Latar Belakang Masalah Perancangan Fasilitas Kerja yang Ergonomis dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment Pada Industri Kecil Pengelasan (Studi Kasus Bengkel Las UD Usaha Baru).

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah terbukti menyebabkan kenaikan produktivitas kerja secara nyata. Besarnya kenaikan produktivitas kerja ergonomi dapat mencapai 10 atau lebih. Apabila manfaat ini dapat dipetik pada seluruh kegiatan ekonomi seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan dan jasa akan dapat memberikan kontribusi yang besar sekali terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga dapat dikatakan bahwa ergonomi mempunyai peranan besar dalam meningkatkan produktivitas yang penting bagi pembangunan nasional 1 . Penelitian mengenai terjadinya kesalahan dalam proses kerja yang memicu pada terjadinya kecelakaan menunjukkan bahwa terjadinya kesalahan kerja lebih banyak disebabkan oleh adanya kesalahan dalam perancangan karena sejumlah peralatan kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik operatornya. Hal ini seharusnya menyadarkan kita bahwa sudah saatnya bangsa Indonesia memiliki data antropometri manusia Indonesia. Dimilikinya data antropometri manusia Indonesia adalah langkah awal menuju terwujudnya kemandirian industri yang selama ini diidamkan selain untuk menunjang keselamatan 2 1 Suma’mur, 1996. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. 2 Liliana. 2007. “Jurnal Seminar III seminar Nasional SDM Teknologi Nuklir Pertimbangan Anhropometri pada Pendisainan” . Yogyakarta. Universitas Sumatera Utara Pengelasan merupakan cara yang umum digunakan untuk menyambung logam secara permanen, dimana input panas diberikan pada logam hingga mencair dan menyambungnya dalam suatu sambungan yang permanen. Pengelasan merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan di Bengkel Las UD Usaha Baru. Setelah melakukan pengamatan pendahuluan pada bengkel las UD. Usaha Baru diketahui permasalahan yang dihadapi operator las adalah fasilitas kerja pengelasan yang tidak memadai seperti tidak adanya fasilitas kerja seperti bangky kerja sehingga dapat menimbulkan dampak negatif bagi operator tersebut yang akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang long term, dampak negatif jangka pendek short term yang dialami operator yaitu rasa pegal pada kaki dan tangan setelah habis bekerja karena posisi kerja jongkok, sedangkan dampak negatif jangka panjang long term yaitu rasa nyeri pada tulang punggung dan pinggang yang mana itu dirasakan setelah kurang lebih setahun masa kerja, terutama pada bagian stasiun pengelasan yang mana mereka sering mengalami kelelahan waktu bekerja pada posisi jongkok dan keluhan nyeri pada pinggang dan tulang punggung. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya keluhan dari pekerja. Sistem kerja yang tidak ergonomis antara lain cara, sikap dan posisi kerja yang kurang mendukung, secara sadar ataupun tidak akan mempengaruhi produktivitas, efisiensi dan efektifitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan pekerja adalah dengan memperbaiki fasilitas kerja yang tidak ergonomis. Dalam hal ini, fasilitas kerja yang akan dirancang berupa peralatan kerja Salah satu hal yang Universitas Sumatera Utara penting dalam perancangan fasilitas kerja adalah pengukuran dimensi tubuh yang lebih dikenal dengan Anthropometri. Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan pekerja yang akan mengoperasikanmenggunakan produk tersebut, sehingga sekurang-kurangnya 90-95 dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai produk haruslah mampu menggunakan dengan selayaknya 3 . Selain pengukuran dimensi tubuh, Perancangan fasilitas kerja juga harus mempertimbangkan atribut yang menjadi keinginan dari pemakainya. Dengan metode perancangan rasional maka atribut-atribut tersebut dapat dirubah kedalam karakteristik teknik sehingga fasilitas kerja yang dihasilkan sesuai dengan keinginan pemakainya. 4 Hasil kerja yang optimal dapat diperoleh dengan melakukan perancangan fasilitas kerja. Oleh karena itu fasilitas kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang diinginkan.

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Perancangan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) pada Industri Keripik Ubi

6 104 284

Perancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment Pada UD. M. Irfan Shoes

2 66 274

Perancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) Pada Industri Keripik Ubi

5 51 284

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

PERANCANGAN MEJA LAS ADJUSTABLE YANG ERGONOMIS DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT.

0 4 8

Perancangan Fasilitas Kerja Ergonomis Menggunakan Metode Quality Function Deployment pada Gudang Bahan Penolong PT. Growth Sumatra Industry

0 0 24

PERANCANGAN FASILITAS KERJA PROSES PENGELASAN YANG ERGONOMIS (Studi Kasus pada Bengkel PT Aji Batara Perkasa)

0 0 6