Kesimpulan Kesalahan para pihak dalam perjanjian gadai

149

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hak dan kewajiban kreditur dan debitur dalam perjanjian baku pada Perum Pegadaian secara yuridis-teoritik perjanjian yang dibuat Perum Pegadaian telah melekatkan hak dan kewajiban dalam isi perjanjian tidak proporsional, yaitu kewajiban nasabah diatur secara rinci dalam perjanjian, sedangkan kewajiban kreditur kurang tampak dalam perjanjian SBK. Tidak proporsionalnya hak dan kewajiban dalam perjanjian gadai menjadi penyebab penumpukan hak pada kreditur dan penumpukan kewajiban pada debitur. Hal tersebut menyebabkan perjanjian menjadi tidak seimbang dan menyimpang dari prinsip keseimbangan hak dan kewajiban. Pengaturan hak dan kewajiban nasabah memiliki proporsi yang berbeda sehingga apa yang menjadi kewajiban nasabah diatur secara rinci dalam perjanjian, sedangkan kewajiban kreditur kurang tampak dalam perjanjian kredit SBK 2. Perlindungan hukum atas debitur gadai dalam sistem hukum perlindungan konsumen, yaitu perlindungan hukum yang dilakukan kepada debitur apabila dalam perjanjian gadai terjadi adanya tindakan wanprestasi yang dilakukan Perum Pegadaian terhadap benda jaminan gadai milik debitur. Dan ini dapat diketahui dari perjanjian gadai yang dibuat antara pihak Perum Pegadaian dan debitur. Tindakan wanprestasi terhadap benda jaminan milik debitur dapat berupa: karena Universitas Sumatera Utara 150 kelalaian karyawan Perum pegadaian menyebabkan benda jaminan tertukar; karena kelalaian karyawan Perum Pegadaian menyebabkan benda jaminan hilang dan karena kelalaian karyawan Perum Pegadaian menyebabkan benda jaminan rusak. Perlindungan hukum yang diberikan Perum Pegadaian dapat dilihat dalam isi SBK nomor 4 yang mengatakan Perum Pegadaian akan memberikan penggantian kerugian sebesar 125 dari nilai taksiran Barang jaminan yang mengalami kerusakanhilang. 3. Perlindungan hukum nasabah dalam syarat-syarat baku perjanjian gadai di Perum Pegadaian Cabang Kota Binjai ditinjau dari UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu bahwa dalam Pasal 18 UU Perlindungan Konsumen larangan penggunaan syarat-syarat baku dikaitkan dengan dua hal yaitu: isi dan bentuk penulisannya. Dari segi isinya, dilarang menggunakan syarat-syarat baku yang memuat klausula-klausula yang tidak adil. Klausula- klausula itu harus ditulis dengan sederhana, jelas dan terang sehingga dapat dibaca dan dimengerti dengan baik oleh debitur.

B. Saran