Pengertian hukum perlindungan konsumen

89 4. dilepaskannya benda gadai secara sukarela; 5. percampuran penerima gadai menjadi pemilik benda gadai. Perjanjian gadai pada dasarnya sama dengan perjanjian pada umumnya yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih, hanya saja perbedaannya disini terdapat pada adanya barang jaminan dalam perjanjian gadai, yang digunakan sebagai jaminan bahwa debitur akan melunasi hutangnya kepada kreditur. Secara umum perjanjian gadai dapat diartikan sebagai perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang yang dijamin pelunasannya dengan kebendaan bergerak, baik kebendaan bergerak yang berwujud maupun kebendaan bergerak yang tidak berwujud. Dalam rangka mengamankan piutang kreditor, maka secara khusus oleh debitur kepada kreditur diserahkan suatu kebendaan bergerak sebagai jaminan pelunasan utang debitur, yang menimbulkan hak bagi kreditur untuk menahan kebendaan bergerak yang digadaikan tersebut sampai dengan pelunasan utang debitur.

B. Perlindungan Hukum Debitur Gadai Dalam Sistem Hukum Perlindungan Konsumen

1. Pengertian hukum perlindungan konsumen

Perlindungan konsumen merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya memenuhi kebutuhannya, dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 90 Pasal 1 butir 1 UU Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa pengertian perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen merupakan masalah kepentingan manusia, oleh karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan hubungan berbagai dimensi yang satu dengan yang lainnya sehingga mempunyai ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan pemerintah. Pengaturan perlindungan konsumen dilakukan dengan: a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum; b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha; c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa. d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang menipu dan menyesatkan. e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang-bidang perlindungan pada bidang- bidang lain. 113 Menurut Az. Nasution bahwa pengertian hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan atau jasa konsumen. 114 Lebih lanjut Shidarta mengemukakan bahwa pengertian hukum perlindungan kosumen merupakan bagian dari hukum yang lebih luas. 115 113 Syawali Husni, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, hal. 5 114 Janus Sidabalok, 2000, Pengantar Hukum Ekonomi, Bina Media, Medan, hal. 17 115 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, PT. Grasindo, Jakarta hal. 8 Universitas Sumatera Utara 91 Pasal 3 UU Perlindungan Konsumen menyebutkan bahwa tujuan perlindungan konsumen adalah : a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan atau jasa; c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen; d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; f. Meningkatkan kualitas barang dan atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, keselamatan konsumen. 116

2. Debitur gadai dalam sistem hukum perlindungan konsumen