Pengertian Pembiayaan Murabahah Skema Pembiayaan Murabahah Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah

pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank sebagai penjual dalam murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual bank dan penjual bank akan mengurangi nilai akad. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam harga untuk cara pembayaran yang berbeda. Menurut Usman 2002 Bank dapat memberikan potongan apabila nasabah: a. mempercepat pembayaran cicilan; atau b. melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo

2.1.3. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Produk penyaluran dana kepada masyarakat atau pada Bank Syariah disebut juga dengan pembiayaan. Pembiayaan pada bank Syariah dapat terbagi menjadi beberapa jenis, yang salah satunya adalah pembiayaan jual beli. Pembiayaan jual beli terdiri dari pembiayaan murabahah, salam dan istishna. Namun pembiayaan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pembiayaan murabahah. Menurut Wiroso 2005 mendefinisikan pengertian pembiayaan murabahah sebagai berikut; ” Pembiayaan murabahah adalah penjualan barang oleh seseorang kepada pihak lain dengan pengaturan bahwa penjual berkewajiban untuk mengungkapkan kepada pembeli harga pokok dari barang dan marjin keuntungan yang dimasukkan ke dalam harga jual barang tersebut. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai ataupun tangguh.” Universitas Sumatera Utara Pembiayaan murabahah menurut Muhammad 2005:94, adalah sebagai berikut: “Pembiayaan Murabahah dari kata ribhu= keuntungan; Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.” Pembiayaan murabahah menurut Adiwarman A Karim 2004:113, adalah sebagai berikut: “Pembiayaan murabahah adalah transaksi jual beli, yaitu pihak bank syariah bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli dengan harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan dalam presentase tertentu bagi bank syariah sesuai kesepakatan.” Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan dengan sistem jual beli yang harga jualnya di tambah keuntungan dan pembayarannya dilakukan dengan tangguh.

2.1.4. Skema Pembiayaan Murabahah

Skema pembiayaan murabahah menurut Muhammad 2005:94 adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Skema Kerja Murabahah

2.1.5. Landasan Syariah Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu memberikan fasilitas ‐fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak‐pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana dari bank. Dalam pembiayaan bank syariah terdapat berbagai macam pembiayaan, namun dalam penelitian ini penulis lebih menitikberatkan terhadap pembiayaan jual beli yaitu murabahah. Pada saat ini pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak digunakan oleh bank dalam penyaluran dana pembiayaan, karena mudah dimplementasikan, pendapatan bank dapat diprediksi, tidak perlu mengenal nasabah secara mendalam, menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif. Dalam Islam, penetapan suatu hukum harus memiliki landasan berupa dalil naqli dan dalil aqli. Dalil naqli yaitu landasan hukum yang terdapat dalam Al Qur’an dan Hadist. Sedangkan dalil aqli ialah landasan hukum berdasarkan ijtihad hasil pemikiran para ulama. Pembiayaan murabahah memiliki landasan syariah yang cukup kuat, walaupun tidak dijelaskan secara rinci pada Al Qur’an dan Hadist, petunjuk para ulama sudah cukup untuk melengkapinya. Karena memang pada umumnya Al Qur’an hanya menjelaskan secara global saja mengenai sesuatu hal, Universitas Sumatera Utara kemudian lebih di rinci kembali didalam Hadist. Akan tetapi, jika Al Qur’an dan Hadist belum cukup rinci dan jelas maka diperlukan fatwa dan ijtihad para ulama selama tidak melanggar ketentuan dan norma‐norma dalam agama Islam. Dalam ketentuan BI No. 746PBI2005 pasal 9 ditegaskan lagi mengenai tatacara penyaluran dana murabahah tersebut, yaitu sebagai berikut : Ayat 1 Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Murabahah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut : a. Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang. b. jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah; c. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya; d. dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah wakalah untuk membeli barang, maka Akad Murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik Bank; e. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah; f. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain barang yang dibiayai Bank; g. kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal Akad dan tidak berubah selama periode Akad; h. Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan secara proporsional. Universitas Sumatera Utara Ayat 2 Dalam hal Bank meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf e maka berlaku ketentuan sebagai berikut : a. dalam hal uang muka, jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil Bank harus dibayar dari uang muka tersebut dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang harus ditanggung oleh Bank, maka Bank dapat meminta lagi pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah; b. dalam hal urbun, jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik Bank maksimal sebesarkerugian yang ditanggung oleh Bank akibat pembatalan tersebut, dan jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

2.1.6 Manfaat dan Resiko dalam pembiayaan Murabahah