desember
2008 telah diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia.
Komitmen penuh dari PT Bank Bukopin Tbk sebagai pemegang
saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam
rangka untuk menjadikan PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah
dengan pelayanan terbaik.
Dan pada tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank
Indonesia, PT Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban
(1)
F. statistic
Log likelihood ratio
3.1539338 3.777970
Probability Probability
0.190238 0.151932
Berdasarkan hasil estimasi Ramsey test di atas, diperoleh besarnya nilai F‐hitung sebesar 3.153 yang berarti nilai F‐hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F‐tabel sebesar 2,310 (F hitung (3.153) < F tabel (2,310)) pada level signifikan 1 persen. Dengan demikian, melalui Ramsey test ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol (Ho) yang
menyatakan spesifikasi model yang digunakan dalam bentuk linier adalah benar tidak
dapat ditolak. Ini berarti spesifikasi model persamaan yang benar dalam model regresi tersebut adalah dalam bentuk linier yakni PKR = F (MM).
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh Penetapan Margin
Murabahah terhadap Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah di Bank Bukopin Syariah Medan, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Variabel margin murabahah (X) ternyata berpengaruh signifikan terhadap
Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah.
2. Koefisien variabel margin murabahah (X), ternyata berpengaruh positif terhadap Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi (X) yaitu sebesar 0,314. Artinya, setiap terjadi kenaikan sebesar 1%, ceteris paribus maka margin murabahah akan mengalami peningkatan sebesar 31,4%. Dari hasil profit target probabilitas dapat diketahui bahwa margin murabahah signifikan pada α = 2%, dengan t‐hitung > t‐tabel (6,02 > 2,120).
Dengan demikian, Ha diterima. Artinya, variabel margin murabahah
berpengaruh nyata terhadap Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah pada
tingkat kepercayaan 98%.
3. Koefisien variabel Pembiayaan kepemilikan Rumah (Y), ternyata berpengaruh positif terhadap margin murabahah. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi (Y) yaitu sebesar 0,124. Artinya setiap terjadi kenaikan sebesar 1%, ceteris paribus maka profit target akan mengalami peningkatan sebesar 12,4%.
Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa profit margin signifikan pada α = 1%, dengan t‐hitung > t‐tabel (2.786 > 2,583). Dengan demikian, Ha diterima.
(3)
Artinya, variabel PKR berpengaruh nyata terhadap Produk margin murabahah pada tingkat kepercayaan 99%.
4. Koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,990. Artinya variabel margin
murabahah (X), secara bersama menjelaskan variabel produk Pembiayaan
kepemilikan Rumah sebesar 99%, sedangkan sisanya sebesar 1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
5. Hasil uji F‐statistik berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa diperoleh F‐hitung > F‐tabel (583,90 > 6,11), dengan demikian Ha diterima.
Artinya, secara bersama‐sama margin murabahah (X), berpengaruh nyata
terhadap produk Pembiayaan kepemilikan Rumah, pada tingkat kepercayaan
99% (α = 1%).
5.2.Saran
Adapun saran‐saran yang dapat penulis berikan demi kemajuan
perusahaan/instansi ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya untuk analisis pembiayaan pemilikan rumah syariah tidak hanya
menggunakan system scoring saja tetapi menggunakan analisis pembiayaan yang
lebih detail lagi, seperti analisis keuangannya, yang tujuannya adalah untuk
keamanan, sehingga dengan adanya analisis yang lebih detail itu bisa digunakan
untuk pembiayaan perumahan untuk perusahaan besar dan bukan hanya
pembiayaan perumahan untuk nasabah perorangan saja sehingga dengan begitu
(4)
2. Penentuan margin di Bank Bukopin Syariah medan haruslah adil, agar tercapainya
peningkatan nasabah dimasa mendatang.
3. Hasil Penelitian ini, sekiranya dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti lain untuk
mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan seperlunya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, M. Faisal, 2003.Manajemen Syari'ah. UMM Press : Malang.
Akhmadi, Slamet, 2004, Evaluasi Kredit Kepemilikan Rumah Dalam Bank Syariah,
Makalah pada Simposium Nasional Sistem Ekonomi Islami II , Malang.
Antonio, Syafii, Muhammad, 2004, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Gema Insani, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta: Jakarta.
Asmita, Budi, 2004, Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Margin Pembiayaan
(5)
Furywardana, Firdaus, 2000, Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman, Ekonisia, Yogyakarta.
Gozali, Ahmad. 2005. Serba‐serbi Kredit Syariah. Jangan Ada Bunga diantara Kita. Jakarta: PT. Elex Komputindo.
Hafidhuddin, Didin, 2003. Manajemen Syariah : dalam Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
Hamidi, M. Luthfi, 2003. Jejak‐jejak Ekonomi Syariah. Jakarta: Senayan Abadi Publishing.
Haron, Sudin, 1996, Prinsip Dan Operasi Perbankan Islam, Berita Publishing SDN BHD, Kuala Lumpur, Malaysia.
Karim, Adiwarman, 2004, Bank Islam Analisih Fiqih dan Keuangan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Muhammad. 2004. Teknik Menghitung Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah. Yogyakarta: UII Press
_________. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Perwataatmadja, Karnaen A, 2002, Upaya Memurnikan Pelayanan Bank Syariah, Khusus
Pembiayaan Murabahah dan Mudharabah Di Indonesia, kertas kerja pada rapat
Komite Ahli Pengembangan Perbankan Syariah Bank Indonesia, PP EKABA
Trisakti, Jakarta.
Saeed, Abdullah, 2003, Menyoal Bank Syariah, Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo Revivalis, Paramdina, Jakarta.
Sudarsono, Heri, 2003, Bank dan lembaga keuangan Syari’ah, Ekonisia, Yogyakarta.
Sudarsono, Heri & Hendi Yoga Prabowo, 2004, Istilah‐Istilah Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta.
Sumitro, Warkum, 2004, Asas‐Asas Perbankan Islam dan Lembaga‐Lembaga Terkait, BMI & Takaful Di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Teguh, W 2004. Cara Mudah Melakukan Analisa Statitik Dengan SPSS (Studi ‐ Kasus,
Pembahasan, dan Teknik Membaca Output). Edisi I. Cetakan Pertama.
Yogyakarta : Gava Media.
Usman, Rachmadi, 2002, Aspek‐Aspek Hukum Perbankan Islam, PT Citra Adiyta Bakti,
Bandung.
(6)
Zulkifli, Sunarto, 2003, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syari’ah, Zikrul Hakim, Jakarta.
Wiroso, 2005. Jual Beli Murabahah. UII Press : Yogyakarta.
Yumanita, Diana. 2005. Bank Syariah : Gambaran Umum. Jakarta : PPSK‐BI.