maka Almant membuat suatu daerah pembatas discriminat area sebagai berikut :
• Z 2,99 : kemungkinan bangkrut perusahaan kecil
• Z 1,81 : kemungkinan bangkrut perusahaan besar
• 1,81 Z 2,99 : kemungkinan bangkrut meragukan grey area Model kebangkrutan ini hanya bisa diterapkan pada perusahaan
publik berukuran besar dan bergerak dalam sektor manufaktur.
2.1.6.2 Model Z- Score Revisi Z’-Score
Setelah menciptakan model kebangkrutan yang pertama, Altman melakukan revisi, dengan tujuan menyesuaikan model
prediksi kebangkrutan tersebut jika diterapkan pada perusahaan yang tidak mempunyai nilai ekuitas, atau perusahaan non publik.
Revisi yang dilakukan terhadap
�
4
,dimana Altmanmengganti rasio nilai pasar ekuitas terhadap total asset menjadi nilai buku ekuitas
terhadap total asset. Berikut adalah persamaan Altman: Z’ = 0,717
�
�
+ 0,847
�
�
+ 3,107
�
�
+ 0,420
�
�
+ 0,998
�
�
Sumber: wikipedia.org
Selain �
4
yang mengalami perubahan, nilai koefisien pada variabel juga mengalami perubahan terutama pada
�
1
dan �
4
. Model Z’-Score ini mempunyai rata-rata skor kelompok perusahaan tidak
bangkrut yang lebih rendah dibandingkan dengan model
Universitas Sumatera Utara
kebangkruta yang pertama. Tetapi daerah abu-abu menjadi lebih lebar karena batas terndahnya sekarang menjadi 1,23 yang
sebelumnya 1,81.
Rasio-rasio yang digunakan pada model Z-Score ini juga berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas, dimana
rasio yang digunakan :
a. Working Capital to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva
yang dimiliki. Modal kerja yang dimaksud adalah selisih antara aktiva lancer dengan hutang lancar. Modal kerja yang
negatif kemingkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya karena tidak
tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk menutupi kewajiban tersebut. Sebaliknya, perusahaan dengan modal
kerja bersih yang bernilai positif jarang sekali menghadapi kesulitan dalam melunasi kewajibannya.
b. Retained Earning to Total Assets
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi atau mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
keuntungan dalam periode tertentu. Retained earnings di sini adalah laba ditahan. Perbandingan retained earning terhadap
total assets merupakan rasio profitabilitas yang dapat mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran
operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. c.
Earning Before Interest and Tax to Total Assets Rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio Earning Before Interest and Tax di sini
adalah operating income. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut.
d. Book Value of Equity to Total Liability
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya dari nilai pasar modal
sendiri. e.
Sales to Total Assets Rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur
kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada perusahaan adalah revenue.
Berikut discriminant area dari metode Z’ –Scoresebagai berikut :
• Z’ 2,90 : kemungkinan bangkrut perusahaan
kecil • Z’ 1,23
: kemungkinan bangkrut perusahaan besar
• 1,23 Z’ 2,90 : kemungkinan bangkrut meragukan grey area
2.1.6.3 Model Z- Score Modifikasi Z”-Score