BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 8 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama
periode 2009-2012. Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dapat
dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Farmasi
Sumber: Data diolah penulis, 2013 NO Kode
Emiten Tgl Berdiri
Tgl Listing 1
DVLA Daya Varia Laboratoria Tbk 5 Feb 1976
11 Nov 1984 2
INAF Indofarma Tbk
2 Jan 1996 17 April 2001
3 KAEF
Kimia Farma Tbk 10 Sept 1966
30 Juli 1994 4
KLBF Kalbe Farma
16 Agt 1971 4 Juli 2001
5 MERK
Merck Tbk 14 Okt 1970
23 Juli 1981 6
PYFA Pyridam Farma Tbk
27 Nov 1976 16 Okt 2001
7 SQBI
Taisho Pharmaceutical
Indonesia Tbk 20 Mei 1970
19 Juni 1994 8
TSPC Tempo Scan Pasifik Tbk
8 Juli 1970 29 Mar 1983
Universitas Sumatera Utara
4.2 Analisis Rasio Keuangan Metode Altman Z-Score 4.2.1 Working Capital to Total Assets
Rasio ini menunjukkan modal kerja bersih dari keseluruhan aktiva yang dimiliki. Modal kerja bersih yang negatif kemungkinan besar akan
menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban
tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal kerja bersih yang positif jarang menghadapi kesulitan keuangan. Hasil perhitungan Working Capital
to Total Assets disajikan pad table 4.2 Tabel 4.2
Working Capital to Total Assets Tahun 2009 – 2012
No Nama Perusahaan
Kode Working Capital to Total Assets
X1 2009
2010 2011
2012
1 Daya Varia Laboratoria Tbk
DVLA 0.52
0.56 0.60
0.59 2
Indofarma INAf
0.28 0.28
0.22 0.34
3 Kimia Farma
KAEF 0.33
0.40 0.45
0.47 4
Kalbe Farma KLBF
0.48 0.55
0.52 0.48
5 Merck
MERK 0.63
0.63 0.73
0.60 6
Pyridam Farma Tbk PYFA
0.21 0.31
0.34 0.30
7 Taisho Pharmaceutical
indonesia Tbk SQBI
0,64 0,61
0,64 0,61
8 Tempo Scan Pasifik TBK
TSPC 0.51
0.52 0.65
0.50
Universitas Sumatera Utara
Pyridam Farma Tbk merupakan perusahaan dengan rasio X1 yang terendah dibandingkan dengan perusahaan lain selama periode 2009 –
2012. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat likuidasinya paling rendah diantara perusahaan lainnya.
4.2.2 Retained Earning to Total Assets
Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio ini karena semakin lama
perusahaan beroperasi maka memungkinkan untuk mempelancar akumulasi laba ditahan. Berikut ini hasil perhitungan Retained earning to Total Assets
Ratio X
2
.
Tabel 4.3 Retained Earnings to Total Asets
Tahun 2009 - 2013 No
Nama Perusahaan Kode
Return Earning to Total Assets X2
2009 2010
2011 2012
1 Daya Varia Laboratoria Tbk DVLA
0.24 0.32
0.39 0.44
2 Indofarma
INAf 0.14
0.12 0.02
0.05 3
Kimia Farma KAEF
0.04 0.08
0.10 0.10
4 Kalbe Farma
KLBF 0.69
0,79 0.77
0.76 5
Merck MERK
0.71 0.73
0.77 0.65
6 Pyridam Farma Tbk
PYFA 0.17
0.22 0.23
0.23 7
Taisho Pharmaceutical indonesia Tbk
SQBI 0.55
0.67 0.71
0.73 8
Tempo Scan Pasifik TBK TSPC
0,6 0,6
0.78 0.61
Universitas Sumatera Utara
Indofarma Memiliki X2 yang terrendah dibandingkan dengan perusahaan farmasi lainnya selama periode 2009-2012. Hal ini
kemungkinan perusahaan tersebut tidak membukukan laba ditahan melainkan mengakumulasikan rugi di tahan. Hal ini mengindentifikasikan
bahwa kemampuan aktiva untuk menghasilkan laba ditahan sangatlah rendah bila dibandingakan dengan perusahaan lain. Rugi ditahan yang
rendah kemungkinan disebabkan penghasilan yang diterima rendah dan tidak mampu menutupi biaya yang menjadi tanggungannya.
Kalbe Farma selama empat tahun berturut-turut mengalami kenaikan pada rasio
X
2
. Hal ini mengindentifikasikan bahwa selama empat tahun tersebut selalu mengalami kenaikan laba ditahan.
4.2.3 Earnings Before Interest and Tax to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan mengahasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bungan dan pajak. Rasio ini
dapat digunakan untuk mengukur produktivitas sebenarnya dari aktiva perusahaan. Semakin besar tingkat profitabilitas berarti semakin besar pula
tingkat efisien dan efektif perusahaan dalam menggunakan aktivanya, begitu juga sebaliknya.Berikut ini hasil perhitungan Earnings Before
Interest and Taxes to Total Assets �
3
. Tabel 4.4
Earning Before Interest and Tax to Total Assets
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2009 – 2012 No
Nama Perusahaan Kode
EBIT to Total Assets X3 2009
2010 2011
2012
1 Daya Varia Laboratoria
Tbk DVLA
0.13 0.18
0.18 0.19
2 Indofarma
INAf 0.02
0.03 0.05
0.05 3
Kimia Farma KAEF
0.06 0.11
0.13 0.13
4 Kalbe Farma
KLBF 0.23
0.25 0.24
0.25 5
Merck MERK
0.48 0.36
0.48 0.26
6 Pyridam Farma Tbk
PYFA 0.05
0.06 0.06
0.06 7
Taisho Pharmaceutical indonesia Tbk
SQBI 0.57
0.39 0.45
0.46 8
Tempo Scan Pasifik TBK TSPC
0.14 0.18
0.23 0.18
Perusahaan dengan X
3
terendah adalah Indofarma pada tahun 2010, hal ini menunjukkan bahwa pihak manajemen tidak dapat mengelola
aktivanya secara efektif. Perusahaan dengan X
3
tertinggi adalah Merck. Hal ini mengindentifikasikan bahwa perusahaan tersebut lebih tinggi tingkat
produktivitasnya dibandingkan dengan perusahaan lain dalam sektor perusahaan farmasi.
4.2.4 Book Value of Equity to Total Debt
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar
daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham prefer, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang. Berikut ini
adalah perhitungan Book value of Equity to Total Debt. Tabel 4.5
Book Value of Equity to Total Liability Tahun 2009 – 2012
Nama Perusahaan Kode
Book Value of Equity to Total Liability X4
2009 2010
2011 2012
Daya Varia Laboratoria Tbk DVLA
2.43 3.00
3.63 3.61
Indofarma INAf
0.70 0.74
1.20 1.21
Kimia Farma KAEF
1.74 2.05
2.31 2.27
Kalbe Farma KLBF
2.55 4.26
3.53 3.60
Merck MERK
4.43 5.06
5.48 2.73
Pyridam Farma Tbk PYFA
2.71 3.31
2.31 1.82
Taisho Pharmaceutical indonesia Tbk SQBI
4.75 5.28
5.10 4.53
Tempo Scan Pasifik TBK TSPC
2.98 2.80
2.53 2.62
4.2.5 Sales to Total Assets
Rasio ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan volume bisnis yang cukup dibandingkan investasi dalam total aktivanya. Rasio ini
mencerminkan efisiensi manajemen dalam menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan untuk menghasilkan penjualan dan mendapatkan laba.
Berikut tabel perhitungan Sales to Total Assets Tabel 4.5
Sales to Total Assets Tahun 2009 – 2012
No Nama Perusahaan
Kode Sales to Total Assets X5
2009 2010
2011 2012
1 Daya Varia Laboratoria Tbk
DVLA 1.09
1.06 1.03
1.01 2
Indofarma INAf
1.55 1.43
1.08 0.97
3 Kimia Farma
KAEF 1.82
1.92 1.94
1.80 4
Kalbe Farma KLBF
1.40 1.45
1.32 1.45
Universitas Sumatera Utara
5 Merck
MERK 1.73
1.83 1.57
1.63 6
Pyridam Farma Tbk PYFA
1.32 1.40
1.28 0.13
7 Taisho Pharmaceutical
indonesia Tbk SQBI
1.32 0.95
0.94 0.98
8 Tempo Scan Pasifik TBK
TSPC 1.38
1.43 1.77
1.43
4.3 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia Tahun 2009 – 2012 Metode Altman
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 sampai 2008. Perusahaan
yang dijadikan sampel berjumlah 9 perusahaan. Sampel sebanyak 9 perusahaan tersebut terlebih dahulu dihitung nilai Z-Score Altman masing-masing dengan
rumus: Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Dimana: X1 : Working Capital Total Assets
X2 : Retairned Earnings Total Assets X3 : Earning Before Interest and Taxes Total Assets
X4 : Market Value of Equity Book Value of Total Liabilities X5 : Sales Total Assets
Dari nilai Z-Score yang didapat sampel perusahaan kemudian dikelompokkan ke kategori financial distress, gray area atau non financial distress, dengan
interval: a.
Z-Score ≤1,88, perusahaan dikategorikan bangkrut
Universitas Sumatera Utara
b. Z-Score 1,88 – 2,99, perusahaan dikategorikan rawan bangkrut
c. Z-Score 2,99, perusahaan dikategorikan tidak bangkrut
Tabel 4.6 Nilai Z-Score
Tahun 2009 – 2012
No Nama Perusahaan
Kode Tahun
Nilai Z-Score Kategori
1 Daya Varia Laboratoria
Tbk DVLA
2009 3.08
Tidak Bangkrut 2010
3.56 Tidak Bangkrut
2011 3.86
Tidak Bangkrut 2012
3.91 Tidak Bangkrut
2 Indofarma
INAf 2009
1.97 Rawan Bangkrut
2010 1.92
Rawan Bangkrut 2011
1.91 Rawan Bangkrut
2012 1.93
Rawan Bangkrut 3
Kimia Farma KAEF
2009 3.02
Tidak Bangkrut 2010
3.47 Tidak Bangkrut
2011 3.71
Tidak Bangkrut 2012
3.58 Tidak Bangkrut
4 Kalbe Farma
KAEF 2009
4.11 Tidak Bangkrut
2010 4.09
Tidak Bangkrut 2011
4.57 Tidak Bangkrut
2012 4.71
Tidak Bangkrut 5
Merck MERK
2009 6.13
Tidak Bangkrut 2010
6.15 Tidak Bangkrut
2011 6.55
Tidak Bangkrut 2012
4.56 Tidak Bangkrut
6 Pyridam Farma Tbk
PYFA 2009
2.93 Rawan Bangkrut
2010 3.37
Rawan Bangkrut 2011
2.87 Rawan Bangkrut
2012 2.66
Rawan Bangkrut 7
Taisho Pharmaceutical indonesia Tbk
PYFA 2009
6.00 Tidak Bangkrut
2010 5.39
Tidak Bangkrut 2011
5.53 Tidak Bangkrut
2012 5.35
Tidak Bangkrut
Universitas Sumatera Utara
8 Tempo Scan Pasifik TBK
TSPC 2009
3.93 Tidak Bangkrut
2010 4.03
Tidak Bangkrut 2011
4.66 Tidak Bangkrut
2012 3,95
Tidak Bangkrut
4.4 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation
X1 32
.210 .730
.48438 .142556
X2 32
-.14 .79
.4216 .30474
X3 32
.02 .57
.2075 .15356
X4 32
.70 5.48
3.0397 1.31730
X5 32
.13 1.94
1.3566 .37701
Y 32
1.48 6.55
3.9775 1.36035
Valid N listwise
32
Berdasarkan data dari tabel 4.7 dapat dijelaskan bahwa : a.
Variabel prediksi kebangkrutan perusahaan Y memiliki sampel N sebanyak 32, dengan nilai minimum 1.48 nilai maksimum
6.55 dan mean nilai rata-rata 3.9775. Standar deviation simpangan baku variabel ini 1.36035.
b. Variabel pebandingan Working Capital to Total Assets �
1
memiliki sampel N sebanyak 32, dengan nilai minimum 0.210,
Universitas Sumatera Utara
nilai maksimum 0,730 dan mean 0,48438. Standar deviation simpangan baku variabel ini 0.142556.
c. Variabel pebandingan Retained earning to Total Assets �
2
memiliki sampel N sebanyak 32, dengan nilai minimum -0,14, nilai maksimum 0,79 dan mean 0,4216. Standar deviation
simpangan baku variabel ini 0,30474. d.
Variabel pebandingan Earnings before interest and tax to Total Assets
�
3
nilai minimum 0,02. Nilai maksimum 0,57 dan mean 0,2075. Standar deviation simpangan baku variabel ini 0,15356.
e. Variabel pebandingan book of value of equity tototal liability
�
4
nilai minimum 0,70. Nilai maksimum 5,48 dan mean
3,0937. Standar deviation simpangan baku variabel ini 1,31730. f.
Variabel pebandingan Sales to Total Assets �
5
nilai minimum 0,13. Nilai maksimum 1,94 dan mean 1,3566. Standar deviation
simpangan baku variabel ini 0,37701.
4.4.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi , variabel penganggu atau residual distribusi normal. Uji normalitas
dilakukan dengan dua cara yaitu analisis grafik dan statistik. 1
Analisis grafik
Universitas Sumatera Utara
Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah
data yang memiliki pola normal. Pada grafik histogram, data normal ditunjukkan oleh data yang tidak menceng ke kiri atau
menceng ke kanan, Pada grafik PP Plot, data yang normal apabila titik-titik
datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan di sekitar garis diagonal. Hasil uji normalitas dengan
menggunakan grafik histogram dan normal probability adalah seperti ditampilkan berikut ini :
Gambar 4.1
Universitas Sumatera Utara
Histogram Sumber : Data diolah peneliti, 2013
Pada grafik histogram terlihat bahwa variabel berdistribusi normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data
tersebut tidak miring ke kiri atau ke kanan.
Gambar 4.2 Grafik P-Plot
Sumber : Data diolah peneliti, 2013
Hasil uji normalitas menggunakan scatter plot menunjukkan bahwa titik pada scatterplot mengikuti data di
sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data berdistribusi normal.
2
Analisis statistik
Universitas Sumatera Utara
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak dilihat dengan seksama, secara visual keliatan normal,
padahal secara statistic bisa sebaliknya.. Sehingga perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan statistik.
Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi
secara normal atau tidak. Ghozali 2005:115, memberikan pedoman pengambilan keputusan tentang data mendekati atau
merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov yang dapat dilihat dari :
a Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka
distribusi data tidak normal.
b Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas 0,05, maka
distribusi data normal.
Tabel 4.8 Uji Kolmogorov – Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Data
diolah Peneliti,
2013
Berdasarkan uji statistik dengan model Kolmogorov – Smirnov seperti yang terdapat pada tabel 4.8 dapat disimpulkan
bahwa data telah terdistribusi normal karena nilai Asymp.Sig
2-tailed Kolmogorov-Smirnov 0,948 lebih besar dari 0,05.
b. Uji Heteroskedastisitas
Ghozali 2005 menyatakan uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regrei terjadi ketidaksamaan variance
Unstandardiz ed Residual
N 32
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .00969418
Most Extreme Differences
Absolute .092
Positive .092
Negative -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .522
Asymp. Sig. 2-tailed .948
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Universitas Sumatera Utara
dari residual atau pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yang homoskesdatisitas.
Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan
data dengan SPSS. Menurut Ghozali 2005 pengambilan keputusan adalah dengan melihat pola tertentu, seperti titik-titik yang
membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas. Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis
apakah terjadi gejala heterokedastisitas atau tidak dengan cara mengamati penyebaran titik-titik pada grafik
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Scatterplot
Sumber : Data diolah oleh peneliti, 2013
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik – titik menyebar secara acak dengan tidak ada pola tertentu yang tersebar baik diatas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan terjadi homokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi