Perancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) Pada Industri Keripik Ubi

(1)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh BUDI SANTOSO


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Tugas Sarjana ini berjudul “Perancangan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) pada Industri Keripik Ubi”. Tugas Sarjana ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti Sidang Sarjana Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi pembaca.

Universitas Sumatera Utara Medan, Februari 2010


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada :

1. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT., selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaia Tugas Sarjana ini.

2. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT., selaku Dosen Pembimbing II dan selaku Ketua Departemen Teknik Industri atas bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Bapak Ir. Sugiharto Pujangkoro, MM., selaku koordinator Tugas Akhir. 4. Ibu Dewi, selaku pemimpin UD. Tiga Bawang yang telah memberikan

kesempatan bagi Penulis untuk melaksanakan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh karyawan UD. Tiga Bawang yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di lapangan.

6. Orangtua Penulis beserta saudara-saudara Penulis yang telah mendukung penulis dalam doa, materil juga semangatnya.


(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

KEPUTUSAN SIDANG KOLOKIUM ... iv

SURAT PERJANJIAN PENYELESAIAN SUPLEMEN ... v

KATA PENGANTAR... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xxiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxv

ABSTRAK ... xxvi I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I – 1 1.2. Perumusan Masalah... I – 3 1.3. Tujuan Penelitian... I – 3 1.4. Manfaat Penelitian... I – 4 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi... I – 4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir... I – 5


(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan... II – 1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II – 2 2.3. Organisasi dan Manajemen ... II – 2 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan ... II – 2 2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II – 3 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II – 6 2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II – 8 2.4. Proses Produksi ... II – 8 2.4.1. Bahan Baku ... II – 8 2.4.2. Bahan Tambahan ... II – 9 2.4.3. Bahan Penolong... II – 9 2.4.4. Uraian Proses Produksi ... II – 9 2.5. Mesin dan Peralatan Produksi ... II - 12


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.1.3. Prinsip-Prinsip Ergonomi Ergonomi... III – 5 3.2. Anthropometri ... III – 6 3.2.1. Pengertian Anthropometri... III – 6 3.2.2. Dimensi Anthropometri ... III – 8 3.2.3. Pertimbangan Anthropometri dalam Desain ... III – 13 3.2.4. Aplikasi Data Anthropometri dalam Perancangan... III – 14 3.2.5. Pengolahan Data Anthropometri... III – 15 3.2.6. Persentil... III – 21 3.3. Keluhan Muskuloskeletal... III – 22 3.3.1. Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal.. III – 23 3.3.2. Standard Nordic Body Map Questionnaire... III – 24 3.4. Metode Perancangan ... III – 28 3.4.1. Model Perancangan Produk ... III – 28 3.4.2. Metode Perancangan Produk... III – 29 3.5. Fuzzy ... III – 39 3.5.1. Logika Fuzzy... III – 39 3.5.2. Teknologi Sistem Fuzzy... III – 39 3.5.3. Konsep Dasar Fuzzy... III – 42 3.5.4. Konfigurasi Dasar Kendali Logika Fuzzy... III – 44


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5.5. Kendali Fuzzy Adaptif Metode Secara Tidak Langsung

(Indirect Adaptive Fuzzy Control) ... III – 45 3.5.6. Perancangan Sistem Fuzzy... III – 46 3.6. Teori Pengambilan Sampel ... III – 48 3.6.1. Teknik Sampling ... III – 48 3.6.2. Uji Reliabilitas dan Uji Validitas ... III – 53 3.6.3. Penentuan Jumlah Sampel... III – 59 3.6.4. Kuesioner ... III – 63 3.7. Definisi Kenyamanan Termal ... III – 67 3.7.1. Kesetimbangan Termal Tubuh Manusia...III – 67

3.7.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal III – 68 3.7.3. Kepmenaker No.51 Tahun 1999 Tentang Nilai Ambang

Batas (NAB) Faktor Fisika di Tempat Kerja ... III – 69 3.7.4. ISSB sebagai Nilai Ambang Batas (NAB) ... III – 71 3.8. Pengukuran Konsumsi Energi... III – 72


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... IV – 1 4.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... IV – 2 4.2.1. Populasi ... IV – 2 4.2.2. Sampel ... IV – 2 4.3. Teknik Sampling yang Digunakan ... IV – 2 4.4. Jenis Penelitian ... IV – 3 4.5. Metode Pengumpulan Data ... IV – 3

4.5.1. Identifikasi Sumber Data ... IV – 3 4.5.2. Instrumen Penelitian ... IV – 4 4.5.3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ... IV – 5 4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data... IV – 8 4.7. Analisis dan Evaluasi Perbaikan Fasilitas Kerja ... IV – 14 4.8. Kesimpulan dan Saran... IV – 14


(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V – 1 5.1.1. Data Kuesioner Nordic Body Map... V – 1 5.1.2. Pengukuran Dimensi Anthropometri ... V – 2 5.1.3. Pengumpulan Data Kuesioner... V – 4 5.1.4. Pengumpulan Data Termal... V – 8 5.1.5. Pengumpulan Data Denyut Nadi... V – 8 5.2. Pengolahan Data... V – 10 5.2.1. Pengolahan Data Kuesioner Nordic Body Map... V – 10 5.2.2. Pengolahan Data Anthropometri ... V – 20 5.2.3. Pengolahan Data Kuesioner Tertutup... V – 41 5.2.4. Pengolahan Data Fuzzy QFD... V – 52 5.2.5. Hasil Akhir Rancangan Produk Serokan... V – 96 5.2.6. Pengolahan Data Perhitungan Wet Bulb Globe Temperature


(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VI. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisi Kuesioner StandardNordic Body Map... VI – 1 6.2. Analisis Uji Keseragaman Data, Uji Kecukupan Data dan Uji

Kenormalan Data ... VI – 2 6.3. Analisis Perhitungan Persentil... VI – 2

6.4. Analisis Data Kuesioner ... VI – 3 6.4.1. Analisis Data Kuesioner Terbuka... VI – 3

6.4.2. Analisis Data Kuesioner Tertutup... VI – 3 6.5. Analisis Data Fuzzy QFD... VI – 6

6.5.1. Klarifikasi Tujuan Pengembangan Karakteristik... VI – 6 6.5.2. Penetapan Fungsi (Estahblishing Function)……….. VI – 6 6.5.3. Menyusun Kebutuhan (Setting Requirement) ………….. VI – 7 6.5.4. Penetapan Karakteristik (Aplikasi Metode Fuzzy QFD).. VI – 9

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan... VII – 1 7.2. Saran ... VII – 2


(15)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Jumlah Tenaga Kerja... II – 7 2.2. Mesin Produksi ... II – 12 3.1. Ukuran-ukuran Antropometri Terpenting ... III – 5 3.2. Dimensi Anthropometri dalam Posisi Duduk ... III – 9 3.3. Dimensi Anthropometri dalam Posisi Berdiri... III – 10 3.4. Dimensi Anthropometri Kaki dan Tangan... III – 12 3.5. Tingkat Kepercayaan ... III – 18 3.6. Tingkat Ketelitian... III – 18 3.7. Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi

Normal ... III – 22 3.8. Langkah Perancangan Produk dengan Metode Rasional ... III – 31 3.9. Ukuran Sampel untuk Batas-batas Kesalahan dan Jumlah

Populasi Yang Ditetapkan... III – 60 3.10. Perbedaan Pertanyaan Terbuka dengan Pertanyaan Tertutup ... III – 66 3.11. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola

(ISBB) yang Diperkenankan ... III – 71 5.1. Dimensi Anthropometri Karyawan pada UD. Tiga Bawang ... V – 3 5.2. Pertanyaan Atribut ... V – 5 5.3. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup untuk Tingkat Kepentingan


(17)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.4. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup untuk Tingkat Kepuasan

Atribut ... V – 7 5.5. Rekapitulasi Data Indikator Termal ... V – 8 5.6. Data Denyut Nadi Operator pada Bagian Penggorengan... V – 9 5.7. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Pengupasan ... V – 12 5.8. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Perajangan... V – 12 5.9. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Pencucian ... V – 13 5.10. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Penggorengan... V – 13 5.11. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Perapian ... V – 14 5.12. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada


(18)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.14. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Pendinginan ... V – 15 5.15. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Pengepakan ... V – 15 5.16. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Pengemasan ... V – 16 5.17. Rekapitulasi Bobot kuisioner Nordic Body Map pada

Bagian Transportasi ... V – 17 5.18. Keterangan Histogram ... V – 18 5.19. Hasil Perhitungan X,σ, Xmin dan Xmax pada Dimensi

Anthropometri ... V – 22 5.20. Hasil Perhitungan Uji Keseragaman Data Anthropometri ... V – 24 5.21. Hasil Uji Kecukupan Data ... V – 26 5.22. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Panjang Tangan... V – 30 5.23. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Panjang Telapak Tangan ... V – 30 5.24. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi


(19)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.25. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Lebar Tangan Sampai Mata Karpal ... V – 31 5.26. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Ketebalan Tangan Sampai Mata Karpal ... V – 32 5.27. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Lingkar Tangan Sampai Telunjuk... V – 32 5.28. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Lingkar Tangan Sampai Ibu Jari ... V – 33 5.29. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Diameter Ibu Jari dengan Jari Telunjuk ... V – 33 5.30. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Diameter Ibu Jari dengan Jari Tengah ... V – 34 5.31. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Diameter Ibu Jari dengan Jari Manis ... V – 34 5.32. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi


(20)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.34. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Tinggi Badan Saat Membungkuk... V – 36 5.35. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Dimensi Sudut yang Terbentuk Saat Badan Membungkuk ... V – 36 5.36. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Panjang Lengan... V – 37 5.37. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Panjang Lengan Atas... V – 37 5.38. Hasil Perhitungan Uji Kolmogorof-Smirnov pada Dimensi

Panjang Lengan Bawah... V – 38 5.39. Hasil Uji Kolmogorov-SmirnovTest... V – 38 5.40. Perhitungan Persentil ke-5, 50, dan 95 untuk Seluruh

Dimensi Anthropometri ……….. V – 40 5.41. Uji Validitas untuk Atribut “Bentuk Pegangan”... V – 42 5.42. Hasil Perhitungan Uji Validitas untuk Tingkat Kepentingan

Atribut ... V – 43 5.43. Uji Validitas untuk Atribut “Bentuk Pegangan”... V – 45 5.44. Hasil Perhitungan Uji Validitas untuk Tingkat Kepuasan Atribut V– 46 5.45. Skor Jawaban untuk setiap Item/Pertanyaan... V – 48


(21)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.46. Pengelompokan Item Berdasarkan No. Item ganjil dan No. Item Genap ... V – 49 5.47. Skor Jawaban untuk setiap Item/Pertanyaan... V – 50 5.48. Pengelompokan Item Berdasarkan No. Item ganjil dan No. Item Genap ... V – 51 5.49. Atribut Kebutuhan Pengguna Fasilitas Kerja... V – 62 5.50. Angka Fuzzy untuk Masing-masing Tingkat Kepentingan... V – 65 5.51. Fuzzy Numbers Kepentingan Responden untuk Atribut 1 ... V – 66 5.52. Trapezoidal Fuzzy Numbers untuk Kepentingan Responden ... V – 67 5.53. Tingkat Kepentingan untuk Masing-masing Atribut ... V – 68 5.54. Fuzzy Numbers Kepuasan Responden untuk Atribut 1... V – 69 5.55. Trapezoidal Fuzzy Numbers untuk Kepuasan Responden ... V – 70 5.56. Tingkat Kepuasan untuk Masing-masing Atribut ... V – 71 5.57. Target Tingkat Kualitas Produk untuk Setiap Atribut ... V – 73 5.58. Nilai Rasio Perbaikan untuk Setiap Atribut ... V – 74


(22)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.63. Korelasi Antara Atribut Produk dengan Karakteristik Teknis.... V – 81 5.64. Tingkat Kepentingan Absolut (TKA) Karakteristik Teknis... V – 84 5.65. Tingkat Kepentingan Absolut (TKA) dan Tingkat

Kepentingann Relatif (TKR) untuk Setiap Karakteritik Teknis . V – 85 5.66. Hasil Perhitungan Bobot untuk Setiap Karakteristik Teknis ... V – 90 5.67. Perhitungan Tingkat Kesulitan Untuk Masing-Masing

Karakteristik Teknis ... V – 91 5.68. Hasil Perhitungan Perkiraan Biaya untuk Setiap Karakteristik

Teknis... V – 93 5.69. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan

Bola yang Diperkenankan ... V – 97 5.70. Rekapitulasi Hasil Pengukuran dan Perhitungan Wet Bulb

Globe Temperature (Indeks Suhu Basah dan Bola)... V – 98 5.71. Rekapitulasi Pengeluaran Energi Operator ... V – 99


(23)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Struktur Organisasi UD. Tiga Bawang ... II – 3 2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Keripik ... II – 12 3.1. Dimensi Anthropometri dalam Posisi Duduk ... III – 9 3.2. Dimensi Anthropometri Posisi Berdiri... III – 10 3.3. Dimensi Anthropometri Kaki dan Tangan... III – 12 3.4. Data Berdistribusi Normal... III – 20 3.5. Nordic Body Map... III – 26 3.6. Himpunan Fuzzy dan Fungsi Keanggotaan... III – 43 3.7. Fungsi Keanggotaan Masukkan Fuzzy dengan Lima Fungsi

Gaussian ... III – 44 3.8. Konfigurasi Dasar Kendali Logika Fuzzy... III – 44 3.9. Indirect Adaptive Control... III – 45 4.1. Prosedur Penelitian ... IV – 7 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data Anthropometri ... IV– 11 4.3. Langkah-langkah Aplikasi Fuzzy... IV– 12 4.4. Blok Diagram Fuzzy QFD... IV– 13


(24)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.1. Histogram Keluhan Subjektif Responden pada Bagian

Penggorengan... V – 18 5.2. Peta Kontrol untuk Data Panjang Tangan... V – 23 5.3. Sub Tujuan Desain ... V – 54 5.4. Sub Tujuan Dimensi... V – 54 5.5. Sub Tujuan Bahan ... V – 55 5.6. Sub Tujuan Kualitas... V – 55 5.7. Sub Tujuan Fungsi ... V – 56 5.8. Pohon Tujuan ... V – 57 5.9. Sistem Input Output Produk Serokan... V – 58 5.10. Fungsi Keanggotaan Tingkat Kepentingan... V – 64 5.11. Fungsi Keanggotaan Korelasi ... V – 79 5.12. Matriks Hubungan Antara Karakteristik Teknis ... V – 86 5.13. Matriks HOQ... V – 95 5.14. Hasil Akhir Rancangan Produk Serokan dengan Skala 1 : 10 .... V – 96 5.15. Grafik Nilai ISSB... V – 98


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Survei Keluhan Fisik (Otot-Rangka/Musculoskeletal) pada Pekerja Industri Keripik Ubi ... L-1 2. Rekapitulasi Kuesioner Nordic Body Map ... L-2 3. Contoh Format Kuesioner Terbuka... L-3 4. Hasil Rekapitulasi Kuesioner Terbuka... L-4 5. Contoh Format Kuesioner Tertutup ... L-5 6. Peta Kontrol untuk Data Dimensi Anthropometri ... L-6 7. Tabel Uji Normal Kolmogorov-Smirnov One Sample Test... L-7 8. Tabel Distribusi Normal... L-8


(26)

Abstract

Keripik ubi atau yang lebih dikenal sebagai keripik singkong merupakan keripik yang sudah berpuluh-puluh tahun diproduksi. UD. Tiga Bawang adalah salah satu industri penghasil keripik ubi di Tanjung Morawa yang belum menerapkan prinsip-prinsip ergonomi pada proses produksinya. Untuk mengetahui keluhan bagian tubuh operator yang sakit maka disebarkan kuisioner standard nordic body map dengan hasil keluhan terbesar dari work center bagian penggorengan keripik ubi dengan sakit bagian tubuh yang paling signifikan yaitu pada bagian pinggang (9,417%), tangan kiri (8,52%) , dan tangan kanan (8,52%). Dari hasil pengukuran dimensi anthropometri dapat dilihat bahwa data hasil pengukuran telah seragam, mencukupi, dan berdistribusi normal. Dari hasil pengujian kuesioner untuk tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terlihat bahwa data hasil kuesioner valid/sah dan reliable(tingkat konsistensinya tinggi) dimana rhitung>rtabel, yaitu >

0,707.Tingkat kesulitan karakteristik teknik untuk menentukan target yang akan dicapai pada House of Quality yaitu kenyamanan pemakaian (18,97%), komposisi cat (3,53%), kualitas cat (3,85%), volume pegangan (9,20%), volume saringan (5.094%), lama pengerjaan (8,79%), komposisi bahan (11,60%), ketebalan bahan (5.362%), kualitas bahan (10.188%), biaya produksi (10,24%), ketahanan bahan (3,19%), memiliki pelapis pegangan (4,24%), frekuensi pembelian (2,81%), dan harga yang terjangkau (2,15%). Derajat kepentingan karakteristik teknik untuk menentukan target yang akan dicapai pada House of Quality yaitu kenyamanan pemakaian (22,1794%), komposisi cat (4,92766%), kualitas cat (2,57%), volume pegangan (7,52%), volume saringan (3,68%), lama pengerjaan (7,58%), komposisi bahan (13.188%), ketebalan bahan (3,57%), kualitas bahan (10,45%), biaya produksi (8,12%), ketahanan bahan (4,6%), memiliki pelapis pegangan (2,64%), frekuensi pembelian (4,76%), dan harga yang terjangkau (4,44%).


(27)

Abstract

Keripik ubi atau yang lebih dikenal sebagai keripik singkong merupakan keripik yang sudah berpuluh-puluh tahun diproduksi. UD. Tiga Bawang adalah salah satu industri penghasil keripik ubi di Tanjung Morawa yang belum menerapkan prinsip-prinsip ergonomi pada proses produksinya. Untuk mengetahui keluhan bagian tubuh operator yang sakit maka disebarkan kuisioner standard nordic body map dengan hasil keluhan terbesar dari work center bagian penggorengan keripik ubi dengan sakit bagian tubuh yang paling signifikan yaitu pada bagian pinggang (9,417%), tangan kiri (8,52%) , dan tangan kanan (8,52%). Dari hasil pengukuran dimensi anthropometri dapat dilihat bahwa data hasil pengukuran telah seragam, mencukupi, dan berdistribusi normal. Dari hasil pengujian kuesioner untuk tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan terlihat bahwa data hasil kuesioner valid/sah dan reliable(tingkat konsistensinya tinggi) dimana rhitung>rtabel, yaitu >

0,707.Tingkat kesulitan karakteristik teknik untuk menentukan target yang akan dicapai pada House of Quality yaitu kenyamanan pemakaian (18,97%), komposisi cat (3,53%), kualitas cat (3,85%), volume pegangan (9,20%), volume saringan (5.094%), lama pengerjaan (8,79%), komposisi bahan (11,60%), ketebalan bahan (5.362%), kualitas bahan (10.188%), biaya produksi (10,24%), ketahanan bahan (3,19%), memiliki pelapis pegangan (4,24%), frekuensi pembelian (2,81%), dan harga yang terjangkau (2,15%). Derajat kepentingan karakteristik teknik untuk menentukan target yang akan dicapai pada House of Quality yaitu kenyamanan pemakaian (22,1794%), komposisi cat (4,92766%), kualitas cat (2,57%), volume pegangan (7,52%), volume saringan (3,68%), lama pengerjaan (7,58%), komposisi bahan (13.188%), ketebalan bahan (3,57%), kualitas bahan (10,45%), biaya produksi (8,12%), ketahanan bahan (4,6%), memiliki pelapis pegangan (2,64%), frekuensi pembelian (4,76%), dan harga yang terjangkau (4,44%).


(28)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.

Keripik ubi atau yang lebih dikenal sebagai keripik singkong merupakan keripik yang sudah berpuluh-puluh tahun diproduksi. Keripik ubi adalah salah satu makanan ringan yang bersumber dari tanaman singkong yang telah diolah secara tradisional untuk dapat langsung dikonsumsi. Keripik ubi yang sudah digoreng dapat dikonsumsi atau dimakan langsung begitu saja, namun sehari-hari orang lebih sering mengkonsumsi keripik ubi sebagai teman jajanan seperti bakso, soto, sate atau makanan lainnya, sehingga hampir semua rumah makan, restoran, kafetaria, dan kedai-kedai yang ada di sekitarnya.

UD. Tiga Bawang adalah salah satu industri penghasil keripik ubi di Tanjung Morawa yang belum menerapkan prinsip-prinsip ergonomi pada proses produksinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan


(29)

produktivitas kerja pada UD. Tiga Bawang ini adalah dengan cara membuat suatu fasilitas kerja yang ergonomis.

Dengan tingkat permintaan yang semakin tinggi perusahaan harus mengeluarkan ide-ide inovatif dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia seoptimal mungkin untuk menghasilkan tingkat produk semaksimal mungkin baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

Salah satu bagian yang penting dalam proses produksi adalah bagian penggorengan keripik ubi. Untuk dapat melakukan proses penggorengan dengan baik, maka operator harus bekerja dalam kondisi nyaman. Tetapi kondisi aktualnya mereka merasakan keadaan yang menimbulkan keluhan subjektif dalam melakukan penggorengan. Hal ini menyebabkan mereka cepat merasakan lelah dalam bekerja. Untuk mengoptimalkan tenaga kerja yang perlu diperhatikan adalah aspek manusia sehingga diperlukan alternatif yang meliputi perancangan tata letak peralatan kerja dan sarana kerja yang mendukung pekerja, sehingga mereka melakukan pekerjaannya secara rutin tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut maka perlu dibuat perancangan fasilitas kerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi yaitu suatu fasilitas kerja yang meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja.


(30)

1.2. Perumusan Masalah

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka perumusan masalahnya adalah :

1. Adanya keluhan subjektif yang dirasakan operator pada saat melakukan pekerjaannya sehingga menyebabkan mereka cepat merasakan lelah dalam bekerja.

2. Kondisi atau suhu ruangan pada bagian penggorengan yang cukup tinggi sehingga operator merasakan kurang nyaman dalam melakukan pekerjaannya.

Oleh karena itu, dirancang suatu fasilitas kerja yang ergonomis yang dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian yang akan dilakukan adalah merancang fasilitas kerja yang sesuai dengan atribut dan dimensi tubuh operator sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja pada UD. Tiga Bawang.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengindentifikasi dan mengetahui pengaruh sarana kerja dan posisi kerja terhadap kelelahan bagi operator di bagian penggorengan.

2. Mengetahui keluhan subjek (kelelahan operator) di bagian penggorengan dengan pendekatan pengisian kuesioner.

3. Membuat rancangan fasilitas kerja operator secara ergonomis agar pekerja dapat bekerja dengan efisien, nyaman, aman, sehat dan efektif serta tidak mudah lelah sehingga produktivitas pekerja bisa meningkat.


(31)

4. Mengetahui stasiun kerja mana yang mempunyai tingkat kelelahan tertinggi pada operatornya saat bekerja.

5. Mendapatkan bentuk, ukuran serta dimensi fasilitas kerja yang sesuai dengan data antropometri pengguna fasilitas kerja.

6. Menentukan atribut dan karakteristik teknis dari fasilitas kerja yang akan diusulkan berdasarkan keinginan operator dengan menggunakan metode Fuzzy QFD.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Diperoleh gambaran awal tentang pengaruh sarana kerja dan posisi kerja terhadap kelelahan bagi operator di bagian penggorengan.

2. Diperoleh rancangan stasiun kerja dan sarana kerja yang sesuai untuk pekerjaan penggorengan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

3. Dapat memberikan informasi kepada pimpinan industri dan tenaga kerja untuk mempertimbangkan penerapan hasil penelitian ini.

1.5. Batasan Masalah & Asumsi


(32)

2. Pengukuran produktivitas kerja berdasarkan kuisioner Standard Nordic Body Map.

3. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah ± 1 minggu, yaitu pada bulan November 2009.

4. Atribut dari fasilitas kerja yang akan dirancang merupakan keinginan dari operator pemakainya

5. Tidak dilakukan estimasi biaya terhadap fasilitas kerja yang akan dirancang. 6. Data anthropometri yang digunakan adalah data dimensi tubuh operator yang

akan memakai fasilitas kerja yang dirancang pada UD. Tiga Bawang. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pekerja yang diamati bekerja dalam kondisi wajar, artinya pekerja berada dalam kondisi stamina yang baik, tidak berada dalam tekanan serta menguasai prosedur pekerjaannya.

2. Operator telah terbiasa dengan pekerjaannya. 3. Kondisi mesin dan peralatan dalam kondisi baik.

4. Penelitian tidak mempengaruhi kondisi lingkungan kerja industri keripik ubi.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:


(33)

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memaparkan sejarah dan gambaran umum perusahaan, organisasi dan manajemen serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Menampilkan teori-teori yang digunakan dalam analisis pemecahan masalah.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengumpulkan data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta melakukan pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH


(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Ibu Dewi memulai usaha ini secara kecil-kecilan dengan peralatan sederhana yang dikerjakan sendiri oleh Ibu Dewi untuk dijual ke warung di sekitar rumahnya. Keripik yang dijual pada saat itu belum mempunyai variasi rasa serta belum mencantumkan label pada kemasannya. Usaha ini mulai berkembang dengan meningkatnya permintaan. Pada tahun 2000 Ibu Dewi mendaftarkan usahanya dengan nama UD. Tiga Bawang dengan merek Dora. UD. Tiga Bawang setiap harinya mengolah 8-10 ton ubi yang merupakan pesanan dari Siantar, Tanjung Morawa, Medan, Batam dan Pekan Baru.

UD. Tiga Bawang merupakan usaha pembuatan keripik ubi dengan merek Dora yang dikelola oleh Ibu Dewi Irawati. Pada awalnya UD. Tiga Bawang ini berlokasi di jalan Pelajar Timur Gang Melati No.16 B Medan. Usaha ini kemudian pindah ke Jalan Limau Manis Pasar 3 Kampung Undian, Desa Tanduka Raga, Tanjung Morawa karena lokasi atau daerah produksi yang tidak memungkinkan dimana area atau tempat produksinya yang sempit dan jumlah mesin-mesin yang digunakan juga terbatas, serta adanya persaingan yang cukup ketat antara industri sejenis lainnya, seperti UD. Paris, UD. Monas dan UD. Rumah Adat. Dimana pada Pabrik yang lama hanya mampu memproduksi keripik ubi maksimum hanya 4 ton/hari, sedangkan pada pabrik yang baru dapat memproduksi 8-10 ton/hari.


(35)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

UD. Tiga Bawang merupakan home industry yang memproduksi keripik ubi dengan merek Dora dengan 4 variasi rasa yaitu rasa Balado, jagung bakar, kari ayam dan sapi panggang. Sistem produksi berdasarkan make to order, yaitu memproduksi sesuai dengan pesanan pelanggan. 8-10 ton ubi diolah setiap harinya untuk kemasan 40 gram dan langsung dikirim ke distributor di Siantar, Tanjung Morawa, Medan, Batam dan Pekan Baru. .

Bahan-bahan yang diperlukan seperti ubi kayu dan kayu bakar berasal dari Tanjung Morawa, tepatnya pada daerah Kampung Undian, Desa Tanduka Raga, bumbu, pewarna serta kemasan diperoleh dari Jakarta, bahan lainnya seperti minyak goreng dibeli di Medan.

2.3. Organisasi dan Manajemen 2.3.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jelas


(36)

jawab yang jelas pada masing-masing stasiun kerja. Struktur organisasi UD. Tiga Bawang dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD. Tiga Bawang

2.3.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas pada UD. Tiga Bawang dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan. Pembagian tugas dan tanggung jawab di UD. Tiga Bawang adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan (Pemilik Usaha)

Merupakan pimpinan usaha yang melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap seluruh kegiatan operasional di UD. Tiga Bawang. Pimpinan juga melakukan transaksi dengan pihak luar seperti supplier dan pelanggan serta mempunyai wewenang dalam merencanakan, mengarahkan, menganalisis dan mengevaluasi serta menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.


(37)

2. Karyawan Pengupasan

Tugas karyawan pengupasan adalah:

- Melakukan penimbangan bahan baku ketika tiba di pabrik.

- Melakukan pemotongan awal untuk membuang kedua ujung sisi ubi kayu. - Mengupas kulit ubi kayu dan memasukkannya ke dalam karung goni. 3. Karyawan Perajangan

Tugas karyawan perajangan adalah: - Merajang ubi kayu yang telah dikupas. 4. Karyawan Pencucian

Tugas karyawan pencucian adalah:

- Mencuci ubi yang telah dirajang kemudian ditiriskan. 5. Karyawan Penggorengan

Tugas karyawan penggorengan adalah:

- Menggoreng ubi yang telah dicuci dari bagian pencucian. - Mengganti minyak goreng.

6. Karyawan Perapian

Tugas karyawan perapian adalah:

- Menghidupkan dan mematikan tungku - Mengontrol api


(38)

7. Karyawan Penyuingan/Pengeringan Keripik Tugas karyawan penyuingan adalah:

- Mengeringkan keripik ubi yang telah siap di goreng sehingga tidak terdapat minyak pada keripik tersebut.

8. Karyawan Pembumbuan

Tugas karyawan pembumbuan adalah:

- Memberi bumbu sesuai dengan variasi rasa. 9. Karyawan Pendinginan

Tugas karyawan pembumbuan adalah:

- Mendinginkan keripik yang telah diberi bumbu.

- Memindahkan kerpik yang telah di dinginkan ke mesin pengemasan/packing.

10.Karyawan Pengemasan (untuk kemasan ½ kg)

Tugas karyawan pengemasan (untuk kemasan ½ kg) adalah: - Memasukkan keripik ke dalam kemasan sesuai rasa keripik. - Menimbang dan menyesuaikan berat keripik hingga ½ kg. - Menyegel kemasan.

11.Karyawan Pengemasan (untuk kemasan 24 gram)

Tugas karyawan pengemasan (untuk kemasan 24 gram) adalah: - Menyalakan dan mengontrol kerja mesin kemas.

- Memasang roll plastik kemasan ke mesin kemas sesuai rasa keripik. - Mengangkut kemasan keripik ke bagian pengepakan.


(39)

12.Karyawan Pengepakan

Tugas karyawan pengepakan adalah:

- Memisahkan kemasan keripik sesuai rasa.

- Mengepak kemasan keripik ke dalam bentuk bal. 13.Karyawan Transportasi

Tugas karyawan transportasi adalah:

- Mengangkat bahan yang diperlukan (bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong) ke setiap stasiun kerja yang membutuhkan.

- Mengangkat produk dari stasiun kerja ke stasiun kerja berikutnya 14.Kasir

Tugas kasir adalah:

- Memberikan secara langsung upah atau gaji karyawan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

- Mencairkan kuitansi dan mencatat kuitansi yang telah disetujui oleh pimpinan.

2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja pada UD. Tiga Bawang saat ini adalah 54 orang. Semuanya merupakan karyawan tetap. Perincian jumlah tenaga kerja dapat dilihat


(40)

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

Pimpinan 1

Pengupasan 10

Perajangan 3

Pencucian 3

Penggorengan 8

Perapian 1

Penyuingan 2

Pembumbuan 2

Pendinginan 2

Pengepakan 6

Pengemasan 9

Transportasi 6

Kasir 1

Total 54

Hari kerja di UD. Tiga Bawang adalah enam hari kerja, yaitu hari Senin sampai hari Sabtu. Jam kerja per hari adalah sepuluh jam yaitu dari pukul 08.00 WIB sampai 18.00 WIB dengan waktu istirahat selama setengah jam yaitu dari pukul 12.00 WIB sampai 12.30 WIB. Jika ada penambahan pesanan maka akan diadakan jam lembur hingga pukul 20.00 WIB. Lembur juga dilaksanakan pada hari Minggu jika ada pesanan yang belum selesai dikerjakan.


(41)

2.3.4. Sistem Pengupahan dan Fasilitas

Upah karyawan dibayar dengan sistem mingguan berupa upah pokok dan dilakukan penambahan jika ada lembur. Karyawan diberikan fasilitas berupa penginapan jika rumah karyawan tersebut jauh dari lokasi pabrik dan makan 3 x sehari juga ditanggung oleh pemilik usaha.

2.4. Proses Produksi

Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (mengalami perubahan bentuk secara fisik dan kimia) yang mengubah input yang berupa bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah.

UD. Tiga Bawang yang merupakan perusahaan pembuatan keripik menggunakan teknologi produksi yang manual dan semi otomatis yaitu selain menggunakan mesin juga masih menggunakan tenaga kerja sebagai operator maupun pekerjaan manual.

2.4.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam suatu proses produksi, dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan


(42)

besarnya yang hampir seragam. Ubi kayu diperoleh dari Tanjung Morawa, tepatnya pada daerah Kampung Undian, Desa Tanduka Raga.

2.4.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam produksi sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas secara lebih baik. Bahan tambahan yang digunakan adalah bumbu dan kemasan. Kemasan dibedakan berdasarkan rasa dan berat produk.

2.4.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dapat menunjang proses produksi yang tidak nampak pada produk akhir. Bahan penolong yang digunakan adalah minyak goreng, air untuk mencuci ubi dan kayu bakar.

2.4.4. Uraian Proses Produksi

Ubi kayu sebagai bahan baku utama pembuatan keripik melewati berbagai tahapan pengolahan (proses produksi) hingga menjadi produk keripik dengan berbagai rasa. Berikut ini adalah uraian proses produksi :

1. Pengupasan

Pengupasan adalah tahap paling awal dalam proses pembuatan keripik. Tujuan dari pengupasan ini adalah untuk membuang kedua ujung ubi kayu dan memisahkan umbi dari kulitnya. Proses ini dilakukan secara manual (menggunakan pisau).


(43)

2. Perajangan

Proses perajangan adalah proses pemotongan ubi yang telah dikupas dengan mesin perajang. Tujuan dari perajangan ini adalah untuk memotong ubi dengan bentuk dan ketebalan yang sama. Ubi yang telah dirajang selanjutnya dibawa ke bagian pencucian.

3. Pencucian

Kegiatan ini bertujuan untuk membersihkan ubi yang telah dirajang. Ubi direndam ke dalam sebuah bak yang berisi air kemudian ditiriskan, yaitu proses pengeringan ubi yang telah selesai dicuci sebelum tahap penggorengan. 4. Penggorengan

Setelah ubi melalui tahap penirisan, maka tahap selanjutnya adalah penggorengan. Penggorengan dilakukan di dalam wadah yang terbuat dari logam (berbentuk segi empat) dan berisi minyak goreng panas. Setiap kali penggorengan, dimasukkan sekitar 6 kalo/keranjang ubi. Proses ini bertujuan untuk mematangkan ubi menjadi keripik.

5. Penyuingan

Setelah ubi dimatangkan, maka proses selanjutnya adalah proses penyuinga, dimana keripik yang masih terdapat minyaknya tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mesin suing untuk menghilangkan minyak dari keripik


(44)

5. Pembumbuan

Selanjutnya keripik dimasukkan ke dalam mesin pembumbuan. Tujuan dari proses ini adalah untuk memberikan bumbu pada keripik sesuai dengan rasa yang diinginkan sehingga bumbu tercampur secara merata pada keripik.

6. Pendinginan

Setelah itu keripik didinginkan dengan meletakkan di atas meja pendinginan agar suhunya normal ketika dikemas.

7. Pengemasan (pembungkusan)

Keripik selanjutnya dikemas dengan kemasan plastik berlabel sesuai dengan rasanya. Untuk kemasan ½ kg, proses pengemasannya adalah memasukkan keripik secara manual, ditimbang, dan disegel dengan alat segel. Sedangkan untuk kemasan 40 gram, proses pengemasannya dengan menggunakan mesin pengemas.

8. Pengepakan

Untuk keripik kemasan 40 gram, dilakukan lagi pengepakan ke dalam bentuk bal. Satu bal berisi 20 bungkus kemasan 40 gram.


(45)

Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Keripik

2.4.5. Mesin dan Peralatan Produksi

Adapun mesin dan peralatan yang digunakan di UD. Tiga Bawang dalam pembuatan keripik, dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Mesin Produksi

Nama Spesifikasi Jumlah

Mesin Perajang Daito Cooper, tipe YCL80B-4, ½ HP, 1400 rpm 3 unit Mesin Mollen Daito Cooper, tipe YCL80B-4, 29 rpm, ukuran 1,2m x Ø75cm 2 unit


(46)

Tabel 2.2. Mesin Produksi (Lanjutan)

Nama Spesifikasi Jumlah

Kereta Sorong Ukuran 45cm x 122 cm 2 unit

Keranjang Kecil Ø30cm 140 unit

Bak Pencucian Ukuran 1m x 1,2m x 40cm 1 unit

Tempat Penggorengan Ukuran 1,4m x 1,5m x 45cm 4 unit Sendok Penggorengan Besar Panjang 2 m, Ø50cm 4 unit Sendok Penggorengan Kecil Panjang 2 m, Ø30cm 2 unit

Keranjang Besar Ø45cm 15 unit

Baskom Besar Ø55cm 12 unit

Baskom Besar Ø55cm 2 unit

Tong Besar Tinggi 64cm, Ø22cm 6 unit

Trolley Ukuran 50cm x 30 cm x 50 cm 2 unit

Meja Pendinginan Ukuran 2m x 5m 1 unit


(47)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

3.1.1. Pengertian Ergonomi1

Perubahan waktu, walaupun secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari keadaan primitif/tradisional menjadi manusia yang berbudaya/modern. Manusia berusaha mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi lingkungannya. Hal ini terlihat pada perubahaan rancangan peralatan (teknologi) yang dipergunakan manusia untuk menaklukkan alam sekitarnya. Tujuan pokok manusia untuk selalu mengadakan perubahan rancangan peralatan yang dipakai adalah untuk memudahkan dan memberi kenyamanan dalam operasi penggunaannya.

Penyelidikan terhadap manusia dengan lingkungan, mesin, peralatan dan bahan baku yang terjadi interaksi di antaranya, sehingga perlu pemahaman tentangnya. Untuk dapat menghasilkan rancangan sistem kerja yang baik perlu dikenal sifat-sifat, keterbatasan, serta kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dalam sistem kerja menganut prinsip human centered design yaitu: sebagai perencana, perancang, pelaksana, pengendali, dan pengevaluasi sistem kerja yang


(48)

Manusia dan mesin merupakan dua elemen yang sangat penting dalam suatu proses produksi. Hubungan antara manusia dengan mesin yang serasi, dapat meningkatkan produktivitas dari perusahaan tersebut. Dalam proses produksi, manusia dan mesin merupakan dua unsur (elemen) yang tak dapat dipisahkan. Mesin membutuhkan manusia untuk menjalankan mesin dan begitu pula sebaliknya manusia membutuhkan mesin untuk membantu manusia mengerjakan produknya agar dicapai produksi yang optimal.

Istilah ”Ergonomi” berasal dari Bahasa latin yaitu ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan disain perancangan.2 Dengan ergonomi diharapkan penggunaan objek fisik dan fasilitas dapat lebih efektif serta dapat memberi kepuasan kerja. Selain untuk memberikan kepuasan kerja ergonomi juga mengamati aspek-aspek manusia dan mesin dalam suatu sistem produksi, sehingga ergonomi juga dapat digunakan untuk menganalisa kapasitas produksi baik dari segi manusianya maupun dari segi mesinnya, sehingga dapat digunakan untuk mengoptimalkan kapasitas produksi dari suatu sistem produksi.

Ergonomi merupakan pertemuan dari berbagai lapangan ilmu seperti antropologi, biometrika, faal kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja, perencanaan kerja, riset terpakai, dan cybernetika. Namun keutamaannya adalah perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan rancangan

2

Nurmianto, E.; Ergonomi; Konsep Dasar dan Aplikasinya; Edisi Pertama; Penerbit PT. Guna Widya; 1996; Surabaya.


(49)

peralatannya. Dalam hal ini, diperlukan kerja sama diantara peneliti dan teknisi, serta ahli tentang pemakaian alat-alat dengan pengukuran, pencatatan serta pengujiannya. Perbaikan kondisi-kondisi kerja yang buruk dan tanpa perencanaan biasanya membutuhkan biaya yang mahal.

Ergonomi dapat diterapkan pada semua tingkatan dari lokal sampai kepada nasional. Secara lokal dapat dimulai dengan inisiatif dokter perusahaan, kepala personalia, pengusaha, dan lain-lain yang mencoba upaya sendiri atau dengan memanggil penasehat dari luar.

Program ergonomi meliputi penentuan problematic, percobaan untuk pemecahan, penerapan hasil percobaan dan pembuktian efektivitas. Penentuan problematik dilakukan dengan melihat gejala-gejala seperti absenteisme, ganti-ganti kerja dan lain-lain yang mungkin merupakan akibat dari beban kerja yang berlebihan, organisasi kerja yang tidak baik, kesulitan melakukan latihan kerja. Gejala-gejala diatas merupakan pencerminan buruknya desain peralatan dan cara kerja. Observasi langsung, analisa bahaya-bahaya, proses produksi, model-model dan lain-lain.

Ergonomi mempunyai peranan penting dalam industrialisasi. Mekanisme dan automasi tidak saja terjadi pada industri, tetapi juga pada pertanian dan pekerjaan administrasi, maka timbullah permasalahan sebagai berikut:


(50)

3. Kesehatan fisik dan mental sehubungan dengan pekerjaan yang menyangkut tempo kerja, beban fisik, tegangan syaraf, pengaruh kerja bergilir, perasaan-perasaan terisoler dan bertambahnya tanggung jawab dan lain-lain. Juga beban tambahan oleh faktor lingkungan.

4. Pindahnya tenaga kerja pertanian ke perindustrian di Negara berkembang. Ergonomi dapat mengurangi beban kerja, dengan cara evaluasi

fisiologis, psikologis atau cara-cara tak langsung, pengukuran beban kerja dan modifikasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan kerja, tetapi secara tidak langsung produktivitas juga dapat ditingkatkan. Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian terutama perlu diberikan kepada kegiatan fisik, yaitu intensitas, tempo, jam kerja, dan waktu istirahat serta pengaruh keadaan lingkungan.

3.1.2. Tujuan ergonomi

Tujuan dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.


(51)

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

3.1.3. Prinsip-prinsip Ergonomi

Beberapa prinsip ergonomi yang telah disepakati yang dapat digunakan sebagai pegangan yaitu :

1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus menyelaraskan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan). 2. Untuk normalisasikan ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil

ukuran terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut dapat dikecilkan dan dapat digunakan oleh tenaga kerja yang kecil, seperti tempat duduk yang dapat distel naik turun dan lain-lain. 3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan

penempatan alat-alat industri dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Ukuran-ukuran Antropometri Terpenting

Berdiri Duduk


(52)

3.2. Anthropometri

3.2.1. Pengertian Anthropometri

Istilah Anthropometri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti ukuran. Jadi anthropometri adalah studi tentang dimensi tubuh manusia3. Anthropometri merupakan ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaan-perbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya. Data anthropometri berguna untuk perancangan berbagai peralatan agar dapat digunakan secara optimal dan pemakai dapat bekerja dengan aman dan nyaman. Meskipun demikian, dalam proses pengukuran tersebut akan ditemui berbagai kesulitan, misalnya karena adanya variasi dalam pengukuran oleh beberapa faktor antara lain:

1. Umur

Pada umumnya dimensi tubuh meningkat mulai dari lahir sampai sekitar usia duapuluhan. Manusia akan mulai menyusut ketinggiannya (shrink) sekitar usia empat puluh tahun.

2. Jenis kelamin

Dimensi tubuh antara pria dan wanita memiliki perbedaan-perbedaan. Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar daripada wanita, kecuali pada bagian pinggul dan paha.

3

Pulat, B. Mustafa. 1992.Fundamentals of Industria Ergonomics. Oklahoma : AT & T Network Systems.


(53)

3. Posisi tubuh

Sikap (posture) akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh karena itu dalam suatu penelitian harus dipakai posisi standar.

4. Cara berpakaian

Pakaian menambah ukuran tubuh sehingga dalam merancang area kerja harus disesuaikan dengan pakaian yang digunakan.

5. Suku/bangsa (ethnic)

Setiap suku, bangsa, ataupun ethnic mempunyai karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk mengatasi masalah keragaman ukuran manusia, maka kebanyakan data anthropometri disajikan dalam bentuk persentil. Untuk tujuan penelitian, suatu populasi dibagi-bagi berdasarkan kategori-kategori dengan jumlah keseluruhan 100% dan diurutkan mulai dari populasi yang terkecil hingga yang terbesar berkaitan dengan beberapa pengukuran tubuh tertentu4.

Selain faktor-faktor tersebut di atas masih ada pula beberapa faktor lain yang mempengaruhi variabilitas ukuran tubuh manusia seperti:

1. Cacat tubuh, dimana data anthropometri disini akan diperlukan untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, alat bantu jalan, dll). 2. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor lingkungan yang


(54)

3. Kehamilan (pregnancy), dimana dalam kondisi semacam ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan).

Terdapat dua cara melakukan pengukuran yaitu anthropometri statis dan anthropometri dinamis. Anthropometri statis sehubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan diam atau dalam posisi yang dibakukan. Sedangkan anthropometri dinamis sehubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.

3.2.2. Dimensi Anthropometri

Dimensi anthropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu. Data ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakannya. Adapun gambar dimensi tubuh manusia dalam posisi duduk dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan tabel untuk dimensi anthropometri dalam posisi duduk dapat dilihat pada Tabel 3.2


(55)

Gambar 3.1. Dimensi Anthropometri dalam Posisi Duduk Tabel 3.2. Dimensi Anthropometri dalam posisi duduk

No. Dimensi Antropometri Simbol

1 Tinggi duduk tegak TDT

2 Tinggi mata duduk TMD

3 Tinggi bahu duduk TBD

4 Jarak bahu ke siku BKS

5 Tinggi siku duduk TSD

6 Tinggi popliteal duduk TPD

7 Tinggi lutut duduk TLD

8 Tebal paha duduk THD

9 Jarak pantat ke popliteal PKP 10 Panjang lengan bawah duduk PLB


(56)

Gambar dimensi tubuh manusia dalam posisi berdiri dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan tabel untuk dimensi tubuh manusia dalam posisi berdiri dapat dilihat pada Tabel 3.3.


(57)

Tabel 3.3. Dimensi Anthropometri dalam Posisi Berdiri No. Dimensi Antropometri Simbol

1 Tinggi tubuh TBB

2 Tinggi siku berdiri TSB

3 Tinggi pergelangan tangan TGT

4 Tebal dada TDD

5 Jangkauan tangan JKT

6 Tinggi jangkauan tangan TJT

7 Tinggi mata berdiri TMB

8 Tinggi bahu TBH

9 Tinggi pinggang TPG

10 Tinggi selangkang TSK

11 Tinggi tulang kering LTK

12 Lebar bahu LBH

13 Lebar dada LDD

14 Lebar pinggul berdiri LPD

Sedangkan gambar untuk dimensi antropometri kaki dan tangan dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan tabel untuk dimensi anthropometri kaki dan tangan


(58)

Gambar 3.3. Dimensi Anthropometri Kaki dan Tangan

Tabel 3.4. Dimensi Anthropometri Kaki dan Tangan

No. Dimensi Antropometri Simbol

1 Tinggi mata kaki TMK

2 Panjang telapak kaki PTK

3 Lebar telapak kaki LTK

4 Lebar jantung kaki LJK

5 Lebar telapak tangan LTT

6 Panjang telapak tangan PTT

7 Tabal telapak tangan TTT


(59)

3.2.3. Pertimbangan Anthropometri dalam Desain

Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang sangat kompleks harus berpedoman pada anthropometri pemakainya. Anthropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Pengaplikasian ergonomi dalam kaitannya dengan anthropometri dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Ergonomi berhadapan dengan manusia, mesin beserta sarana pendukung lainnya dan lingkungan kerja. Tujuan ergonomi disini adalah untuk menciptakan situasi terbaik pada pekerjaan sehingga kesehatan fisik dan mental manusia dapat terus dipelihara serta efisiensi, produktivitas dan kualitas produk dapat dihasilkan dengan optimal.

2. Ergonomi berhadapan dengan karakteristik produk pabrik yang berhubungan dengan konsumen atau pemakai produk.

Dalam menentukan ukuran stasiun kerja, alat kerja dan produk pendukung lainnya, data anthropometri manusia memegang peranan penting. Dengan mengetahui ukuran anthropometri manusia akan dapat dibuat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi manusia yang akan menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan estetika kerja.


(60)

normal-cacat, dsb. Tetapi kita sering hanya mendesain stasiun kerja dengan satu ukuran untuk semua orang. Sehingga hanya orang dengan ukuran tubuh tertentu yang sesuai atau tepat untuk menggunakan.

2. Manusia mempunyai keterbatasan, baik keterbatasan fisik maupun mental. 3. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa yang ada

di sekitarnya.Dalam kehidupan sehari-hari, kita sudah terbiasa dengan kondisi seperti, warna merah berarti larangan atau berhenti, warna hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu ke bawah berarti lampu hidup, dsb. Kondisi tersebut menyebabkan harapan dan prediksi kita bahwa kondisi tersebut juga berlaku di mana saja. Maka respon yang bersifat harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap desain alat dan stasiun kerja untuk menghindari terjadinya kesalahan dan kebingungan pekerja atau pengguna produk.

3.2.4. Aplikasi Data Anthropometri Dalam Perancangan

Dengan adanya variabilitas dimensi tubuh manusia, maka terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data anthropometri agar produk yang dirancang dapat mengakomodasi ukuran tubuh dari populasi yang akan menggunakan produk tersebut, yaitu:

1. Perancangan berdasar individu ekstrim

Prinsip ini digunakan apabila diharapkan fasilitas yang dirancang dapat dipakai dengan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya. Perancangan ini dapat dibagi dua yaitu yang pertama perancangan dengan data


(61)

nilai persentil tinggi (90%, 95%, atau 99%). Misalnya untuk merancang tinggi pintu dipakai tinngi manusia dengan persentil 99% ditambah dengan kelonggaran. Yang kedua, perancangan fasilitas dengan data persentil kecil atau rendah (10%, 5%, atau 1%). Misalnya untuk menentukan tinggi tombol lampu digunakan persentil 5 yang berarti 5% dari populasi tidak dapat menjangkaunya.

2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan (adjustable)

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar dapat dipakai dengan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya. Dalam prinsip ini biasanya dipakai data anthropometri dengan rentang persentil 5% sampai 95%. Contoh penerapan prinsip ini adalah perancangan kursi kemudi mobil yang bisa dimajumundurkan dan diatur kemiringan sandarannya.

3. Perancangan fasilitas berdasar harga rata-rata pemakainya

Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan berdasar harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan tidak layak jika kita menggunakan prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

3.2.5. Pengolahan Data Anthropometri


(62)

1. Uji Keseragaman Data

Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu populasi yang sama. Uji keseragaman data dilakukan melalui tahap-tahap perhitungan yaitu:

a. Membagi data ke dalam suatu sub grup (kelas)

Penentuan jumlah sub grup dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: k = 1 + 3,3 log N

dimana : k = jumlah subgrup N = jumlah data.

b. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan :

Dimana k = jumlah subgrup yang terbentuk i

X = harga rata-rata dari subgrup ke-i c. Menghitung standar deviasi (SD), dengan:

Untuk sampel : Untuk populasi :

1 ) ( 2 − − =

n X Xi σ N X X

s =

i

2

) (

dimana:

N = jumlah data amatan pendahuluan yang telah dilakukan Xi = data amatan yang didapat dari hasil pengukuran ke-i


(63)

d. Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup dengan rumus:

Dimana n =ukuran rata-rata satu sub grup

e. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan rumus:

σ 2 + = X BKA

BKB= X −2σ 2. Uji Kecukupan Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data anthropometri yang telah diperoleh dari pengukuran sudah mencukupi atau belum. Uji ini dipengaruhi oleh:

a. Tingkat Ketelitian (dalam persen), yaitu penyimpangan maksimum dari hasil pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.

b. Tingkat Keyakinan (dalam persen), yaitu besarnya keyakinan/besarnya probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat ketelitian yang telah ditentukan.


(64)

Keterangan:

N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan N = jumlah pengukuran yang sudah dilakukan Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data. Nilai K untuk tingkat kepercayaan tertentu ditunjukkan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Tingkat Kepercayaan Tingkat Kepercayaaan Nilai K

≤ 68 % 1

68 % < (1-α) ≤ 95 % 2 95 % < (1-α) ≤ 99 % 3

Nilai S untuk tingkat ketelitian tertentu ditunjukkan pada Tabel 3.6.5

Tabel 3.6. Tingkat Ketelitian Tingkat Kepercayaaan Nilai S

5 % 0.05

10 % 0.1

3. Uji Kenormalan Data

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh telah memenuhi distribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal. Alat uji yang digunakan disebut dengan uji Kolmogorov-Smirnov (uji K-S). Dalam

5


(65)

uji kolmogorov–smirnov yang diperbandingkan adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi kumulatif yang diharapkan. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah :

1. Data dari hasil pengamatan disusun mulai dari nilai pengamatan terkecil sampai nilai pengamatan terbesar.

2. Nilai-nilai pengamatan tersebut kemudian disusun membentuk distribusi frekuensi kumulatif relatif, dan notasikan dengan Fa(X).

3. Hitung nilai Z dengan rumus

σ

X X

Z = i

Keterangan : Xi = data ke-i

X= nilai rata-rata σ = standard deviasi

4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan kurve normal) dan notasikan dengan Fe(X)

5. Ambil selisih antara Fa(X) dengan Fe(X)

6. Ambil angka selisih maksimum dan notasikan dengan D. )

( )

(X Fe X Fa

Max

D= −


(66)

Penggunaan statistik non parametric dianjurkan pada keadaan6 :

1. Jenis data yang akan dianalisis adalah nominal atau ordinal, seperti data

Gender dengan kode 1 untuk Pria dan kode 2 untuk Wanita atau sikap seseorang seperti kode 1 untuk Sikap Suka dan kode 2 untuk Sikap Cukup Suka dan sebagainya.

2. Jenis data adalah Interval dan Rasio, namun distribusi datanya tidak mengikuti distribusi normal. Jadi data (variable) penghasilan perbulan adalah data rasio, namun karena distribusi datanya tidak normal, dalam arti data mempunyai kemencengan ke kiri atau ke kanan, maka data penghasilan per bulan tersebut harus diberi perlakuan statistik non parametric.

Adapun contoh data yang berdistribusi normal dapat ditunjukkan pada Gambar 3.47.

Gambar 3.4. Data Berdistribusi Normal

6

Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

7


(67)

3.2.6. Persentil

Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari kelompok orang yang dimensinya lebih tinggi, sama dengan, atau lebih rendah dari nilai tersebut (Nurmianto, 2004). Data anthropometri diperlukan agar rancangan suatu produk dapat sesuai dengan orang yang akan memakainya. Akan timbul masalah ketika lebih banyak produk yang harus dibuat untuk digunakan oleh banyak orang. Masalah yang timbul adalah menentukan ukuran yang dipakai sebagai acuan untuk mewakili populasi mengingat ukuran individual bervariasi. Permasalahan adanya variasi ukuran dapat diatasi dengan merancang suatu produk yang mempunyai fleksibilitas dan sifat adjustable dengan rentang ukuran tertentu. Solusinya adalah penetapan persentil berdasarkan tabel probabilitas distribusi normal. Persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentase tertentu dari orang yang mempunyai ukuran pada nilai tersebut. Sebagai contoh persentil ke-95 menunjukkan 95% populasi berada pada ukuran tersebut. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum digunakan dalam perhitungan data anthropometri dapat dilihat pada Tabel 3.7.


(68)

Tabel 3.7. Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal Persentil Perhitungan

1 X- 2,325σ

2,5 X- 1,96σ

5 X- 1,645σ

10 X- 1,28σ

50 X

90 X+ 1,28σ

95 X+ 1,645σ

97,5 X+ 1,96σ

99 X+ 2,325σ

Perhitungan di atas berdasar pada distribusi normal. Di dalam statistik distribusi tersebut dibentuk berdasar harga rata-rata dan standar deviasi dari data yang diolah.

3.3. Keluhan Muskuloskeletal8

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot-otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

8

Tarwaka.dkk. Ergonomi Untuk keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press. Surakarta. 2004.


(69)

musculoskeletal (Tarwaka, 2004). Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera menghilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih berlanjut.

3.3.1. Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal.

Keluhan musculoskeletal dapat terjadi oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah (Tarwaka, 2004) :

1. Peregangan otot yang berlebihan.

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat.

2. Aktivitas berulang


(70)

3. Sikap kerja tidak alamiah.

Posisi bagian tubuh yang bergerak menjahui posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada otot skeletal. 4. Faktor penyebab skunder.

Faktor-faktor skunder yang juga berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal adalah : tekanan, getaran, mikroklimat.

5. Penyebab kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas mengangkat beban dibawah tekanan panas matahari.

3.3.2. Standard Nordic Body Map Questionnaire

Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah melalui Standard Nordic Body Map Questionnaire. Melalui kuesioner ini dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit (TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan menganalisis


(71)

peta tubuh seperti pada Gambar 3.6. maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja

Kelelahan maupun ketidaknyamanan akibat pekerjaan yang berulang-ulang sering terjadi di tempat kerja. Hal –hal yang menyebabkan terjadinya resiko tersebut adalah:

1. Static Positions (posisi yang tetap) 2. Body Movements (pergerakan tubuh)

3. Handling – Lifting (pengangkatan dan penanganan benda)

4. Pushing/Pulling and Carrying Loads (pekerjaan menarik, mendorong, dan mengangkat beban)

5. Use of a Localised force (penggunaan gaya setempat) 6. Repeated Efforts (usaha yang berulang – ulang)

7. Energy Expenditure (pengeluaran energi yang berlebihan)

Untuk mengatasi mesalah tersebut ada beberapa langkah yang dapat diterapkan dalam upaya penilaian dan pengendalian teerhadap resiko kelelahan otot serta ketidaknyamanan pada proses kerja.

1. Identifikasi resiko 2. Penilaian resiko 3. Evaluasi resiko


(72)

Adapun Gambar dari Nordic Body Map dapat dilihat pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Nordic Body Map

Keterangan Gambar:

1. Sakit/kaku di leher bagian bawah 2. Sakit di bahu kiri

3. Sakit di bahu kanan 4.Sakit pada lengan atas kiri 5. Sakit di punggung

6. Sakit pada lengan atas kanan 7. Sakit pada pinggang

8. Sakit pada bokong 9.Sakit pada pantat 10. Sakit pada siku kiri


(73)

11. Sakit pada siku kanan

12. Sakit pada lengan bawah kiri 13. Sakit pada lengan bawah kanan 14. Sakit pada pergelangan tangan kiri 15.Sakit pada pergelangan tangan kanan 16. Sakit pada jari-jari tangan kiri 17. Sakit pada jari-jari tangan kanan 18. Sakit pada paha kiri

19. Sakit pada paha kanan 20. Sakit pada lutut kiri 21. Sakit pada lutut kanan 22. Sakit pada betis kiri 23. Sakit pada betis kanan

24. Sakit pada pergelangan kaki kiri 25. Sakit pada pergelangan kaki kanan 26. Sakit pada jari kaki kiri


(74)

3.4. Metode Perancangan9

Metode perancangan adalah setiap prosedur, teknik, bantuan, dan peralatan yang dipakai untuk perancangan. Hal-hal tersebut mewakili sejumlah aktivitas tertentu yang mungkin digunakan oleh perancang dan dikombinasikan dalam suatu proses perancangan keseluruhan. Tujuan utama dari metode perancangan adalah untuk menghadirkan prosedur-prosedur yang masuk akal ke dalam proses perancangan. Salah satu ciri dari aktivitas perancangan adalah bahwa selalu dimulai dari akhir dan berakhir di awal. Artinya, fokus dari semua aktivitas perancangan adalah titik akhir (deskripsi produk).

3.4.1. Model Perancangan Produk

Model perancangan produk dapat dibedakan menjadi dua model, yaitu model deskritif dan model preskriptif. Penjelasan singkat tentang model tersebut dipaparkan di bawah ini.

1. Model deskriptif. Model ini menekankan pada pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini dalam proses perancangan. Model ini fokus pada solusi, heuristic (pengalaman sebelumnya), bersifat umum, rule of thumb. 2. Model preskriptif. Model ini menekankan pada kebutuhan untuk melakukan

aktivitas yang lebih analitik sebelum aktivitas pembangkitan alternatif-alternatif konsep solusi. Model ini bersifat algoritmik, prosedur sistematik.

9


(75)

3.4.2. Metode Perancangan Produk

Metode perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar, yaitu metode kreatif dan metode rasional (Cross, 1994).

3.4.2.1. Metode Kreatif

Metode kreatif adalah metode perancangan yang bertujuan untuk membantu merangsang pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi gagasan, menyisihkan hambatan mental terhadap kreativitas, atau dengan cara memperluas area pencarian solusi. Ada beberapa metode perancangan yang ditujukan untuk merangsang cara berpikir kreatif. Cara-cara yang terdapat dalam metode ini antara lain:

1. Brainstorming

Brainstorming adalah merode kreatif yang paling banyak dipakai. Ini adalah suatu metode untuk menghasilkan ide dalam jumlah banyak, yang sebagian besar kemudian akan dibuang, tapi beberapa ide yang menarik akan ditindak lanjuti. Brainstorming biasanya dilakukan dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 8 orang yang beraneka ragam, tidak hanya para ahli tapi juga mereka yang mengenal masalahnya. Tiap-tiap anggota memberikan idenya, kemudian ketua kelompok mengumpulkan semua ide untuk dievaluasi.


(76)

metode perancangan kreatif disebut sebagai Synetics. Seperti Brainstorming,

Synetics adalah suatu kelompok aktivitas dimana sikap kritis sangat berperan, dan anggota kelompok berusaha untuk membangun, mengkombinasikan dan mengembangkan ide- ide penyelesaian kreatif dalam menyelesaikan masalah.

Synetics berbeda dengan brainstorming, dimana kelompok mencoba untuk bekerja bersama untuk memperoleh solusi permasalahan, daripada membangkitkan banyak ide.

3. Perluasan Daerah Penelitian

Bentuk penghalang berpikir kreatif yang paling umum adalah mengasumsikan batasan yang lebih sempit dimana solusi dilihat. Teknik-teknik kreatif adalah bantuan untuk memperluas daerah penelitian. Beberapa teknik kreatif untuk memperluas area penelitian adalah transformation, random input, Why? dan

counter planning. 4. Proses Kreatif

Metode-metode di atas dipakai untuk membangkitkan ide-ide kreatif. Selain kreatif, ide orisinil dapat muncul secara spontan tanpa penggunaan bantuan untuk berpikir kreatif. Proses kreatif adalah munculnya suatu ide orisinal secara tiba-tiba.


(77)

3.4.2.2. Metode Rasional

Metode rasional menganjurkan suatu pendekatan sistematis dalam perancangan. Tetapi metode rasional sering memiliki tujuan yang hampir sama dengan metode kreatif, seperti memperluas daerah pencarian untuk mendapat solusi potensial, atau memfasilitasi kelompok kerja dan kelompok pengambil keputusan. Jadi tidak sepenuhnya benar bahwa metode rasional merupakan lawan atau kebalikan dari metode kreatif. Beberapa perancang mencurigai metode rasional, mereka khawatir jika metode ini dapat mengekang kreativitas. Hal ini merupakan kesalahpahaman dari maksud perancangan sistematis, yang berarti untuk meningkatkan keputusan kualitas rancangan dan kualitas akhir dari produk.

Ada beberapa langkah dari metode perancangan rasional yang dapat dilihat pada Tabel 3.8, mencakup semua aspek dari proses perancangan dari klarifikasi permasalahan hingga rincian perancangan.

Tabel 3.8. Langkah Perancangan Produk dengan Metode Rasional

No

Langkah Perancangan

Metode yang Sesuai

Tujuan dari Metode

1 Karifikasi Tujuan Pohon Tujuan

Mengklarifikasi tujuan dan sub tujuan perancangan, serta hubungan satu sama lain 2 Penetapan Fungsi


(78)

Tabel 3.8. Langkah Perancangan Produk dengan Metode Rasional (Lanjutan) No Langkah Perancangan Metode yang Sesuai

Tujuan dari Metode

4

Penentuan Karakteristik

QFD

Menetapkan target apa yang akan dicapai oleh karakteristik teknis produk sehingga dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan konsumen 5

Pembangkitan Alternatif

Morphological Chart

Membangkitkan solusi-solusi rancangan alternatif 6 Evaluasi Alternatif Weighted Objectives

Membandingkan nilai-nilai utilitas dari berbagai usulan alternatif berdasarkan kinerjanya terhadap tujuan yang terbobot

7

Pengembangan Rancangan

Value Engineering

Meningkatkan atau mempertahankan nilai produk bagi para pembeli sementara mengurangi biaya bagi pembuat (produsen)

Perancangan produk menurut Nigel Cross terbagi atas tujuh langkah yang masing-masing disertai dengan metodenya yaitu seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Klarifikasi Tujuan

Tahap ini bertujuan untuk mengklarifikasi tujuan dan sub tujuan perancangan serta hubungannya satu sama lain. Akhir dari klarifikasi tujuan ini adalah sekumpulan tujuan perancangan objek yang harus dibuat walaupun


(79)

tujuan-tujuan yang dibuat itu mungkin saja berubah dalam proses perancangan selanjutnya.

Metode yang relevan: Pohon Tujuan (Objective Tree)

Metode ini memberikan bentuk dan penjelasan dari pernyataan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dengan pertimbangan.

Prosedur :

1. Mempersiapkan daftar tujuan rancangan.

2. Menyusun daftar tujuan dan sub tujuan dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah.

3. Membuat diagram pohon tujuan.

2. Penetapan Fungsi

Tahap ini bertujuan untuk menetapkan fungsi-fungsi yang diperlukan dan batas-batas sistem dari rancangan produk baru. Titik pangkal untuk metode ini adalah memusatkan pada apa yang didapat dari desain baru.

Metode yang relevan: Analisis Fungsional Prosedur:

1. Menyusun fungsi sistem secara keseluruhan dalam bentuk transformasi


(80)

5. Mencari komponen yang sesuai untuk menghasilkan sub–sub fungsi dan interaksi diantara sub–sub fungsi tersebut.

3. Menyusun Kebutuhan

Pada tahap ini ditujukan untuk menetapkan spesifikasi kinerja yang akurat dari solusi rancangan yang diperlukan.

Metode yang relevan : Performance Specification Method

Prosedur:

1. Mempertinggi berbagai level yang sifatnya umum dari solusi yang diusulkan. 2. Menentukan level yang sifatnya umum yang mana akan digunakan dalam

operasi level of generality.

3. Mengidentifikasi atribut pembuatan yang perlu persiapan 5W, yaitu : a. What (apa)

Produk apa yang akan dirancang? b. Who (siapa)

Kepada siapa produk ini akan dipasarkan? c. Why (mengapa)

Mengapa produk ini dibuat? d. Where (dimana)

Dimana produk ini digunakan? e. When (kapan)


(81)

4. Menguraikan syarat-syarat pembuatan secara ringkas dan jelas untuk setiap atribut.

4. Penentuan Karakteristik

Tahap ini bertujuan untuk menetapkan target yang akan dicapai oleh karakteristik teknis produk sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.

Metode yang relevan: Quality FunctionalDeployment (QFD) Prosedur :

1) Mengidentifikasi kebutuhan konsumen dalam batas pada atribut produk kebutuhan konsumen.

2) Menentukan kepentingan relatif dari atribut. 3) Mengevaluasi atribut dari produksi pesaing.

4) Menggambarkan matriks dari produk atribut dengan karakteristik teknis. 5) Mengidentifikasikan hubungan antara karakteristik dan produk atribut. 6) Mengidentifikasi interaksi antara karakteristik teknis.

7) House of Quality.

Keuntungan yang didapat dari penggunaan QFD antara lain adalah: a. Memperbaiki kualitas


(82)

g. Menurunkan jaminan klaim

h. Menaikkan kesempatan dan peluang pemasaran

Kekuatan QFD terletak pada keterlibatan sebuah tim, masing-masing dengan pengetahuan dan pengalaman individual. Mereka menetapkan konsensus opini pada bagaimana kebutuhan end-user. Proses penyusunan QFD memerlukan disiplin pemikiran dan diskusi. Proses ini berguna jika digunakan untuk menghadapi banyak situasi kompleks seperti yang pernah terjadi pada masalah karat badan mobil Toyota pada tahun 1960 dan 1970.

Penggunaan QFD sebaiknya tidak dibatasi oleh pemecahan

masalah saja. Fungsi utama QFD adalah mengungkapkan kepuasan konsumen melalui perbaikan kualitas. Basic feature sangat diharapkan bahkan seringkali harus dimasukkan begitu saja tanpa banyak pertimbangan (taken for granted).

5. Pembangkitan Alternatif

Pada tahap ini dimaksudkan untuk membangkitkan solusi-solusi rancangan alternatif (memperluas pencarian terhadap solusi baru yang potensial).

Metode yang relevan: Morphological Chart

Metode ini menggunakan peristiwa ataupun fenomena yang mendorong para perancang untuk mencari kombinasi susunan elemen, komponen, atau sub-sub solusi secara sempurna untuk menghasilkan suatu solusi.

Prosedur:


(83)

2. Untuk tiap hal atau fungsi, buat daftar cara-cara yang dapat dicapai olehnya. 3. Gambarkan peta yang berisi semua sub-sub solusi yang mungkin.

4. Identifikasi kombinasinya yang mungkin.

6. Evaluasi Alternatif

Bertujuan untuk membandingkan nilai-nilai dari utilitas berbagai usulan alternatif berdasar kinerjanya terhadap tujuan-tujuan yang telah terbobot. Ketika perancangan alternatif telah diciptakan, perancang dihadapkan pada masalah pemilihan yang terbaik. Dalam kenyataan, pengevaluasian secara alternatif hanya dapat dilakukan dengan pertimbangan tujuan.

Metode yang relevan: Weighted Objective

Prosedur:

1. Daftarkan tujuan perancangan. 2. Golongkan urutan daftar tujuan.

3. Berikan hubungan kepentingan pada tujuan.

4. Menetapkan parameter pelaksanaan atau nilai kegunaan untuk masing-masing tujuan.


(84)

Metode yang relevan: Value Engineering

Banyak pekerjaan perancangan dalam praktek tidak dikaitkan dengan kreasi atas konsep desain baru yang radikal, tapi pembuatan modifikasi yang berusaha mengembangkan suatu produk, meningkatkan penampilannya, mengurangi biaya dan meningkatkan daya tariknya.

Nilai suatu produk bagi pembeli adalah apa yang mereka pikirkan tentang harga produk tersebut. Biaya produk bagi produsen adalah semua yang membiayai perancangan, manufaktur dan pengiriman ke bagian penjualan. Harga jual suatu produk secara normal berada diantara biaya produsen dan nilainya untuk pembeli.

Oleh karena itu merancang merupakan penambahan nilai. Berapa banyak yang ditambahkan bergantung pada seberapa berharganya suatu produk bagi pembeli dan persepsi itu ditentukan oleh atribut produk yang disediakan perancang.

Prosedur:

1) Membuat daftar komponen produk dan mengidentifikasi fungsi tiap komponen.

2) Menentukan nilai dari fungsi yang diidentifikasi. 3) Menentukan biaya komponen.

4) Mencari cara mengurangi biaya tanpa menurunkan nilai atau menambah nilai tanpa memperbesar biaya.


(85)

3.5. Fuzzy

3.5.1. Logika Fuzzy10

Logika Fuzzy yang berhadapan

segala hal dapat diekspresikan dalam (0 atau 1, hitam atau putih, ya atau tidak), logika fuzzy menggantikan kebenaran boolean dengan

Logika Fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1, tingkat ketabuan dan juga hitam dan putih, dan dalam bentuk linguistik, konsep tidak pasti seperti "sedikit", "lumayan", dan "sangat". Dia berhubungan dengan

dan Fuzzy

3.5.2. Teknologi Sistem Fuzzy11

Dalam perjalanan perkembangan suatu generasi teknologi menjadi lebih mantap dan berdaya guna tinggi, membutuhkan adanya pengembangan dasar pengetahuan dan dilakukannya berbagai macam riset atau penelitian yang bersifat eksperimental. Penelitian atau riset ini akan memberikan jawaban terhadap pertanyaan mendasar seperti : teori-teori apa saja yang masih secara praktis masih


(86)

mampu menjembatani penggabungan pengendali fuzzy dengan sistem kendali konvensional atau algoritma kendali modern seperti jaringan neural, algoritma genetik, dan lain sebagainya.

Pada generasi pertama teknologi fuzzy, terdapat beberapa kendala yang ditemui untuk mengembangkan pada industri-industri atau sistem kendali yang telah ada. Saat itu belum ada metodologi yang sistematik tentang aplikasi pengendali fuzzy, penentuan rancang bangun yang tepat, analisa permasalahan, dan bagaimana pengaruh perubahan parameter sistem terhadap kualitas untuk kerja sistem. Jadi tidak bisa diharapkan suatu rancang bangun yang universal dan strategi optimasi fuzzy dapat segera digunakan secara praktis.

Saat ini logika fuzzy telah berhasil menerobos kendala-kendala yang dulu pernah ditemui dan segera menjadi basis teknologi tinggi. Penerapan teori logika ini dianggap mampu menciptakan sebuah revolusi dalam teknologi. Sebagai contoh, mulai tahun 90-an para manufaktur industri yang bergerak di bidang

Distributed Control System (DCSs), Programmable Controllers (PLCs), dan

Microcontrollers (MCUs) telah menyatukan sistem logika fuzzy pada barang produksi mereka dan memiliki prospek ekonomi yang baik. Sebuah perusahaan mikroprosesor terkemuka, Motorolla, dalam sebuah jurnal teknologi, pernah menyatakan "… bahwa logika fuzzy pada masa-masa mendatang akan memainkan peranan penting pada sistem kendali digital". Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan yang luar biasa terjadi pada industri perangkat lunak yang menawarkan kemudahan penggunaan logika fuzzy dan penerapannya pada setiap aspek kehidupan sehari-hari.


(87)

Perusahaan Jerman Siemens yang bergerak diberbagai bidang teknik seperti otomatisasi industri, pembangkit tenaga, semikonduktor, jaringan komunikasi publik dan pribadi, otomotif dan sistem transportasi, sistem audio dan video, dan lain sebagainya, beberapa tahun belakangan ini telah membentuk kelompok riset khusus tentang fuzzy. Tujuannya untuk melakukan penelitian dan pengembangan yang sistematik tentang logika fuzzy pada setiap aspek teknologi.

Ada dua alasan utama yang mendasari pengembangan teknologi berbasis sistem fuzzy:

1. Menjadi state-of-the-art dalam sistem kendali berteknologi tinggi. Jika diamati pengalaman pada negara-negara berteknologi tinggi, khususnya di negara Jepang, pengendali fuzzy sudah sejak lama dan luas digunakan di industri-industri dan alat-alat elektronika. Daya gunanya dianggap melebihi dari pada teknik kendali yang pernah ada. Pengendali fuzzy

terkenal karena kehandalannya, mudah diperbaiki, dan yang lebih penting lagi pengendali fuzzy memberikan pengendalian yang sangat baik dibandingkan teknik lain, yang biasanya membutuhkan usaha dan dana yang lebih besar.

2. Dalam perspektif yang lebih luas, pengendali fuzzy ternyata sangat bermanfaat pada aplikasi-aplikasi sistem identifikasi dan pengendalian


(88)

ill-Beberapa proyek teknologi yang dinilai digunakan dan memiliki prospek ekonomi yang cerah seperti :

1. Dalam teknologi otomotif : sistem transmisi otomatis fuzzy dan pengendali kecepatan idlefuzzy.

2. Dalam teknologi transportasi :

Pengendali fuzzy anti-slip untuk kereta listrik, sistem pengaturan dan perencanaan perparkiran, sistem pengaturan lampu lalu lintas, dan pengendalian kecepatan kendaraan di jalan bebas hambatan.

3. Dalam peralatan sehari-hari : mesin cuci fuzzy dan vacum cleaner fuzzy

dan lain-lain.

4. Dalam aplikasi industri di antaranya : industri kimia, sistem pengolahan kertas, dan lain-lain.

5. Dalam power satations : sistem diagnosis kebocoran-H2

Masih banyak aplikasi lainnya yang sudah beredar sebagai alat kendali dan barang-barang elektronik berteknologi tinggi.

3.5.3. Konsep Dasar Fuzzy 12

Teori himpunan fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Lotfi A Zadeh pada tahun 1965. Teori himpunan fuzzy adalah merupakan perluasan dari teori logika Boolean yang menyatakan tingkat angka 1 atau 0 atau pernyataan benar atau salah, sedang pada teori logika fuzzy terdapat tingkat nilai antara 1 dan 0 sebagai tingkat pernyataan kebenaran atau kesalahan.

12


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

3 100 53

Penerapan Metode Kano, Quality Function Deployment Dan Value Engineering Untuk Peningkatan Mutu Produk Sarung Tangan Karet

11 73 101

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Perancangan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Quality Function Deployment (QFD) pada Industri Keripik Ubi

6 104 284

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227