1. Sekolah Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD.
2. Puskesmasrumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD,
demam dengue DD atau carrier virus dengue. 3. Tempat-tempat umum lainnya :
a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempat tempat ibadah.
b. Wilayah rawan DBD endemis c. Pemukiman baru di pinggir kota
Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus
dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. Depkes RI, 2005.
2.2 Nyamuk Penularan Demam Berdarah 2.2.1 Pengertian Nyamuk Mosquito
Nyamuk adalah vector mekanis atau vector siklik penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus. Nyamuk dari genus
Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari,
membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myasis pada kulit manusia atau pada mamalia lain. Nyamuk yang penting ada tiga genus yang
menjadi vector penyakit penting di Indonesia, yaitu genus Culex, Anopheles, dan Aedes
Soemirat, 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk Ae. aegypti dikenal dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito karena tubuhnya memiliki ciri yang khas yaitu adanya garis-garis
dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam. Sedangkan yang menjadi ciri khas utamanya adalah ada dua garis lengkung yang berwarna putih
keperakan di kedua sisi lateral dan dua buah garis putih sejajar di garis median dari punggungnya yang berwarna dasar hitam lyre shaped marking.
Dalam siklus hidupnya, Ae. aegypti mengalami empat stadium yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air
tawar yang jernih serta tenang. Genangan air yang disukai sebagai tempat perindukannya breeding place adalah genangan air yang terdapat di salah satu
wadah atau container, bukan genangan air di tanah. Tempat-tempat perindukan yang paling potensial adalah tempat penampungan air TPA yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari seperti drum, bak mandi, bak WC, gentongtempayan, ember dan lain-lain. Tempat-tempat perindukan lainnya yang non-TPA adalah vas
bunga, pot tanaman hias, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas, tempat minuman burung, dan lain-lain serta tempat penampungan air alamih : lubang pohon,
pelepah daun pisang, pelepah daun keladi, lubang batu, dan lain-lain. Tempat perindukan yang paling disukai adalah yang berwarna gelap, terbuka lebar dan
terlindungi dari sinar matahari langsung. Untuk memecahkan hambatan upaya pemberantasan nyamuk Ae. aegypti
perlu dipahami ilmu, seperti taksonomi, morfologi, ekologi, ekologi, bionomic, siklus hidup, lingkungan hidup, hubungan Ae. aegypti dan virus Dengue,
transivarial transmission, dan pengendalian vektor Soegijanto, 2006.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Taksonomi dan Morfologi
Nyamuk Ae. aegypti L Diptea : Culicidae disebut black-white mosquito karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-garis putih keperakan di atas
dasar hitam. Di Indonesia nyamuk ini sering disebut sebagai salah satu dari nyamuk-nyamuk rumah.
Menurut Richard dan Davis, kedudukan nyamuk Ae. aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Bangsa : Diptera
Suku : Culicidae
Marga : Aedes
Jenis : Aedes aegypti
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Ae. aegypti dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa, sehingga termasuk metamorphosis
sempurna hotometabola. a.
Telur Telur Aedes berwarna hitam, oval dan diletakkan di dinding wadah air,
biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah air ini mengering, telur bisa tahan lama selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika
wadah air berisi air kembali dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu akan menetas menjadi jentik. wadah air seperti bak mandi jangan hanya dikeringkan
airnya saja tetapi di dindingnya pun harus digosok sampai bersih Anies, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Telur diletakkan satu per satu pada permukaan yang basah tepat di atas permukaan air. Sebagian besar nyamuk Aedes aegypti betina meletakkan telurnya
di beberapa sarang selama satu kali siklus gonotropik. Perkembangan embrio biasanya selesai dalam 48 jam di lingkungan yang hangat dan lembab. Begitu
proses embrionasi selesai, telur akan menjalani masa pengeringan yang lama lebih dari satu tahun. Telur akan menetas pada saat penampung air penuh, tidak
semua telur akan menetas pada waktu yang sama. Kapasitas telur untuk menjalani masa pengeringan akan membantu mempertahankan kelangsungan spesies ini
selama kondisi iklim buruk WHO, 2004 b.
Jentik Larva Menurut Depkes RI 2008, ada 4 tingkat instar jentik sesuai dengan
pertumbuhan larva tersebut, yaitu: 1 Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2 Instar II : 2,5-3,8 mm 3 Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4 Instar IV : berukuran paling besar 5 mm Larva nyamuk Ae. aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-
bulu sederhana yang tersusun bilateral simetris. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksisnegatif, dan waktu istirahat membentuk
sudut hampir tegak lurus dengan bidang permukaan air. Lamanya perkembangan larva akan bergantung pada suhu, ketersediaan
makanan, kepadatan larva pada sarang. Pada kondisi optimum waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai kemunculan nyamuk dewasa akan
berlangsung sedikitnya selama tujuh hari termasuk dua hari untuk masa menjadi
Universitas Sumatera Utara
kepompong. Akan tetapi pada suhu rendah mungkin akan membutuhkan beberapa minggu untuk kemunculan nyamuk dewasa.
c. Pupa
Kepompong berbentuk seperti koma. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding jentiknya. Kepompong berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata kepompong nyamuk lain Depkes RI, 2008. Kepompong merupakan tahapan yang tidak memerlukan makan namun
tidak seperti sebagian besar insekta, kepompong nyamuk berenang sangat aktif dapat berenang dengan mudah saat terganggu. Tahap kepompong pada nyamuk
Aedes aegypti umumnya berlangsung selama 2-3 hari. Saat nyamuk akan
melengkapi perkembangannya dalam cangkang kepompong, kepompong akan naik ke permukaan dan berbaring sejajar dengan permukaan air untuk persiapan
munculnya nyamuk dewasa Achmadi, 2011. d.
Nyamuk Dewasa Nyamuk Ae. aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada,
dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap piercing-sucking dan
termasuk lebih menyukai manusia anthropophagus, sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia,
Karena itu tergolong lebih menyukai cairan tumbuhan phytophagus. Nyamuk betina mempunyai antenna tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.
Dada nyamuk ini tersusun dari 3 ruas, porothorax, mesothorax, dan metathorax.
Setiap ruas dada ada sepasang kaki yang terdiri dari femur paha, tibia betis, dan tarsus tampak. Pada ruas-ruas kaki ada gelang-gelang putih,
Universitas Sumatera Utara
tetapi pada bagian tibia kaki belakang tidak ada gelang putih. Pada bagian dada juga terdapat sepasang sayap tanpa noda-noda hitam. Bagian punggung
mesontum ada gambaran garis-garis putih yang dapat dipakai untuk membedakan dengan jenis lain. Gambaran punggung nyamuk Ae. aegypti berupa
sepasang garis lengkung putih bentuk :lyre pada tepinya dan sepasang garis submedian tengahnya.
Perut terdiri dari 8 ruas dan pada ruas-ruas tersebut terdapat bintik-bintik putih. Waktu istirahat posisi nyamuk Ae. aegypti ini tubuhnya sejajar dengan
bidang permukaan yang dihinggapinya Anies, 2006.
Gambar 2.1 Nyamuk Demam Berdarah Dengue
Sumber: Depkes RI
2.2.4 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti
1. Perilaku Makan
Aedes aegypti sangat antropofilik walaupun ia juga bisa makan dari
hewan berdarah panas lainnya. Nyamuk betina memiliki dua periode aktivitas
Universitas Sumatera Utara
menggigit, pertama di pagi hari beberapa jam setelah matahari terbit dan sore hari hari selama beberapa jam sebelum gelap. Puncak aktivitas menggigit yang
sebenarnya dapat beragam bergantung lokasi dan musim. jika masa makannya terganggu, Aedes aegytpi dapat menggigit lebih dari satu orang. Perilaku ini
semakin memperbesar efisiensi penyebaran epidemik. Dengan demikian bukan hal yang luar biasa jika beberapa anggota keluarga yang sama mengalami
rangkaian penyakit yang terjadi dalam 24 jam, memperlihatkan bahwa mereka terinfeksi nyamuk infektif yang sama. Aedes aegypti biasanya tidak menggigit di
malam hari tetapi akan menggigit saat malam di kamar yang terang WHO, 2004. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga
untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia daripada binatang bersifat antropofilik. Darah
proteinnya diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut satu siklus
gonotropik gonotropic cycle. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas
menggigit biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes
aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali multiple bites
dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit Depkes,
2008.
Universitas Sumatera Utara
2. Perilaku Istirahat
Aedes aegypti suka beristirahat di tempat yang gelap, lembab dan
tersembunyi didalam rumah atau bangunan termasuk di kamar tidur , kamar mandi, maupun di dapur. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah, di
tumbuhan atau di tempat terlindung lainnya. Permukaan yang nyamuk suka di dalam ruangan adalah di bawah furniture, benda yang tergantung seperti baju,
gorden serta di dinding WHO, 2004. Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap beristirahat di dalam atau
kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk
menunggu proses pematangan telurnya Depkes RI, 2008. 3.
Tempat Perkembangbiakan Menurut Depkes RI 2008, tempat perkembangbiakan utama aedes
aegypti ialah tempat-tempat penampungan air berupa genangan air yang
tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar rumah atau tempat- tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari rumah. Nyamuk ini
biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah. Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes
aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Tempat penampungan air TPA untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum, tangki reservoir, tempayan, bak mandiwc, dan ember.
b. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang
bekas ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
c. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas
permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering tanpa air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila tempat-
tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.
4. Jarak Terbang
Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi
tampaknya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan WHO, 2004. Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa
dan selanjutnya ke tempat untuk beristirahat ditentukan oleh kemampuan terbang nyamuk. Pada waktu terbang nyamuk memerlukan oksigen lebih banyak, dengan
demikian penguapan air dari tubuh nyamuk menjadi lebih besar. Untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuh dari penguapan maka jarak terbang
nyamuk menjadi terbatas. Aktifitas dan jarak terbang nyamuk dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
faktor eksternal dan faktor internal. Eksternal meliputi kondisi luar tubuh nyamuk seperti kecepatan angin, temperatur, kelembaban dan cahaya. Adapun faktor
internal meliputi suhu tubuh nyamuk, keadaan energi dan perkembangan otot
Universitas Sumatera Utara
nyamuk. Meskipun Aedes aeegypti kuat terbang tetapi tidak pergi jauh-jauh, karena tiga macam kebutuhannya yaitu tempat perindukan, tempat mendapatkan
darah, dan tempat istirahat ada dalam satu rumah. Keadaan tersebut yang menyebabkan Aedes aegypti bersifat lebih menyukai aktif di dalam rumah.
Apabila ditemukan nyamuk dewasa pada jarak terbang mencapai 2 km dari tempat perindukannya, hal tersebut disebabkan oleh pengaruh angin atau terbawa alat
transportasi Sitio, 2008.
2.2.5 Siklus Hidup
Telur nyamuk Ae. aegypti berwarna hitam, oval, dan diletakkan di dinding wadah air, biasanya di bagian atas permukaan air. Apabila wadah ini
mongering, telur bisa tahan selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan. Ketika wadah air itu berisi air lagi dan menutupi seluruh bagian telur, telur itu
akan menetas menjadi jentik. Wadah air seperti bak mandi jangan hanya dikeringkan airnya saja, tetapi di dindingnya pun haus digosok sampai bersih.
Jentik dalam kondisi yang sesuai akan berkembang dalam waktu 6-8 hari dan kemudian berubah menjadi pupa kepompong. Stadium pupa ini adalah
stadium tak makan. Jika terganggu, dia akan bergerak naik turun di dalam wadah air. Dalam waktu lebih kurang dua hari, dari pupa akan muncul nyamuk dewasa.
Jadi total siklus hidup bisa diselesaikan dalam waktu 9 – 12 hari. Nyamuk setelah muncul dari kepompong akan mencari pasangan untuk
mengadakan perkawinan. Setelah kawin, nyamuk siap mencari darah untuk perkembangan telur demi keturunannya Anies, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Ae.aegypti
Sumber: Depkes RI
2.3 Sanitasi Lingkungan