Jenis Penelitian Sumber dan Jenis Data

48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja keuangan serta kesehatan keuangan pemerintah daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan dalam penyelenggaraan otonomi daerah.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Jenis data yang penulis kumpulkan dan gunakan dalam melakukan penelitian ini merupakan data sekunder, yang diperoleh dari sumber-sumber kepustakaan dan analisis dokumen-dokumen diantaranyaUndang-undang Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah dan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan periode tahun anggaran 2010 sampai dengan 2014. Terkhusus dari Laporan Realisasi APBD tersebut, akan diperoleh data mengenai : 1. Pendapatan Asli Daerah PAD dan Total Penerimaan Daerah. 2. Realisasi Penerimaan PAD dan Total Penerimaan PAD berdasarkan Potensi Universitas Sumatera Utara 49 Riil. 3. Biaya untuk Memungut PAD dan Realisasi Penerimaan PAD. 4. Belanja rutin, Belanja Pembangunan, dan Total Belanja Daerah. 3.3Definisi Operasional Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis rasio dengan menggunakan data kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kinerja keuangan pemerintah daerah di Kabupaten Humbang Hasundutan dalam era otonomi daerah. Untuk mengetahui kinerja keuangan daerah tersebut perlu dilakukan analisis mengenai sejauh mana upaya pemerintah daerah dari tahun ke tahun dalam meningkatkan kinerja keuangan daerahnya yang tercermin dari sumber data yang dipublikasikan setiap tahunnya. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah. Rasio-rasio keuangan yang akan dianalisis tersebut adalah sebagai berikut : 1.Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal menggambarkan kemampuan daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi dalam otonomi daerah. Rasio ini menunjukkan tingkat kontribusi PAD terhadap total pendapatan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi. Universitas Sumatera Utara 50 Rasio derajat desentralisasi fiskal ditunjukkan oleh besarnya Pendapatan Asli Daerah PAD dibandingkan dengan total pendapatan daerah. Formula yang digunakan untuk menghitung derajat desentralisasi fiskal adalah Adhiantoko, 2013: Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal= Pendapatan Asli Daerah PAD Total Pendapatan Daerah x 100 Ukuran derajat desentralisasi fiskal dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.1 Derajat Desentralisasi Fiskal Persentase Tingkat Kemandirian 0 - 10 Sangat Kurang 10,1 - 20 Kurang 20,1 - 30 Cukup 30,1 - 40 Sedang 40,1 - 50 Baik 50 Sangat Baik Sumber : Adhiantoko, 2013 2.Rasio Indeks Kemampuan Rutin IKR Indeks Kemampuan Rutin IKR merupakan suatu ukuran yang menggambarkan sejauh mana kemampuan keuangan pada potensi suatu pemerintah daerah dalam rangka membiayai belanja rutin daerah. Formula untuk menghitung Indeks Kemampuan Rutin IKR suatu pemerintah daerah adalah sebagai berikut Sakti, 2007 : Universitas Sumatera Utara 51 IKR = Pendapatan Asli Daerah PAD Total Belanja Rutin x 100 Semakin tinggi rasio IKR suatu daerah, mengindikasikan bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap sumber pendapatan daerah selain PAD semakin rendah dan semakin tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah PAD, dan demikian pula sebaliknya. Tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah, menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Berikut adalah tabel tingkat kemampuan rutin suatu daerah : Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Rutin Daerah Persentase Kemampuan Keuangan Daerah 0 - 20 Sangat Kurang 20,1 - 40 Kurang 40,1 - 60 Cukup 60,1 - 80 Baik 80,1 - 100 Sangat Baik Sumber : Sakti, 2007 3. Rasio Efektivitas PAD Efektivitas merupakan keberhasilan suatu entitas dalam usaha mencapai tujuan entitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Rasio Efektivitas PAD menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target penerimaan PAD. Formula Universitas Sumatera Utara 52 yang digunakan untuk menghitung tingkat efektivitas PAD adalah Detisa, 2009 : Rasio Efektivitas PAD = Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD x 100 Rasio efektivitas PAD menggambarkan tingkat kinerja pemerintah daerah dalam rangka merealisasikan anggaran pendapatan yang telah tersusun dalam rancangan APBD agar mencapai target yang dianggarkan atau bahkan melebihi dari target yang telah ditetapkan. Apabila kontribusi keluaran yang dihasilkan realisasi PAD semakin besar terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut target PAD, maka dapat disimpulkan bahwa pemungutan PAD semakin efektif. Sedangkan apabila kontribusi keluaran yang dihasilkan realisasi PAD semakin kecil terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut target PAD, maka dapat disimpulkan bahwa pemungutan PAD kurang efektif. Apabila rasio efektivitas mencapai 1 100, berarti daerah tersebut mampu menjalankan tugasnya dengan efektif.Tingkat efektivitas anggaran suatu daerah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.3 Tingkat Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Persentase Tingkat Efektivitas 100 Sangat Efektif 100 Efektif 90 - 99 Cukup Efektif 75 - 90 Kurang Efektif Universitas Sumatera Utara 53 75 Tidak Efektif Sumber : Detisa, 2009 4. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah Rasio Efisiensi Keuangan Daerah REKD menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Formula yang digunakan untuk menghitung tingkat efisiensi keuangan daerah adalah Adhiantoko, 2013 : Rasio Efisiensi = Realisasi Belanja Daerah Realisasi Pendapatan Daerah x 100 Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 satu atau di bawah 100. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. Tingkat efisiensikeuangan suatu daerah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.4 Tingkat EfisiensiKeuangan Daerah Persentase Tingkat Efisiensi 100 Tidak Efisien 90 - 100 Kurang Efisien 80 - 90 Cukup Efisien 60 - 80 Efisien 60 Sangat Efisien Sumber : Adhiantoko, 2013 Universitas Sumatera Utara 54 5.Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Rasio Ketergantungan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah menggunakan dana-dana yang diberikan pemerintah. Rasio ketergantungan keuangan daerah dihitung dengan cara membandingkan jumlah pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total penerimaan daerah. Formula untuk menghitung rasio ketergantungan keuangan suatu daerah adalah Assidiqi, 2014 : Rasio Ketergantungan = Pendapatan Transfer Total Penerimaaan Daerah x 100 Semakin tinggi rasio ketergantungan maka semakin rendah kinerja pemerintah daerah karena tidak adanya dana dari penghasilan daerah sendiri yang seharusnya dapat membiayai kebutuhan daerahnya sendiri. Tingkat ketergantungan keuangan suatu daerah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.5 Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah Persentase Ketergantungan Keuangan Daerah 0 - 10 Sangat Rendah 10,1 - 20 Rendah 20,1 - 30 Sedang 30,1 - 40 Cukup 40,1 - 50 Tinggi Universitas Sumatera Utara 55 50 Sangat Tinggi Sumber : Assidiqi, 2014 6.Rasio Pertumbuhan PAD Rasio Pertumbuhan PAD merupakan ukuran seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dalam merealisasikan anggaran PAD yang ditargetkan. Dengan mengetahui pertumbuhan PAD, maka dapat dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi daerah yang perlu mendapat perhatian. Formula untuk menghitung rasio pertumbuhan PAD suatu daerah adalah Sakti, 2007 : Pertumbuhan PAD t = PAD t −PAD t −1 PAD t −1 x 100 7.Analisis Trend Analisis trend dilakukan untuk mengetahui perkiraan atau proyeksi perkembangan rasio-rasio keuangan pada tahun-tahun anggaran yang akan datang. Dalam analisis trend, digunakan analisis time series dengan persamaan trend sebagai berikut Suprapto, 2006 : Y’ = a + bX Besarnya a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut : a = ∑Y b = ∑XY N ∑X 2 Keterangan : Universitas Sumatera Utara 56 Y’ = ProyeksiRasio Keuangan Y = Variabel tingkat kemampuan a = Besar Y saat X=0 b = Besar Y jika X mengalami perubahan 1 satuan X = Waktu Dengan mengadakan peramalan, suatu entitas lebih memiliki pandangan dalam merencanakan kegiatan-kegiatan maupun untuk menetapkan anggaran keuangan di tahun berikutnya. Trend jangka panjang trend sekuler merupakan suatu trend yang menunjukkan arah perkembangan secara umum. Trend ini dapat berbentuk garis lurus atau garis lengkung yang memiliki kecenderungan naik atau justru menurun. Akan tetapi, kelemahan dari perhitungan ini adalah hasilnya cenderung selalu naik dari tahun ke tahun, sedangkan perkembangan penerimaan yang diperoleh belum tentu selalu meningkat setiap tahunnya, sehingga terkadang perhitungan untuk perkiraan target penerimaan pada tahun-tahun berikutnya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. 3.4Teknik Pengumpulan Data Penelitian dilakukan dengan pencarian data sekunder dengan mengumpulkan data dengan cara mempelajari catatan-catatan dan dokumen-dokumen yang ada tentang instansi terkait dengan metode dokumentasi. Data yang dikumpulkan berupa data umum dan data khusus yang bersumber dari internet dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 57 Data umum yang dikumpulkan berupa profil dan gambaran umum Kabupaten Humbang Hasundutan, sedangkan data khususnya berupa Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan tahun anggaran 2010- 2014

3.5 Metode Analisis Data

Dokumen yang terkait

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

0 3 19

ANALISIS KESEHATAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

0 24 19

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo)

9 37 115

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 4 10

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 2

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 12

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 1 35

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 2

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 0 11

Analisis Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karo)

0 0 12