pengendalian tersebut untuk mencapai tingkat pengendalian risiko yang diinginkan.
2.8 Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Tempat Kerja
Aktivitas Kerja
Rutin Non Rutin
Identifikasi Bahaya Sumber Bahaya
Penilaian Risiko
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan pembangunan dewasa ini, telah mendorong kita untuk berusaha memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan Era
Industrialisasi. Manusia terus berinovasi untuk mengembangkan teknologi yang lebih canggih dan lebih memudahkan kerja manusia. Setiap aktivitas yang
melibatkan faktor manusia, mesin dan bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki risiko bahaya dengan tingkat risiko yang berbeda-beda yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan.
Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan
yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanaan pekerjaan pada perusahaan. Secara garis besar kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh
dua faktor, yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan kerja unsafe act dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak aman unsafe condition.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang “Keselamatan Kerja” bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Oleh
karena itu, sesuai dengan peraturan yang berlaku setiap perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
didalamnya terdapat pekerja dan risiko terjadinya bahaya wajib untuk memberikan perlindungan keselamatan.
Menurut data dari Jamsostek pada tahun 2012, kecelakaan kerja menembus angka 103.000 kasus dengan rata-rata pekerja meninggal setiap hari
sebanyak 9 orang. Jamsostek pada tahun yang sama telah membayar Rp. 406 milyar untuk santunan kematian dan Rp. 554 milyar untuk santunan kecelakaan
kerja. Ironisnya, hanya 30 dari seluruh pekerja di Indonesia yang dilindungi oleh Jamsostek sehingga pastinya angka kecelakaan kerja yang belum dicatat bisa
berkali lipat. Dunia internasional pun memberikan perhatian khusus bagi kecelakaan
kerja di Indonesia. International Labour Organization ILO pada tahun 2012 memberikan angka 29 kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian
kecelakaan fatal dalam 100.000 pekerja Indonesia. ILO juga mencatat bahwa setiap tahunnya Indonesia mendapatkan 99.000 kecelakaan dengan 70 di
antaranya menyebabkan kematian dan cacat seumur hidup. Kecelakaan kerja Indonesia telah membuat Negara Indonesia merugi hingga Rp. 280 Triliun.
Tahun 2015
Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial
BPJS Ketenagakerjaan melaporkan pada semester I mencapai 50.089 kasus kecelakaan
kerja. Upaya pencegahan kecelakaan kerja dapat direncanakan, dilakukan dengan dipantau dengan melakukan studi karakteristik tentang kecelakaan agar upaya
pencegahan dan penanggulangannya dapat dipilih melalui pendekatan yang paling dekat. Analisa tentang kecelakaan dan risikonya dilakukan atas dasar pengenalan
atau identifkasi bahaya dilingkungan kerja dan pengukuran bahaya ditempat kerja.
Universitas Sumatera Utara
Kecelakaan kerja dapat kita hindari dengan mengetahui dan mengenal berbagai potensi-potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Berbagai potensi-
potensi bahaya tersebut, kita eliminasi untuk menghilangkan risiko kecelakaan yang akan terjadi. Apabila bahaya tersebut tidak bisa dihilangkan, maka tindakan
pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan potensi bahaya sampai risikonya dapat diterima oleh pekerja.
Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen risiko. Salah satu manajemen risiko yang paling banyak digunakan oleh
perusahaan dan industri saat ini adalah metode HIRARC. HIRARC Hazard Identification Risk Assessment Risk Control merupakan proses
mengidentifikasi bahaya yang dapat terjadi dalam aktifitas Rutin ataupun Non Rutin dalam Perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan penilaian risiko dari bahaya
tersebut. hasil dari penilaian risiko tersebut berguna untuk membuat program pengendalian bahaya agar perusahaan dapat meminimalisir tingkat risiko yang
mungkin terjadi sehingga dapat mencegah terjadinya Kecelakaan Kerja. Metode ini merupakan bagian dari manajemen risiko dan yang menentukan arah
penerapan K3 dalam perusahaan Ramli, 2010. Pada jurnal internasional tahun 2012 “The Effects of Risk Assesment
Hirarc on Organisational Performance in Selected Contruction Companies in Nigeria
” yang dikutip oleh jurnal Wildan 2014 menyebutkan ada keterkaitan antara penilaian risiko HIRARC dengan menurunnya insidensi kecelakaan.
Hasil menunjukan dari keenam perusahaan konstruksi yang diteliti, kinerja organisasi menjadi lebih baik mengurangi kecelakaan atau tingkat insiden,
Universitas Sumatera Utara
praktek keamanan membaik, peningkatan produktivitas dan peningkatan profitabilitas tergantung pada penilaian risiko HIRARC.
Karet alam merupakan hasil ekspor terbesar di Indonesia yang digunakan sebagai bahan baku industri. Diungkap oleh Pusat Penelitian Karet, Indonesia
berada di posisi kedua untuk produsen utama karet di dunia setelah Thailand. Jenis mutu ekspor karet alam Indonesia dalam pasaran Internasional sampai saat
ini yaitu Standart Indonesian Rubber SIR dan Lateks Pekat Centrifuged Lateks. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka
karena banyak menunjang perekonomian Negara. PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk PT. BSP merupakan Perusahaan
Penanam Modal Dalam Negeri PMDN yang bergerak di bidang usaha perkebunan dan pengolahan karet dan sawit. Bunut Rubber Faktory merupakan
pabrik bagian dari PT. BSP yang mengolah karet dari bahan baku berupa lateks menjadi Centrifuged Lateks Cenex atau Lateks Pekat. Pada pembuatan barang
jadi lateks, kandungan air yang terlalu tinggi di dalam lateks sangat mengganggu proses vulkanisasinya. Maka sebagian airnya perlu terlebih dulu dibuang hingga
diperoleh lateks pekat dengan kadar karet kering KKK 55-60. Lateks pekat merupakan jenis bahan olah yang memiliki tingkat komersial
tinggi dengan pangsa pasar tersendiri yang cukup terjamin, karena posisinya yang khas untuk pembuatan barang-barang tertentu seperti kondom, sarung tangan
medis, kateter, lem karet, selang transparan, karet busa dan barang jadi lateks lainnya. Untuk mempoduksi lateks pekat dapat ditempuh beberapa cara, yakni
secara pemusingan sentrifugasi. Pemekatan lateks dengan cara sentrifugasi
Universitas Sumatera Utara
dilakukan menggunakan sentrifuge berkecepatan 6000-7000 rpm. Lateks yang dimasukkan kedalam alat sentrifugasi separator akan mengalami pemutaran
yaitu gaya sentripetal dan gaya sentrifugal. Alat separator ini berfungsi untuk memisahkan lateks kebun dari kotoran dan material lain dengan menggunakan
gaya sentrifugal. Sehingga lateks yang diperoleh menjadi lebih pekat konsentrasi tinggi.
Proses produksi lateks dimulai dari penerimaan bahan baku lateks kebun hingga proses pengiriman ke Belawan untuk di ekspor ke luar negeri mempunyai
risiko mulai dari yang kecil hingga yang besar.Walaupun belum diketahui seberapa tingkat keparahan atau severity nya , namun risiko yang kecil sekalipun
sudah tentu merugikan. Pada penerimaan bahan baku terdiri dari kegiatan penimbangan dan pengambilan sampel. Pembongkaran lateks dilakukan dengan
pekerja naik ke atas tangki truk untuk memasangkan pipa yang akan mengalirkan lateks ke Receiving Tank RT tanpa menggunakan APD lengkap berisiko terjatuh
dari ketinggian. Pada proses produksi pelarutan bahan kimia dan penambahan bahan kima berisiko terpajan ke pekerja dan lantai yang selalu licin akibat dari
pencucian bowl disk yang harus dilakukan setiap 2 jam sekali dapat menimbulkan kecelakaan pada pekerja.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan, diketahui data kecelakaan kerja di PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Pabrik Bunut tahun
2011 sampai 2015 adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja pada Pabrik Cenex PT. Bakrie Sumatera Plantations, Tbk Pabrik Bunut
Tahun 2011
2012 2013
2014 2015
Jumlah 1
2
Sumber : PT. BSP Pabrik Bunut Kisaran
Kecelakaan kerja dari data di atas disebabkan kecipratan larutan kimia Lauric Acid yang terkena mata, terkena lilin panas dan tertimpa roda katrol.
Melihat pentingnya pengendalian kecelakaan kerja maka penulis mencoba mengidentifikasi sumber-sumber bahaya dan usaha pengendaliannya pada proses
pembuatan lateks pekat, melalui penelitian dengan judul
“ Identifikasi Potensi Bahaya Dengan Pendekatan HIRARC Pada Pekerja Cenex Plant di PT.
Bakrie Sumatera Plantations,Tbk Pabrik Bunut, Kisaran” .
1.2 Rumusan Masalah