134
kepada nasabah akan pelaksanaan lelang. Meskipun demikian baru berlaku apabila suatu situasi terjadi diluar perkiraan nasabah.
Rendahnya posisi nasabah dalam hubungan hukum dengan kreditur bukan karena suatu kondisi alami, tetapi terbentuk dari adanya keunggulan ekonomi dan
psikologis yang sudah ada sejak dari pra perjanjian. Meski demikian secara normatif dapat dinyatakan bahwa pihak kreditur cukup bertanggung jawab dalam pelaksanaan
lelang barang jaminan nasabah karena sudah dilaksanakan sesuai prosedur. Adapun bagi nasabah yang merasa dirugikan karena alamat tidak jelas atau sudah pindah dan
sulit dihubungi sehingga terdesak untuk segera melelang barang gadai milik nasabah tersebut.
2. Force Majeure
Pemberian ganti rugi dari suatu perusahaan kepada pelanggan yang disebabkan alasan tertentu adalah praktek biasa di dunia bisnis. Perum Pegadaian
tidak mengingkari lazimnya pemberian ganti rugi dalam praktek berbisnis. Ganti kerugian diberikan kepada nasabah bilamana terjadi kerusakan agunan yang
disebabkan kelalaian Perum Pegadaian atau terjadi kehilangan agunan milik nasabah yang disebabkan kasus pencurian, perampokan. Namun Perum Pegadaian tidak
memberikan ganti kerugian dalam kasus force majeure. Uang ganti rugi sebasar 125 taksiran hanya boleh dibayarkan sesudah UP+uang bunga yang harus dibayar
telah diterima dari peminjam.
Universitas Sumatera Utara
135
Dalam Pedoman Operasional Kantor Cabang POKC sebagai pengganti Buku Tata Pekerjaan BTP tidak ditemukan lagi ketentuan yang mengatur pemberian
ganti kerugian. POKC menganggap hal ini cukup diatur dalam SBK saja, padahal ini aturan penting yang menyangkut ketegasan pemberian ganti kerugian terhadap harta
nasabah yang diagunkan di Perum Pegadaian. Perbedaan pendapat antara nasabah dan Perum Pegadaian dalam pemberian ganti kerugian dapat memicu tuntutan nasabah ke
Pengadilan.
158
Pengadilan berhak memutuskan apakah pemberian ganti kerugian versi Perum Pegadaian telah patut, wajar dan adil. Ketentuan ganti rugi sebesar 125 yang selama
ini diterapkan dan tercantum dalam syarat perjanjian di belakang SBK adalah ketentuan sepihak dari Perum Pegadaian. Meskipun nasabah telah menandatangani
SBK sebagai tanda persetujuan namun jika dalam hal ganti rugi atas agunan yang rusak atau hilang nasabah merasa ganti rugi yang diberikan terlalu rendah karena
tidak sesuai dengan harga pasar yang berlaku maka nasabah berhak mengajukan keberatan bahkan membawa masalahnya ke Pengadilan.
Hal ini sejalan dengan ketentuan UU Perlindungan Konsumen. Hak nasabah tersebut diakomodasi dalam syarat perjanjian kredit di belakang SBK butir 10 yang
berbunyi : “Apabila terjadi permasalahan dikemudian hari akan diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat. Jika ternyata perselisihan itu tidak dapat diselesaikan
158
Hasil wawancara dengan Ibu Gelorina Ginting, selaku Pimpinan Cabang Perum Pegadaian Kota Binjai, pada haritanggal Selasa, 31 Mei 2011, pukul : 09.00 Wib di Kantor Perum Pegadaian
Kota Binjai
Universitas Sumatera Utara
136
secara musyawarah untuk mufakat, maka akan diselesaikan melalui Pengadilan Negeri setempat”.
3. Kesalahan para pihak dalam perjanjian gadai