interaksi yang seharusnya terjadi antar masing-masing bahan tidak terjadi sebagaimana mestinya.
4.4 Analisa Sifat Termal Komposit IPN dengan Uji DSC Differential Scanning Calorimeter
Analisa sifat termal menggunakan DSC Differential Scanning Calorimeter yang merupakan salah satu instrument untuk karakterisasi termal material yang dapat
dilihat perubahan fisik material terhadap pengaruh temperature. Analisa menggunakan DSC menghasilkan termogram dengan puncak-puncak yang menggambarkan transisi
endotermik dan eksotermik serta menunjukkan perubahan kapasitas panas.
Gambar 4.5 Grafik Hasil Uji DSC IPN NR-PU, Komposit IPN NR-PU-Bentonit dengan variasi 82:18, 74:26, 66:34.
Berdasarkan hasil uji Termal pada penelitian terdahulu oleh Supran, 2016 diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Sifat Termal IPN NR-PU
Variasi Tg
o
C Tm
o
C Dekomposisi
NR : PU 80:20 108,38
343,00 397,63
Gambar 4.5 adalah termogram gabungan dari sampel IPN NR-PU, Komposit IPN NR- PU-Bentonit dengan variasi 82:18, 74:26, 66:34, dari pengujian termal yang telah
dilakukan menggunakan instrumen DSC diperoleh beberapa informasi data seperti temperatur transisi gelas Tg, titik leleh Tm, dan suhu dekomposisinya. Transisi
gelas Tg merupakan indikator amorfisitas dari suatu struktur polimer. Pengukuran Tg dapat menjadi tolok ukur untuk mengevaluasi tingkat ikat silang, komposisi
campuran, degradasi, dan penuaan komponen-komponen polimer. Sementara itu Titik leleh Tm merupakan indikator tingkat kristalinitas dari suatu polimer.
Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Sifat Termal Komposit IPN NR-PU-Bentonit
Variasi Tg
o
C Tm
o
C Dekomposisi
NR-PU : Bentonit 66:34
107,87 397,77
454,65
NR-PU : Bentonit
74:26 108,83
391,42 465,66
NR-PU : Bentonit
82:18 118,96
391,28 456,80
Dibandingkan dengan nilai tg untuk variasi NR:PU 80:20 tanpa penambahan bentonit dari penelitian senelumnya adalah sebesar 108,38
o
C ada penurunan titik Tg untuk variasi NR-PU : Bentonit 66:34 sebesar 107,87
o
C, namun terjadi peningkatan pada variasi 82:18 dan 74:26 yaitu masing-masing sebesar 118,96
o
C dan 108,83
o
C. Penurunan suhu Tg pada variasi NR-PU : Bentonit 66:34, hal ini mungkin terjadi
akibat kurang maksimalnya proses pencampuran yang membuat interaksi antar bahan campuran lemah dan tidak merata.
Untuk titik Tm antara NR-PU sebelum dan sesudah penambahan bahan pengisi Bentonit mengalami peningkatan dimana sebelum penambahan bahan pengisi titik Tm
adalah 343,00
o
C dan setelah penambahan bahan pengisi masing-masing untuk variasi NR-PU : Bentonit 66:34; 74:26; 82:18 adalah 397,77
o
C; 391,42
o
C; dan 391,28
o
C.
Universitas Sumatera Utara
Semakin tinggi titik leleh Tm maka ketahanan panas bahan yang dihasilkan akan semakin baik. Terjadi juga peningkatan suhu Dekomposisi setelah penambahan bahan
pengisi Bentonit dimana sebelum penambahan suhu Dekomposisi sebesar 397,63
o
C, setelah penambahan bahan pengisi masing-masing untuk variasi NR-PU : Bentonit
66:34; 74:26; 82:18 adalah 454,65
o
C; 465,66
o
C; dan 456,80
o
C .
Universitas Sumatera Utara
4.5 Reaksi Penelitian