floating customer ini bukannya tidak baik, hanya saja kenyamanan nasabah juga
harus diperhatikan.
2.2.2. Metode Penentuan Margin
Metode Penentuan Margin menurut Muhammad 2005:132 adalah
sebagai berikut:
1. Mark‐up Pricing
Mark ‐ up pricing adalah penentuan tingkat harga dengan me‐markup biaya
produksi komoditas yang bersangkutan. Contoh: Suatu perusahaan XYZ
memproduksi barang A. Dalam menentukan tingkat harga dan biaya produksinya
perusahaan tersebut dengan mempertimbangkan biaya‐biaya sebagai berikut:
Biaya Variabel per unit Rp. 10
Biaya tetap Rp. 100.000
Jumlah unit yang diharapkan terjual, sebanyak 10.000 unit
Dengan demikian biaya produksi perusahaan untuk memproduksi barang
A adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Diasumsikan perusahaan menetapkan keuntungan penjualannya sebesar
10
dari penjualan, maka mark‐up price untuk setiap unit adalah sebagai berikut:
Harga sebesar Rp. 22,22 merupakan harga yang telah di mark‐up, dan harga
tersbut yang dijadikan sebagai harga dasar penawaran penjualan kepada calon
nasabahmitra yang akan membeli barang A tersebut. Jika calon nasabahmitra
menyepakati harga tersebut maka akan terjadi kontrak jual beli.
2. Target‐Return Pricing
Target ‐Return Pricing adalah harga jual produk yang bertujuan
mendapatkan tingkat return atas besarnya modal yang diinvestasikan. Dalam
bahasan keuangan dikenal dengan return on investment ROI. Dalam hal ini
perusahaan akan menentukan berapa return yang akan diharapkan atas modal yang
diinvestasikan. Contoh:
Perusahaan XYZ yang memproduksi barang A tersebut telah menginvestasikan
dananya sebesar RP. 1.000.000 dengan menghasilkan tingkat return
sebesar 20 dengan demikian target return pricing dapat dicari sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
3. Received‐Value Pricing
Received ‐Value Pricing adalah penentuan harga dengan tidak menggunakan
variabel harga sebagai harga jual. Harga jual didasarkan pada harga produk pesaing
dimana perusahaan melakukan penambahan atau perbaikan unit untuk
meningkatkan kepuasan pembeli.
4. Value Pricing
Value Pricing adalah kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang
berkualitas tinggi. Dengan ungkapan ono rego ono rupo, artinya: barang yang baik
pasti harganya mahal. Namun perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang
mampu menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang efisien sehingga
perusahaan tersebut dapat dengan leluasa menentukan tingkat harga di bawah
harga competitor.
2.3. Perbankan Syariah Sektor Perumahan
Menurut Akhmadi 2004, Pada kondisi perekonomian Indonesia saat ini
dimana tingkat suku bunga Bank Indonesia perlahan mulai merangkak naik dan
tingkat suku bunga KPR Konvensional pun ikut naik dan tidak ada seorangpun yang
bisa memperkirakan sampai kapan tingkat suku bunga itu akan berhenti mengalami
Universitas Sumatera Utara
kenaikan karena memang sifat dari tingkat suku bunga itu sendiri memang sulit
diprediksikan. Oleh
karena itu KPR syariah menjadi alternatif bagi anggota masyarakat yang
ingin memiliki rumah melalui KPRS yang bebas dari fluktuasi bunga. Bank syariah
sama sekali tidak memungut bunga pada KPR syariah, akan tetapi memungut
margin selisih harga beli dengan harga jual apabila KPR syariah tersebut
memakai cara murabahah jual beli atau memungut harga sewa apabila bank
syariah memakai cara musyarakah ijarah sewa. Dalam
industri perbankan syariah, produk KPR Syariah dapat ditawarkan dengan
menggunakan dua model pembiayaan, yakni dengan model pembiayaan murabahah
dan model pembiayaan musyarakah mutanaqishah. KPR Syariah dengan
menggunakan basis pembiayaan murabahah sudah berjalan di industri perbankan
syariah. Bahkan model pembiayaan murabahah ini telah menjadi produk favorit
di beberapa bank syariah. Sedangkan KPR Syariah dengan model pembiayaan
musyarakah mutanaqishah belum banyak dikembangkan di industri perbankan
syariah. Dalam
prakteknya, pembiayaan murabahah diawali dengan negoisasi antara
pihak nasabah dengan pihak bank syariah. Dimana pihak nasabah. memohon kepada
pihak bank untuk membelikan rumah yang diinginkan. Setelah negoisasi selesai
dan berujung pada kata mufakat antara nasabah dan bank syariah, maka pihak
bank syariah melakukan pembelian rumah secara tunai kepada developer.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan dari KPR Syariah dengan basis pembiayaan murabahah tidak
dipengaruhi oleh fluktuasi naik turun harga, karena cicilan dibayarkan secara flat.
Dalam hal ini, bank syariah dan pihak nasabah sama‐sama merasakan adanyam
kepastian. Bank syariah sudah dapat menentukan keuntungan dalam bentuk
margin KPR Syariah, sedangkan nasabah tidak direpotkan oleh cicilan yang bersifat
floating mengembang, risiko floating suku bunga yang biasa dialami oleh nasabah
KPR konvensional tidak akan terjadi dalam pembiayaan murabahah pada KPR
Syariah. Selain menggunakan skema pembiayaan murabahah, KPR Syariah oleh
bank syariah dapat ditawarkan melalui model pembiayaan musyarakah
mutanaqishah. Musyarakah mutanaqishah merupakan produk turunan dari akad
musyarakah dan ijarah. Seperti diketahui, pemilikan rumah di Indonesia merupakan
hal yang sangat krusial. Akan tetapi, dalam kondisi pasca krisis sekarang ini,
berbagai bank yang biasa menyalurkan kredit kepemilikan rumah sangat sulit untuk
memasarkan produknya tersebut karena mereka juga sulit untuk mendapatkan
dana murah untuk kepentingan jangka panjang. Hal itulah yang dicoba disiasati oleh
perbankan syariah untuk memberikan hal yang sama dengan KPR yang diberikan
oleh bank konvensional dengan nama Pembiayaan Pemilikan Rumah. Masuknya
perbankan syariah ke dalam sektor ini karena perbankan syariah memiliki peran
dalam sektor riil.Prospek pembiayaan pemilikan rumah ini sendiri sangat besar
mengingat banyak sekali kalangan masyarakat yang ingin memiliki rumah dengan
menggunakan transaksi yang sesuai dengan landasan syariah. Berdasarkan data
yang ada, nilai kapitalisasi pasar di sektor properti saja sudah mencapai angka Rp 49
triliun, dengan 57 diantaranya berasal dari sektor perumahan.
Universitas Sumatera Utara
Apalagi sektor properti memiliki karakter produk yang secara alamiah
sesuai untuk mendukung bisnis yang sesuai dengan syariah, karena secara syariah
dibolehkan dan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang mendasar
dari umat manusia.
Disinilah besarnya peranan perbankan syariah untuk menangkap peluang
tersebut. Selain itu juga terdapat beberapa alasan terjunnya pembiayaan
perbankan syariah ke dalam sektor perumahan dan properti, yaitu
1. Besarnya pasar perumahan nasional.
2. Potret pertumbuhan sektor properti
Pada umumnya dan sektor perumahan pada khususnya sangat memberikan
nilai tambah bagi perkembangan perbankan syariah Seperti diketahui, landasan
hukum bank syariah pertama kali adalah UU No.7 tahun 1992 kemudian berubah
menjadi Undang‐Undang No.10 tahun 1998 dimana UU tersebut mengakui
keberadaan bank konvensional dan bank syariah secara berdampingan yang dikenal
dengan sistem “dual banking”. Bahkan secara lebih jauh lagi UU ini memungkinkan
konversi sebuah bank umum konvensional menjadi bank umum syariah.
Sebagai bank syariah yang didirikan dengan maksud untuk meningkatkan
kondisi riil perekonomian masyarakat Indonesia, maka Bank Syariah Mandiri juga
aktif dalam memberikan pembiayaan kepada para nasabahnya.Berdasarkan data
pada laporan tahunan BSM yang ada, keseluruhan pembiayaan yang disalurkan
hampir 75 hingga 76‐nya diberikan untuk sektor konsumtif, yaitu dalam bentuk
Universitas Sumatera Utara
pembiayaan murabahah. Pembiayaan dengan jenis ini juga diberikan untuk sektor
perumahan, yaitu Pembiayaan Pemilikan Rumah.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
3.1 Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis determinan antara
penetapan margin murabahah dengan Produk Pembiayaan kepemilikan Rumah pada
Bank Bukopin Syariah Medan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Bank Bukopin Syariah Medan, dan dari berbagai sumber lainnya yang
mendukung. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series pada periode tahunan
mulai tahun 2007 sampai 2009 sampel data selama 3 tahun.
3.3 Pengolahan Data dan Metode Analisa
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square OLS. hal ini dikarenakan untuk melihat
sejauhmana pengaruh penetapan margin murabahah baik terhadap produk pembiayaan
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan rumah di Bank Bukopin Syariah Medan. Dan sebagai alat analisis yang
digunakan untuk mengolah data tersebut adalah program Eviews versi 5.1.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal‐
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, agenda dan lain sebagainya
Arikunto, 2006: 231. Untuk mendapatkan data‐data yang terkait dengan penelitian,
maka peneliti menggunakan arsip‐arsip yang ada pada Bank Bukopin Syariah untuk
dipergunakan dalam penelitian.
Metode dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal‐hal atau variabel
yang berupa laporan penetapan margin murabahah, Pembiayaan kepemilikan Rumah
dan catatan yang mendukung lainnya.
3.5 Model Analisis
Untuk melihat faktor penetapan margin murabahah produk pembiayaan
kepemilikan rumah di Bank Bukopin Syariah Medan, dilakukan analisis dengan
menggunakan persamaan Ordinary Least Square OLS. Fungsi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
PKR = f {MM}
Kemudian dari fungsi tersebut ditransformasi ke dalam model persamaan
ekonometrika dengan spesifikasi model, yakni :
PKR = α + β MM
Universitas Sumatera Utara
Dimana :
PKR =
Pembiayaan Kepemilikan Rumah α
= Konstanta
β =
Koefisien regresi MM
= Margin Murabahah
3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang akan terjadi dalam model regresi linier
dimana secara statistic permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah
ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang
terbentuk. Untuk itu perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari
Insukindro, 2000.
3.6.1 Uji Multikolinieritas