29 dinas, dan lain-lain. Belanja rutin merupakan pengeluaran pemerintah
yang rutin dilakukan secara terus-menerus sepanjang periode anggaran.
2. Belanja pembangunan, merupakan belanja pemerintah yang sifatya
tidak rutin, dan umumnya menghasilkan wujud fisik yang manfaatnya dapat dinikmati lebih dari satu tahun. Belanja pembangunan
dikeluarkan oleh pemerintah dengan tujuan untuk peningkatan pelayanan publik dan manfaatnya dapat dinikmati secara langsung
oleh masyarakat. Sebagai contoh adalah pembangunan jalan, jembatan, gedung sekolah, rumah sakit, dan sebagainya.
2.1.6 Laporan Keuangan Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 pada paragraf 14, yang menjadi komponen-komponen laporan keuangan
adalah: a.
Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan keuangan yang
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah
dalam suatu periode. Dalam laporan realisasi anggaran terdiri atas beberapa unsur yaitu:
1. Pendapatan Laporan Realisasi Anggaran.
2. Belanja.
3. Transfer.
4. Surplusdefisit Laporan Realisasi Anggaran.
5. Pembiayaan.
6. Sisa lebihkurang pembiayaan anggaran.
b. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuamgan suatu entitas tentang aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas
umum negara atau kas daerah selama periode tertentu. Dalam paragraph 5, 6, dan 7 PSAP Nomor 03 Laporan Arus Kas mempunyai
fungsi sebagai :
1. Indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta
berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
30 2.
Alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan.
3. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan
arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan
neto atau ekuitas suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan adalah penjelasan secara rinci nilai yang terdapat dalam Laporan Realisasi Anggaran, neraca, dan laporan
arus kas. Tujuan disajikannya Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk meningkatkan transparansi dan pemahaman.
2.1.7 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kinerja performance dapat diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari tolok ukur
keberhasilan pekerjaan. Pengukuran kinerja performance measurement merupakan suatu indikator keuangan atau non keuangan dari suatu
pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas,
suatu proses, atau suatu unit organisasi.
Dalam penelitian ini, istilah yang penulis maksudkan mengenai kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil
kerja di bidang keuangan daerah meliputi pendapatan dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu
kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Bentuk dari pengukuran kinerja tersebut berupa rasio keuangan
yang terbentuk dari unsur laporan pertanggungjawaban oleh kepala
Universitas Sumatera Utara
31 daerah berupa Laporan Realisasi Anggaran LRA.
Pada entitas yang berorientasi pada laba profit oriented, pengukuran kinerja dilakukan melalui penetapan rasio keuangan. Helfert 1991,
dalam Azhar, 2008 memahami rasio keuangan sebagai suatu instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan
indikator keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu
menggambarkan tren pola perubahan tersebut untuk menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Hal ini
menunjukkan bahwa analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang dimasa yang akan datang, meskipun didasarkan pada
data dan kondisi masa lalu. Sedangkan pada entitas yang tidak berorientasi pada laba non-
profitoriented, pengukuran kinerja tidak dapat dilakukan dengan rasio- rasio keuanganselayaknya yang digunakan pada perusahaan yang
berorientasi laba, seperti Return onInvestment. Hal ini disebabkan tidak adanya profit net profit dalam kinerjapemerintah. Kewajiban
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya dengan sendirinya dipenuhi dengan menyampaikan informasi yang relevan
sehubungan dengan hasil program yang dilaksanakan kepada wakil rakyat dan juga kelompok-kelompok masyarakat yang memang ingin
Universitas Sumatera Utara
32 menilai kinerja pemerintah. Menurut Mardiasmo 2002, ada empat tolok
ukur yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah, yaitu :
1. Penyimpangan antara realisasi anggaran dengan target yang ditetapkan
dalam APBD 2.
Efisiensi biaya 3.
Efektivitas program 4.
Pemerataan dan keadilan Guna melakukan analisis terhadap kinerja pemerintah, dilakukan
analisis rasio terhadap realisasi APBD. Hasil analisis rasio keuangan tersebut, selanjutnya digunakan sebagai tolok ukur dalam Suprapto,
2006:56 : 1.
Menilai kemandirian keuangan daerah dalam rangka mendukung terlaksananya otonomi daerah.
2. Mengukur efektivitas dan efisiensi dalam merealisasikan pendapatan
daerah. 3.
Mengukur sejauh mana aktivitas pemerintah daerah dalam membelanjakan pendapatan daerahnya.
4. Mengukur kontribusi masing-masing sumber pendapatan dalam
pembentukan pendapatan daerah. 5.
Melihat pertumbuhan atau perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD
perlu dilakukan meskipun kaidah akuntansi dalam APBD berbeda dengan akuntansi sektor swasta Halim, 2002, dalam Suprapto, 2006. Analisis
rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan antara hasil yang dicapai pada suatu periode dengan hasil yang dicapai pada
Universitas Sumatera Utara
33 periode sebelumnya. Selain itu, analisis rasio keuangan terhadap APBD
juga dapat dilakukan dengan membandingkan antara rasio keuangan daerah yang satu, dengan daerah yang lain. Beberapa jenis rasio
keuangan yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, antara lain :
1. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal menggambarkankemampuan
daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi dalam otonomi daerah. Rasio ini menunjukkan tingkat kontribusi PAD terhadap total
pendapatan daerah.Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
desentralisasi. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal dapat diketahui dengan cara
membandingkan besarnya realisasi Pendapatan Asli Daerah PAD dengan total realisasi Pendapatan Daerah. Formula untuk menghitung
Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal adalah Adhiantoko, 2013 : Derajat Desentralisasi Fiskal=
Pendapatan Asli Daerah PAD Total Pendapatan Daerah
x 100 2. Rasio Indeks Kemampuan Rutin IKR
Indeks Kemampuan Rutin IKR merupakan suatu ukuran yang menggambarkan sejauh mana kemampuan keuangan pada potensi
suatu pemerintah daerah dalam rangka membiayai belanja rutin
Universitas Sumatera Utara
34 daerah. Formula untuk menghitung Indeks Kemampuan Rutin atas
keuangan suatu pemerintah daerah adalah Sakti, 2007 : IKR =
Pendapatan Asli Daerah PAD Total Belanja Rutin
x 100 3. Rasio Efektivitas PAD
Rasio Efektivitas PAD menggambarkan perbandingan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka merealisasikan Pendapatan Asli
Daerah PAD yang direncanakan dengan target penerimaan PAD yang ditetapkan. Semakin tingginya rasio efektivitas PAD
menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Formula untuk menghitung rasio efektivitas anggaran suatu pemerintah daerah
adalah Detisa, 2009: Rasio Efektivitas PAD =
Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD
x 100 4. Rasio Efisiensi Keuangan Daerah
Rasio Efisiensi
Keuangan Daerah adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima. Kinerja pemerintah daerah dalam melakukan pemungutan
pendapatan dikategorikan efisien, apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 satu atau dibawah 100. Semakin kecil rasio efisiensi,
mengindikasikan bahwa kinerja pemerintah semakin baik. Untuk itu,
Universitas Sumatera Utara
35 pemerintah daerah perlu menghitung secara cermat, besar biaya yang
perlu dikeluarkan guna merealisasikan seluruh kegiatan pemerintah daerah dengan mempertimbangkan pendapatan yang diterimanya,
sehingga dapat diketahui apakah kegiatan pembiayaan tersebut efisien atau tidak. Hal ini perlu dilakukan, karena meskipun pemerintah daerah
berhasil merealisasikan pendapatan sesuai dengan target yang ditetapkan, keberhasilan tersebut kurang berarti apabila ternyata
realisasi biaya yang dikeluarkannya lebih besar daripada realisasi pendapatan yang diterimanya. Formula untuk menghitung rasio
efisiensi keuangan suatu pemerintah daerah adalah Adhiantoko, 2013:Rasio Efisiensi Keuangan
Daerah=
Realisasi Belanja Daerah Realisasi Pendapatan Daerah
x100 5.Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Rasio ketergantungan keuangan daerah menunjukkan tentang seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap pendapatan
transfer baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Pada umumnya, kontribusi terbesar pendapatan transfer terdapat pada
dana perimbangan seperti dana alokasi umum, yaitu dana yang digunakan untuk pemerataan kemampuan keuangan daerah. Rasio ini
merupakan perbandingan antara total realisasi pendapatan transfer
Universitas Sumatera Utara
36 dengan total realisasi pendapatan daerah. Formula untuk menghitung
rasio ketergantungan keuangan suatu daerah adalah Assidiqi, 2014: Rasio Ketergantungan =
Pendapatan Transfer Total Pendapatan Daerah
x 100 6. Rasio Pertumbuhan PAD
Rasio pertumbuhan PAD merupakan ukuran seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke periode berikutnya. Dengan mengetahui pertumbuhan PAD, maka dapat
dilakukan evaluasi terhadap potensi-potensi daerah yang perlu mendapat perhatian. Semakin tinggi persentase pertumbuhan
pendapatan asli daerah, maka semakin besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang
dicapai dari setiap periode. Formula untuk menghitung rasio pertumbuhan PAD suatu pemerintah daerah adalah Sakti, 2007:
Pertumbuhan PAD
t
=
PAD
t
−PAD
t −1
PAD
t −1
x 100 7. Analisis Trend
Analisis trend dilakukan untuk mengetahui perkiraan atau proyeksi perkembangan rasio-rasio keuangan pada tahun-tahun anggaran yang
akan datang. Dalam analisis trend, digunakan analisis time series dengan persamaan trend sebagai berikut Suprapto, 2006 :
Universitas Sumatera Utara
37 Y’ = a + bX
Besarnya a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut : a=
∑ Y N
b=
∑ XY ∑ X
2
Keterangan : Y’ = ProyeksiRasio Keuangan
Y = Variabel tingkat kemampuan a = Besar Y saat X = 0
b = Besar Y jika X mengalami perubahan 1 satuan X = Waktu
Dengan mengadakan peramalan, suatu entitas lebih memiliki pandangan dalam merencanakan kegiatan-kegiatan maupun untuk
menetapkan anggaran keuangan di tahun berikutnya. Trend jangka panjang trend sekuler merupakan suatu trend yang menunjukkan
arah perkembangan secara umum. Trend ini dapat berbentuk garis lurus atau garis lengkung yang memiliki kecenderungan naik atau
justru menurun. Akan tetapi, kelemahan dari perhitungan ini adalah hasilnya cenderung selalu naik dari tahun ke tahun, sedangkan
perkembangan penerimaan yang diperoleh belum tentu selalu meningkat setiap tahunnya, sehingga terkadang perhitungan untuk
perkiraan target penerimaan pada tahun-tahun berikutnya tidak sesuai
Universitas Sumatera Utara
38 dengan kenyataan yang ada.
2.1.8 Kesehatan Keuangan Pemerintah Daerah