59
dan psikologis, namun nasabah juga telah mendapatkan pertolongan dari Perum Pegadaian berupa uang kredit yang merupakan motivasi terbesar nasabah
membentuk hubungan hukum dengan Perum Pegadaian. Kebutuhan
yang mendesak
menyebabkan nasabah
terpaksa harus
menandatangani surat bukti kredit yang disodorkan pihak Perum Pegadaian untuk mendapatkan pinjaman dengan mudah dan cepat. Secara yuridis-normatif hubungan
hukum yang terbentuk jika diukur secara normatif merupakan perjanjian yang menyimpang, tetapi dari realitas masyarakat, aspek normatif dikesampingkan oleh
aspek empirik kebutuhan akan dana. Pinjaman uang merupakan tujuan utama, sehingga hubungan tersebut masih
tetap berlangsung meskipun memuat unsur keterpaksaan. Dari hasil temuan hukum tersebut sudah dapat dinyatakan bahwa isi perjanjian Perum Pegadaian Kota Binjai
dengan nasabah jika dilihat dari syarat perjanjian tidak sesuai dengan prinsip kesepakatan yang murni sebagaimana yang dikehendaki oleh substansi norma hukum
dan kajian teoritik yang seharusnya dianut dalam suatu perjanjian.
2. Asas Kebebasan Berkontrak
Dalam hukum perjanjian prinsip atau asas-asas perjanjian menjadi sangat penting untuk menemukan adanya perlindungan hukum bagi nasabah. Prinsip
dimaksud adalah asas konsensualisme, asas persamaan hukum, asas keseimbangan dan asas kepatutan.
Universitas Sumatera Utara
60
a. Asas Konsensualitas Dengan asas ini maka suatu perjanjian pada dasarnya sudah ada sejak tercapainya
kata sepakat diantara para pihak dalam perjanjian tersebut. Asas Konsensualisme yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengandung arti kemauan para
pihak untuk saling mengikatkan diri dan kemauan ini membangkitkan kepercayaan bahwa perjanjian itu akan di penuhi.
Eggens dalam Ibrahim
87
menyatakan, asas konsensualitas merupakan suatu puncak peningkatan manusia yang tersirat dalam pepatah : “een man een man,
een word een word” . Selanjutnya dikatakan olehnya bahwa ungkapan “orang
harus dapat di pegang ucapanya” , merupakan tuntutan kesusilaan, akan tetapi
Pasal 1320 KUH Perdata menjadi landasan hukum untuk penegakanya. Tidak terpenuhinya syarat konsensualisme dalam perjanjian menyebabkan perjanjian
dapat di batalkan, karena tidak memenuhi syarat subyektif. b. Asas Kekuatan Mengikatnya Perjanjian
Yaitu bahwa para pihak harus memenuhi apa yang telah dijanjikan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa perjanjian
yang dibuat secara sah sebagai Undang-undang bagi yang membuatnya. c. Asas Itikad Baik dan Kepatutan
Asas ini menegaskan bahwa para pihak dalam membuat perjanjian harus di dasarkan pada itikad baik dan kepatutan, yang mengandung pengertian
87
Johanes Ibrahim, 2003, Pengimpasan Pinjaman Kompensasi Dan Asas Kebebasan Bekontrak Dalam Perjanjian Kredit Bank
, Penerbit CV. Utomo, hal. 38
Universitas Sumatera Utara
61
pembuatan perjanjian antara para pihak harus di dasarkan pada kejujuran untuk mencapai tujuan bersama. Pelaksanaan perjanjian juga harus mengacu pada apa
yang patut dan seharusnya di ikuti dalam pergaulan masyarakat. Asas itikad baik dan kepatutan berasal dari hukum Romawi, yang kemudian di anut oleh Civil
Law , bahkan dalam perkembanganya juga dianut oleh beberapa negara yang
berfaham Common Law. Pengertian Itikad Baik dan Kepatutan berkembang sejalan dengan perkembangan
hukum kontrak Romawi, yang semula hanya memberikan ruang bagi kontrak- kontrak yang telah di atur dalam Undang-undang iudicia stricti iuris yang
bersumber pada civil law. Diterimanya kontrak-kontrak yang didasarkan pada
bonae fides yang mengharuskan diterapkanya asas itikad baik dan kepatutan
dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian.
88
Masalah yang muncul, hingga saat ini belum satu kata untuk memberikan dasar yang tepat sebagai patokan
apakah perjanjian telah dilaksanakan atas dasar itikad baik dan kepatutan atau belum. Prakteknya di serahkan kepada Hakim untuk menilai hal tersebut. Hal ini
juga terjadi di negara-negara Anglo Saxon, hakim-hakim di negara-negara anglo saxon
belum mempunyai standar yang telah disepakati untuk mengukur asas tersebut. Biasanya frase itikad baik dan kepatutan selalu dikaitkan dengan makna
fairness, reasonable standar of dealing, a common ethical sense
89
88
Ridwan Khairandi, 2003, “Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak”, Universitas Indonesia, hal. 131
89
Ibid ., hal. 130
Universitas Sumatera Utara
62
Selain asas perjanjian di atas asas kebebasan dalam berkontrak partij otonomi
merupakan salah satu asas dalam hukum perjanjian yang sangat penting. Secara teoritik konsepsional asas tersebut menjadi “het bestaanwaarde” eksistensinya
suatu perjanjian. Asas ini memuat substansi bahwa dalam suatu perjanjian harus terdapat “kemauan” para pihak untuk saling berpartisipasi, saling mengikatkan diri
yang mengakibatkan pada tumbuhnya kepercayaan para pihak. Selain itu, dalam sejarah hukum perjanjian, asas kebebasan berkontrak terkait
dengan berlakunya perjanjian sebagai undang-undang sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata. Dari beberapa asas tersebut merupakan asas pokok dalam
terbentuknya norma hukum perjanjian yang mengikat para pihak. Pengetahuan akan asas atau prinsip perjanjian sangat penting, oleh karena keterpaksaan nasabah
menandatangani isi perjanjian dapat terkait dengan pengetahuannya terhadap prinsip perjanjian. Diartikan semakin banyak pengetahuan terhadap prinsip perikatan akan
semakin tinggi ketidak setujuannya terhadap semua isi perjanjian. Contra proferentem
merupakan aturan penafsiran kontrak yang memberikan bahwa istilah yang ambigu akan ditafsirkan melawan pihak yang dikenakan
dimasukkan dalam kontrak - atau, lebih akurat, melawan kepentingan pihak yang dikenakan
itu, karena
itu akan
mendukung partai
yang tidak
bersikeras dimasukkannya. Aturan ini berlaku hanya jika, dan sejauh itu, klausul itu dimasukkan
atas desakan sepihak dari satu pihak tanpa harus menjadi subjek negosiasi oleh pihak kontra. Selain itu, aturan hanya berlaku jika pengadilan menentukan istilah yang
ambigu, yang sering membentuk substansi sengketa kontrak. Ini diterjemahkan dari
Universitas Sumatera Utara
63
bahasa Latin secara harfiah berarti melawan kontra yang menelorkan yang proferens
.
90
Alasan di balik aturan ini adalah untuk mendorong penyusun kontrak untuk menjadi seperti yang jelas dan eksplisit mungkin dan memperhitungkan sebagai
situasi yang akan datang sebanyak itu bisa. Selain itu, aturan mencerminkan ketidaksukaan melekat pengadilan standar-bentuk mengambil-atau-tinggalkan-itu
juga dikenal sebagai kontrak-kontrak adhesi misalnya, kontrak asuransi standar formulir untuk konsumen individu, sewa perumahan, dll. Pengadilan memandang
kontrak tersebut menjadi produk dari tawar-menawar antara para pihak dalam posisi yang tidak adil atau merata. Untuk mengurangi ini ketidakadilan yang dirasakan,
sistem hukum menerapkan doktrin contra proferentem, memberikan manfaat dari keraguan dalam mendukung pihak kepada siapa kontrak itu disisipkan. Beberapa
pengadilan ketika mencari hasil tertentu akan menggunakan contra proferentem untuk mengambil pendekatan yang ketat terhadap perusahaan asuransi dan pihak-
pihak kontraktor yang kuat dan pergi sejauh untuk menginterpretasikan persyaratan kontrak yang menguntungkan pihak lain, bahkan di mana makna sebuah istilah akan
muncul jelas dan tidak ambigu pada wajahnya, meskipun aplikasi ini disfavored.
91
Contra proferentem juga menempatkan biaya kerugian pada pihak yang
berada di posisi terbaik untuk menghindari membahayakan. Ini umumnya orang yang
90
www. Contra proferentem.co.id, The principle has also been codified in international instruments such as the
UNIDROIT Principles and the
Principles of European Contract Law . Diakses
pada pukul 20.00 Wib, tanggal 16 Agustus 2011
91
Ibid
Universitas Sumatera Utara
64
merancang kontrak. Sebuah contoh dari ini adalah kontrak asuransi yang disebutkan di atas, yang merupakan contoh yang baik dari kontrak adhesi. Di sana, perusahaan
asuransi adalah pihak sepenuhnya dalam kontrol dari ketentuan kontrak dan umumnya dalam posisi yang lebih baik, misalnya, menghindari perampasan kontrak.
Ini adalah prinsip lama: lihat, misalnya, California Sipil Kode. 1654 Dalam kasus ketidakpastian, bahasa kontrak harus ditafsirkan paling kuat terhadap pihak yang
menyebabkan ketidakpastian ada, yang disahkan pada tahun 1872 negara-negara lain.
92
Secara teoritik prinsip kebebasan berkontrak dapat menjadi sumber kekuatan sah atau tidaknya suatu perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi yang
membuatnya. Persoalan pokoknya adalah apakah nasabah Perum Pegadaian Kota Binjai mengetahui prinsip yang seharusnya ada dalam suatu perjanjian. Prinsip yang
dimaksud adalah nasabah mengetahui bahwa dalam suatu perjanjian ada kebebasan menentukan isi perjanjian. Untuk mengetahui hal tersebut dapat diketahui dari
tanggapan responden terhadap prinsip perjanjian.
93
Secara empirik menunjukkan bahwa para nasabah mengetahui prinsip-prinsip perjanjian, hal ini disebabkan karena
sebelum dilakukan proses pinjam meminjam kepada nasabah akan diterangkan mengenai hal peminjaman uang.
92
Ibid.
93
Hasil wawancara dengan Ibu Gelorina Ginting selaku Pimpinan Cabang Perum Pegadaian Kota Binjai, pada haritanggal Selasa, 31 Mei 2011, pukul : 09.00 Wib di Kantor Perum Pegadaian
Kota Binjai
Universitas Sumatera Utara
65
Nasabah Perum Pegadaian Kota Binjai mengetahui prinsip perjanjian, dimana konsekwensi yuridisnya adalah nasabah tidak mempersoalkan keberadaan syarat-
syarat baku dalam perjanjian SBK. Itulah sebabnya sehingga tingkat penerimaan akan semua isi perjanjian syarat-syarat baku tidak menjadi penghalang terbentuknya
perjanjian gadai. Nasabah lebih mengutamakan pada kebutuhan mendapatkan dana pinjaman meskipun kurang sesuai dengan prinsip-prinsip perjanjian yang
diketahuinya. Secara yuridis-teoritik perjanjian yang dibuat oleh Perum Pegadaian meskipun
menyimpang dari prinsip asas kebebasan berkontrak, namun pihak nasabah tidak menjadikannya sebagai suatu masalah hukum yang harus dijadikan dasar gugatan
secara litigasi, sebab nasabah mengetahui secara utuh isi perjanjian yang diberikan oleh Perum Pegadaian Kota Binjai.
94
Dengan demikian, tingginya permintaan ppersetujuan tersebut sangat terkait dengan faktor motivasi nasabah ke Pegadaian. Selain itu, mudahnya proses
peminjaman, barang gadai dan cepatnya nasabah mendapatkan uang pinjaman menjadi faktor pemicu nasabah mengenyampingkan syarat-syarat baku sebagai dasar
perjanjian. Posisi mendesak nasabah butuh uang menjadi penyebab utama sehingga nasabah menyepakati semua syarat-syarat baku. Itulah sebabnya sehingga banyak
nasabah golongan ekonomi menengah ke bawah mendatangi Perum Pegadaian Kota Binjai.
94
Hasil wawancara dengan Ibu Gelorina Ginting selaku Pimpinan Cabang Perum Pegadaian Kota Binjai, pada haritanggal Selasa, 31 Mei 2011, pukul : 09.00 Wib di Kantor Perum Pegadaian
Kota Binjai
Universitas Sumatera Utara
66
Selain itu Perum Pegadaian sebagai lembaga kredit dalam melayani pemberian kredit kepada nasabahnya, memberikan jumlah pinjaman sesuai dengan
nilai barang jaminan. Barang jaminan nasabah memiliki ragam yang tidak sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa barang gadai yang menjadi agunan nasabah
yang paling banyak berupa emas, di samping barang gadai lainnya seperti kendaraan roda dua dan roda empat, barang elektronik TV, kulkas, radio, komputer, dsb.
Untuk mengetahui jumlah barang jaminan, ditebus dan tidak ditebus dari tahun ke tahun, serta sisa barang jaminan di Perum Pegadaian Kota Binjai, Pimpinan Cabang
Ibu Gelorina Ginting, mengemukakan bahwa tidak bisa memperhitungkan jumlah barang jaminan baik yang ditebus, tidak ditebus maupun yang tersisa di Perum
Pegadaian Kota Binjai karena masih ada barang jaminan yang dilelang tahun berikutnya. Alasan lain karena Perum Pegadaian memakai sistem tahun anggaran,
sementara bulan berjalan mengikuti tahun berikutnya.
95
Dengan adanya pernyataan tersebut dapat dikemukakan bahwa frekuensi peminjaman dan penebusan barang gadai dan yang tidak dapat ditebus melalui Perum
Pegadaian perkembangannya cukup baik. Selain itu, dari sisi hukum kemampuan meminjam dan menebus barang gadai proporsinya hampir seimbang. Artinya, modal
yang dipinjamkan dengan yang dikembalikan sirkulasinya tidak mengalami kemacetan. Oleh karena itu, data tersebut memberikan informasi bahwa nasabah
sangat banyak berhubungan dengan Perum Pegadaian dan kecepatan proses
95
Hasil wawancara dengan Ibu Gelorina Ginting selaku Pimpinan Cabang Perum Pegadaian Kota Binjai, pada haritanggal Selasa, 31 Mei 2011, pukul : 09.00 Wib di Kantor Perum Pegadaian
Kota Binjai
Universitas Sumatera Utara
67
peminjaman dan pengembalian tidak menjadi masalah bagi nasabah, termasuk penggunaan syarat-syarat baku. Penanggulangan barang jaminannya yang tidak
ditebus jumlahnya hanya sedikit yang ada di Kantor Perum Pegadaian Kota Binjai.
3. Eksonerasi dalam perjanjian gadai