Demam Berdarah Dengue DBD

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue DBD

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk. Nyamuk yang dapat menularkan penyakit demam berdarah dengue adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus . Virus demam berdarah dengue terdiri dari 4 serotipe yaitu virus DEN- 1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul di negara-negara tropis, termasuk di Indonesia Depkes RI, 2010. Menurut WHO 2005, definisi Demam Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari dengan dua atau lebih manifestasi seperti sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, leukopenia, trombositopenia 100.000 sel per mm 3 atau kurang.

2.1.1 Tanda dan Gejala Klinik

Menurut Soegijanto 2003, gejala klinik utama pada DBD adalah demam danmanifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji torniquet.Gejala klinik : 1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari 2. Manifestasi perdarahan a. Uji torniquet positif b. Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena. Universitas Sumatera Utara 3. Hepatomegali 4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun 20 mmHg atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah Menurut Depkes RI 2003, secara klinis ditemukan demam, suhu tubuh pada umumnya antara 39°C–40°C menetap antara 5–7 hari, pada fase awal demam terdapat ruam yang tampak di muka leher dan dada. Selanjutnya pada fase penyembuhan suhu turun dan timbul petekia yang menyeluruh pada tangan dan kaki. Perdarahan pada kulit pada DBD terbanyak dilakukan uji tourniquet positif.Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO tahun 1997terdiri dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang tidak berhubungan dengan penyakit DBD overdiagnosis. 1 Kriteria klinis tersebut seperti demam tinggi tanpa sebab yang jelas yang berlangsung 2–7 hari.Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan uji tourniquet positif, petechiae, echymosis, pupura, perdarahan mukosa, epitaksis , pendarahan gusi, hematemesis dan melena, pembesaran hati. Adanya syok yang ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan penderita tampak gelisah. 2 Kriteria laboratorium seperti trombositopenia 100.000 selml atau kurang dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dari peningkatan hemotokrit 20 atau lebih. Dua kriteria klinis ditambah Universitas Sumatera Utara peningkatan hematokrit cukup untuk menegakkan diagnosa klinis DBD. Menurut WHO 2004, derajat penyakit DBD dapat dikelompokkan dalam empat derajat: a. Derajat I : Demam yang disertai dengan gejala klinis tidak khas, satu-satunya gejala perdarahan adalah hasil uji tourniquet posititf. b. Derajat II : Gejala yang timbul pada DBD derajat I ditambah terjadinya perdarahan spontan juga terjadi biasanya dalam bentuk perdarahan kulit atau perdarahan lain. c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi 20 mmHg atau kurang atau hipotensi, ditandai kulit dingin dan lembab serta pasien gelisah. d. Derajat IV : Syok yang sangat berat dengan tekanan darah dan denyut nadi yang tidak terdeteksi.

2.1.2 Mekanisme Penularan

Nyamuk Aedes betina biasanya akan terinfeksi virus dengue saat menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase demam viremik akut penyakit. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8 sampai 10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang infektif menggigit dan menginjeksikan air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-14 hari rata-rata 4-6 hari sering kali terjadi rangkaian mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit. Universitas Sumatera Utara Viraemia biasanya ada pada saat atau tepat sebelum gejala awal penyakit dan akan berlangsung selama rata-rata lima hari setelah timbulnya penyakit. Ini merupakan masa yang sangat kritis karena pasien berada pada tahap yang paling infektif untuk nyamuk vektor dan akan berkontribusi dalam mempertahankan siklus penularan jika pasien tidak dilindungi dari gigitan nyamuk WHO, 2004. Penularan DBD antara lain dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya, tempat yang potensial untuk penularan penyakit DBD antara lain Sitio, 2008: a. Wilayah yang banyak kasus DBD atau rawan endemis DBD. b. Tempat-tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang, orang dating dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar seperti sekolah, pasar, hotel, puskesmas, rumah sakit dan sebagainya. c. Pemukiman baru di pinggir kota, karena dilokasi ini, penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita atau karier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing lokasi asal.

2.1.3 Tempat Potensial bagi Penularan Nyamuk DBD

Penularan nyamuk DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk penularnya. Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah : Tempat-tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Sekolah Anak sekolah merupakan kelompok umur yang paling rentan untuk terserang penyakit DBD. 2. Puskesmasrumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya orang datang dari berbagai wilayah dan kemungkinan diantaranya adalah penderita DBD, demam dengue DD atau carrier virus dengue. 3. Tempat-tempat umum lainnya : a. Tempat-tempat perbelanjaan, pasar, restoran, hotel, bioskop dan tempat tempat ibadah. b. Wilayah rawan DBD endemis c. Pemukiman baru di pinggir kota Pada daerah ini penduduk umumnya berasal dari berbagai wilayah yang kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carier yang membawa tipe virus dengue yang berlainan dari masing-masing daerah asal. Depkes RI, 2005. 2.2 Nyamuk Penularan Demam Berdarah 2.2.1 Pengertian Nyamuk Mosquito

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Permukiman Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Aliran Sungai Deli Kota Medan Tahun 2011

11 97 145

Hubungan Sanitasi Lingkungan Pemukiman dan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Rahun 2016

0 3 16

Hubungan Sanitasi Lingkungan Pemukiman dan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Rahun 2016

0 0 2

Hubungan Sanitasi Lingkungan Pemukiman dan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Rahun 2016

0 0 7

Hubungan Sanitasi Lingkungan Pemukiman dan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Rahun 2016

0 1 33

Hubungan Sanitasi Lingkungan Pemukiman dan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Rahun 2016

0 0 5

Hubungan Sanitasi Lingkungan Pemukiman dan Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Tinggi Kecamatan Binjai Timur Rahun 2016

0 0 51

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK USIA SD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

0 0 13

HUBUNGAN PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

0 0 15