40 rasio, antara lain total Pendapatan Asli Daerah PAD, Total Penerimaan
Daerah, Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD, Total Penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD berdasarkan potensi riil, total
biaya yang dikeluarkan dalam rangka memungut Pendapatan Asli Daerah PAD, Total Belanja Daerah, Dana Alokasi Umum DAU, serta total
Belanja Wajib. Lebih luas, masalah pengukuran kesehatan keuangan terkait erat dengan informasi akuntansi yang tersedia. Informasi
akuntansi yang sangat penting tidak hanya dari informasi akuntansi berdasarkan kas tradisional versus informasi akuntansi akrual, tetapi juga
masalah kualitas informasi tersebut.
2.2 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai analisis
keuangan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah. Suprapto 2006 meneliti kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Hasil penelitiannya
secara umum menunjukkan bahwa tingkat kemandirian keuangan Kabupaten Sleman tiap tahunnya masih sangat rendah, namun untuk perkembangan
kemandiriannya setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup pesat. Efektivitas pendapatannya setiap tahun tergolong efektif, dan efisiensi
pendapatannya setiap tahun tergolong efisien. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat kemandirian keuangan, efektifitas pendapatan dan
efisiensi pendapatan Kabupaten Sleman untuk tahun-tahun mendatang akan
Universitas Sumatera Utara
41 selalu mengalami peningkatan.
Sakti 2007meneliti perkembangan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan analisa hasil perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah, rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio IKR, rasio
keserasian, dan rasio pertumbuhan perkembangan keuangan di Kabupaten Sukoharjo disektor keuangan masih rendah.
Azhar 2008 meneliti kinerja keuangan pemerintah daerah kabupatenkota sebelum dan setelah otonomi daerah. Hasilnya secara umum menunjukkan
adanya perbedaan-perbedaan penting dalam pencapaian kinerja keuangan sebelum dan sesudah berlakunya otonomi daerah pada pemerintahan daerah di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Kinerja keuangan yang diukur melalui desentralisasi fiskal dan tingkat kemampuan pembiayaan
memiliki perbedaan-perbedaan, namun untuk tingkat efisiensi penggunaan anggaran tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Detisa 2009 meneliti kinerja keuangan pemerintah daerah dalam era otonomi khusus pada pemerintahan Nanggroe Aceh Darussalam. Hasil penelitian
menunjukkan perbedaan-perbedaan penting dalam pencapaian kinerja keuangan pemerintahan kabupaten-kabupaten yang berada pada propinsi NAD sesudah
otonomi khusus. Kinerja keuangan pada penelitian diukur dengan rasio-rasio keuangan. Hasilnya, pada rasio derajat desentralisasi fiskal, rasio kemandirian
Universitas Sumatera Utara
42 keuangan daerah, dan rasio efektifitas dan efisiensi, kinerja keuangan
pemerintahan kabupaten-kabupaten di propinsi NAD menunjukkan hasil yang belum stabil karena masih mengalami persentase yang naik turun terhadap hasil
perhitungannya. Pada rasio aktivitas menunjukkan hasil yang kurang efektif karena dana yang dimiliki pemerintah masih diprioritaskan untuk belanja rutin
daripada belanja pembangunan. Sedangkan pada rasio pertumbuhan
menunjukkan kinerja yang kurang baik karena mengarah kepada tren yang negatif.
Adhiantoko 2013 meneliti kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika
dilihat dari rasio derajat desentralisasi fiskal dapat dikategorikan sangat kurang, kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio kemandirian
keuangan daerah tergolong masih sangat rendah, kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio efektivitas PAD diketahui bahwa
efektivitas keuangan DPPKAD Kabupaten Blora tahun 2009 dan 2010 berjalan tidak efektif, kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio
efisinesi keuangan daerah diketahui bahwa rata-rata efisiensi keuangan daerah Kabupaten Blora tahun 2007 sampai dengan 2011 sebesar 99,61 atau dapat
dikatakan kurang efisien, dan kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten Blora jika dilihat dari rasio keserasian adalah menunjukkan bahwa pemerintah daerah
Universitas Sumatera Utara
43 kurang memperhatikan pembangunan daerah karena belanja operasi masih
sangat tinggi dibanding belanja modal. Assadiqi 2014 meneliti kinerja keuangan Kabupaten Klaten. Hasilnya
menunjukkan kinerja keuangan pendapatan daerahnya secara umum dapat dikatakan baik, meskipun tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat
masih tinggi dan pemungutan pajak daerah masih belum efisien. Sedangkan hasil kinerja keuangan belanja daerahnya secara umum dapat dikatakan baik, tetapi
dalam keserasian belanja belum terjadi keseimbangan antara belanja operasi dengan belanja modal
Beberapa penelitian terdahulu dengan hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian
Indikator Hasil Penelitian
Suprapto 2006
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Sleman Dalam Masa
Otonomi Daerah Tahun 2000-2004
Rasio Kemandirian,
Rasio Efektivitas PAD, Rasio
Efisiensi PAD Tingkat kemandirian
keuangan Kabupaten Sleman tiap tahunnya
masih sangat rendah, namun untuk
perkembangan kemandiriannya setiap
tahun mengalami peningkatan yang cukup
pesat. Efektivitas pendapatannya setiap
tahun tergolong efektif, dan efisiensi
pendapatannya setiap
Universitas Sumatera Utara
44 tahun tergolong efisien.
Hasil proyeksi kemandirian, efektifitas
pendapatan, dan efisiensi pendapatan
untuk tahun-tahun berikutnya akan selalu
mengalami peningkatan. Sakti
2007 Analisis Perkembangan
Kemampuan Keuangan Daerah dalam
Mendukung Pelaksanaan Otonomi
Daerah di Kabupaten
Sukoharjo
Rasio Kemandirian,
Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal, Rasio Indeks
Kemampuan Rutin, Rasio
Keserasian, Rasio
Pertumbuhan
Angka-angka rasio kemandirian keuangan
daerah, rasio derajat desentralisasi fiskal,
IKR, rasio keserasian, dan rasio pertumbuhan
menunjukkan bahwa perkembangan sektor
keuangan di Kabupaten Sukoharjo masih rendah
Azhar
2008
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah KabupatenKota
Sebelum dan Setelah
Otonomi Daerah
Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal, Rasio Kemandirian,
Rasio Efisiensi
Kinerja keuangan yang diukur melalui
desentralisasi fiskal dan tingkat kemampuan
pembiayaan memiliki perbedaan-perbedaan,
namun untuk tingkat efisiensi penggunaan
anggaran tidak memiliki perbedaan yang
signifikan
Detisa
2009
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah dalam Era Otonomi Khusus Pada
Pemerintahan Nanggroe Aceh
Darussalam
Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal, Rasio Kemandirian,
Rasio Aktivitas, Rasio Efektivitas
dan Efisiensi
Angka-angka rasio derajat desentralisasi
fiskal, rasio kemandirian keuangan daerah, dan
rasio efektifitas dan efisiensi menunjukkan
bahwa kinerja keuangan pemerintahan
kabupaten-kabupaten di propinsi NAD belum
stabil karena hasil perhitungannya naik
turun setiap tahunnya.
Universitas Sumatera Utara
45 Angka rasio aktivitas
menunjukkan hasil yang kurang efektifsedangkan
angka rasio pertumbuhan
menunjukkan kinerja yang kurang baik karena
mengarah kepada tren yang negatif
Adhiantoko
2013
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah
Kabupaten Blora Studi Kasus pada Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kabupaten Blora
Tahun 2007-2011
Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal, Rasio
Kemandirian Keuangan
Daerah, Rasio Efektivitas
PAD, Rasio Efisiensi
Keuangan Daerah,
Rasio Keserasian
Kinerja keuangan DPPKAD Kabupaten
Blora masih tergolong sangat rendah, tidak
efektif, dan tidak efisien. Rasio derajat
desentralisasi fiskal tergolong sangat
kurang,rasio kemandirian keuangan
daerah masih tergolong dalam pola hubungan
instruktif, penerimaan PAD efektif namun
pengelolaannya kurang efisien, dan rasio
keserasian menunjukkan bahwa pemerintah
daerah kurang memperhatikan
pembangunan daerah karena belanja operasi
masih sangat tinggi dibanding belanja
modal.
Assidiqi 2014
Analisis Kinerja Keuangan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah
APBD Kabupaten Klaten Tahun 2008-
2012 Rasio
Pertumbuhan, Rasio
Ketergantungan Keuangan
Daerah, Rasio Derajat
Desentralisasi kinerja keuangan dalam
bidang pendapatan daerah secara umum
dapat dikatakan baik, namun ketergantungan
terhadap pemerintah pusat masih tinggi dan
pemungutan pajak
Universitas Sumatera Utara
46 Fiskal
daerah masih belum efisien.
Sedangkan hasil kinerja keuangan
belanja daerahnya secara umum dapat
dikatakan baik, tetapi dalam keserasian
belanja belum terjadi keseimbangan antara
belanja operasi dengan belanja modal.
2.3 Kerangka Konseptual