Preferensi Konsumen Terhadap Kacang Sihobuk
(2)
Lampiran 1. Atribut dan Level Kacang Sihobuk
No Atribut Level
1 Rasa Manis asin
Manis Asin Tawar
2 Berat 6 kiloan
1 kiloan ½ kiloan ¼ kiloan
3 Harga Rp. 5.000- Rp.10.000
Rp. 10.000- Rp. 18.000 Rp. 20.000- Rp. 30.000 Rp. 160.000- Rp. 200.000
4 Aroma Khas Kuat
Sedang
5 Tampilan Kacang Dengan Kulit
Tanpa Kulit
6 Desain Kemasan Menarik dan spesifik Sederhana
7 Layanan Tambahan dalam Penjualan (Outlet)
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan the
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
(3)
Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk
No Responden Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Terakhir
Status Pekerjaan
Total Biaya Pembelian
Kacang Sihobuk
Alasan Pembelian Kacang Sihobuk
Rata-rata Pendapatan Per
bulan
1 Junita Hanum P 25 tahun S1 Wirausaha Rp.20.000 Konsumsi langsung Rp. 1.200.000
2 Marlina Siregar P 23 tahun S1 Pegawai Swasta Rp.25.000 Oleh-oleh Rp. 1.200.000
3 Lamtiur Tampubolon
P 45 tahun SMA IRT Rp. 55.000 Oleh-oleh Rp. 3.000.000
4 Rusman Simatupang
L 49 tahun SMA Petani Rp.50.000 Oleh-oleh Rp. 1.000.000
5 Deti Kurnia P 21 tahun SMA Mahasiswa Rp.65.000 Oleh-oleh Rp. 800.000
6 Irwanto L 29 tahun S1 Mahasiswa Rp.100.000 Oleh-oleh Rp. 1.800.000
7 Herbeth Sinaga L 33 tahun S1 Pegawai Swasta Rp.180.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh
Rp. 3.600.000 8 Tiopan Sianturi L 42 tahun Diploma Pegawai Negeri Rp.75.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 3.200.000 9 Mira Indah P 30 tahun Diploma Pegawai Negeri Rp.170.000 Ingin mencoba
Oleh-oleh
Rp. 1.900.000
10 Gusti Hutapea P 38 tahun S2 Dosen Rp.65.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 4.600.000 11 Wilson Siregar L 39 tahun SMA Pegawai Swasta Rp.80.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 800.000 12 Dahlia Agustina P 25 tahun S1 Wirausaha Rp.100.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
(4)
Lanjutan Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk
No Responden Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Terakhir Status Pekerjaan Total Biaya Pembelian Kacang Sihobuk Alasan Pembelian Kacang Sihobuk Rata-rata Pendapatan Per bulan
13 Arondoni Tambunan
L 55
tahun
SMA Petani Rp.10.000 Konsumsi
langsung
Rp. 700.000
14 Manotas L.Toruan L 26
tahun
S1 Pegawai
Swasta
Rp.65.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 1.800.000
15 Fritz Panjaitan L 25
tahun
S1 Pegawai
Swasta
Rp.75.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 3.200.000
16 Bue Fortina Sinaga
L 26
tahun
S1 Pegawai
Swasta
Rp.65.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 1.770.000
17 Dewi Sinaga P 23
tahun
SMA Mahasiswa Rp.10.000 Konsumsi
langsung
Rp. 850.000
18 Juliadi Nababan L 27
tahun
SMA Pegawai
Swasta
Rp.50.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 1.750.000
19 Marisa L. Siagian P 22
tahun
SMA Mahasiswa Rp.10.000 Konsumsi
langsung Oleh-oleh
Rp. 800.000
20 Elisabet Tumanggor
P 27
tahun
S1 Wirausaha Rp.50.000 Konsumsi
langsung Oleh-oleh
(5)
Lanjutan Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk
No Responden Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Terakhir Status Pekerjaan Total Biaya Pembelian Kacang Sihobuk Alasan Pembelian Kacang Sihobuk Rata-rata Pendapatan Per bulan
21 Melina Tambunan
P 36
tahun
S2 Pegawai Swasta Rp.50.000 Oleh-oleh Rp. 3.700.000 22 Marlinda
Tampubolon
P 45
tahun
SMA Pedagang Rp.20.000 Konsumsi
langsung
Rp. 1.200.000 23 Noviana
Eldena Simatupang
P 22
tahun
SMA Mahasiswa Rp.40.000 Oleh-oleh Rp. 900.000
24 Olensius Purba L 23 tahun
SMK Mahasiswa Rp.35.000 Konsumsi
langsung
Rp. 700.000
25 Maria Jahwa P 26
tahun
S1 Mahasiswa Rp.50.000 Konsumsi
langsung Oleh-oleh
Rp. 2.200.000
26 Roy Fernando L 28
tahun
Diploma Wirausaha Rp.45.000 Konsumsi
langsung Oleh-oleh
Rp. 1.750.000
27 Rebecca Fillan P 23 tahun
S1 Pegawai Swasta Rp.40.000 Konsumsi
langsung Oleh-oleh
Rp. 1.200.000
28 Ando Kristianto Hutapea
L 25
tahun
Diploma Pegawai Swasta Rp. 20.000 Konsumsi langsung
Rp. 1.500.000
29 Bona Simbolon L 33
tahun
Diploma Mahasiswa Rp. 15.000 Konsumsi
langsung
(6)
Lanjutan Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk
No Responden Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Terakhir
Status Pekerjaan Total Biaya Pembelian Kacang Sihobuk Alasan Pembelian Kacang Sihobuk Rata-rata Pendapatan Per bulan
30 Bastanta Ebenejer Aritonang
L 23
tahun
S1 Wirausaha Rp.50.000 Konsumsi
langsung Oleh-oleh
Rp. 1.250.000
31 Jana Saphira Manalu
P 18
tahun
SMP Pelajar Rp.45.000 Oleh-oleh Rp. 1.600.000
32 Jason Zabdiel Sinaga
L 27
tahun
S1 Pegawai Swasta Rp.50.000 Oleh-oleh Rp. 2.700.000
33 Ruhut Anggia Harianja
L 43
tahun
Diploma Pegawai Negeri Rp.50.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 3.600.000
34 Nopen Alexander Purba
L 23
tahun
SMA Mahasiswa Rp.50.000 Konsumsi
langsung
Rp. 850.000
35 Rey Tambunan
L 35
tahun
S1 Pegawai Swasta Rp.10.000 Konsumsi
langsung
Rp. 1.650.000
36 Raja Johan L 24
tahun
S1 Wirausaha Rp.50.000 Konsumsi
langsung Oleh-oleh
Rp. 1.800.000
37 Dameria Tampubolon
P 23
tahun
SMA Mahasiswa Rp.45.000 Konsumsi
langsung
Rp. 800.000 38 Toba
Pakpahan
L 40
tahun
(7)
Lanjutan Lampiran 2. Data Karakteristik Responden Kacang Sihobuk
No Responden Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Terakhir Status Pekerjaan Total Biaya Pembelian Kacang Sihobuk Alasan Pembelian Kacang Sihobuk Rata-rata Pendapatan Per bulan
39 Mustar Rajagukguk
L 31 tahun S1 Pegawai
Negeri
Rp.50.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh
Rp. 3.100.000 40 Meliana
Panjaitan
P 24 tahun S1 Belum Bekerja Rp.10.000 Konsumsi langsung Rp. 400.000 41 Widy Astuti P 25 tahun S1 Belum Bekerja Rp.10.000 Konsumsi langsung
Oleh-oleh
Rp. 300.000 42 Charles
Pardede
L 27 tahun S1 Pegawai
Swasta
Rp.100.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh
Rp. 850.000 43 Ida Rayon
Simanjuntak
P 37 tahun Diploma Pedagang Rp.420.000 Dijual kembali Rp. 980.000
44 Otalua Giawa P 26 tahun S1 Pegawai
Swasta
Rp.45.000 Oleh-oleh Rp. 3.200.000
45 M. Butarbutar P 34 tahun SMA Wirausaha Rp.80.000 Oleh-oleh
46 Eko Dirga Sianipar
L 34 tahun S1 Pegawai
Swasta
Rp.170.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh
Rp. 2.300.000 47 Johannes
Pandiangan
L 30 tahun S1 Pegawai
Swasta
Rp.150.000 Konsumsi langsung Oleh-oleh
Rp. 3.700.000
48 Melani Putri P 29 tahun S1 Ibu Rumah
Tangga
Rp.20.000 Ingin Mencoba Rp. 3.600.000 49 Leo Sianturi L 23 tahun SMK Belum Bekerja Rp.10.000 Konsumsi langsung Rp. 400.000
(8)
Lampiran 3 Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi
Nomor Responden
Stimuli
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 4 4 3 2 3 4 3 3 5
2 4 4 3 2 4 3 4 3 2 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4
3 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4
4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4
5 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4
6 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 4 3 4
7 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
8 5 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4
9 5 4 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4
10 5 4 4 3 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4
11 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 3 4 5 4 4 4
13 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4
15 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 5 4 4 3 3 4 4 3 4
16 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 4 3 2 3 4 4 3 4
18 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4
19 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4
20 5 3 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 3 2 4
21 4 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 3 3 4
22 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4
(9)
Lanjutan Lampiran 3 Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi
Nomor Responden
Stimuli
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
24 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 3 4
25 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4
26 4 4 5 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
27 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
28 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4
29 5 4 5 3 4 4 3 4 4 3 3 5 4 4 3 4 4 4 3 4
30 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
31 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 2 4
32 5 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4
33 4 4 5 3 4 4 4 5 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3
34 4 4 4 3 5 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3
(10)
36 4 5 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4
37 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 4
38 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3
39 4 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3
40 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3
41 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4
42 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4
43 4 3 4 3 4 3 4 5 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4
44 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4
Lanjutan Lampiran 3 Input Data Penilaian Responden Terhadap Kombinasi
Nomor Responden
Stimuli
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
45 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4
46 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4
(11)
48 4 5 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 4 2 2 4 3 2 3
49 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4
(12)
Lampiran 4. Hasil analisis Conjoint
Overall Statistics
Utilities
Utility Estimate Std. Error
rasa manis asin .171 .031
manis .076 .031
asin -.154 .031
tawar -.094 .031
berat 6 kiloan -.214 .031
1 kiloan .096 .031
1/2 kiloan .121 .031
1/4 kiloan -.004 .031
harga Rp.5.000- Rp8.000 .046 .031
Rp.10.000- Rp.18.000 .106 .031
Rp.20.000- Rp.35.000 .031 .031
Rp.160.000- Rp.200.000 -.184 .031
aroma kuat .009 .018
sedang -.009 .018
tampilan dengan kulit .221 .018
tanpa kulit -.221 .018
desain menarik dan spesifik .176 .018
sederhana -.176 .018
layanan parkiran dan toilet .015 .024
minuman olahan -.075 .028
parkiran toilet dan minuman olahan
.060 .028
(13)
Lanjutan Lampiran 4. Hasil analisis Conjoint
Importance Values
rasa 17.965
berat 17.082
harga 15.456
aroma 10.510
tampilan 14.841
desain 12.871
layanan 11.276
Averaged Importance Score
Correlationsa
Value Sig.
Pearson's R .999 .000
Kendall's tau .967 .000
Kendall's tau for Holdouts 1.000 .021
a. Correlations between observed and estimated preferences
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, W dan Nurmalinda. 2012. Analisis Konjoin Preferensi Konsumen terhadap Atribut Kentang, Bawang Merah, dan Cabai. J.Hort.
Anonimousa. 2009. Mengenal Kacang Tanah. http://binaukm.com. Diakses pada tanggal 22 April 2015.
Anonimousb. 2010. Kacang Sihobuk. http://wikipedia.com. Diakses pada 22 April 2015.
Engel, J.F. 1994. Perilaku Konsumen, Jilid 1. Bina Rupa Aksara: Jakarta. Febrianti. 2011. Metode Analisis Data. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta. Gasperz, V. 2012. All-in-one Marketing Excellence. Penerbit Vinchristo
Publication: Bogor.
Ghozali, Jr. 2006. Marketing reasearch. an Applied Orientation. Fourth Edition. Pearson Education International. New Jersey.
Green & Krienger. 1991. A Conjoint Analysis of Irish Consumer Preferences for Farmhouse Cheese. The National Food Centre Dublin. Ireland.
Hair, Joseph F. 1998. Multivariate Data Analysis, 1st Edition. New York: Prentice Hall International, Inc.
Hair, Joseph F, Jr., Bush, Robert, P., and Ortinau, David, J. 2006, Marketing Research Within a Changing Information Environment, 3rd Edition, McGraw-Hill, New York.
Hair, Joseph F., et.al. 2010. Multivariate Data Analysis, 7th Edition. New York: Prentice Hall International, Inc.
Hamid, Abdul. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. FEIS : Jakarta.
Hs, Suprapto. 2000. Bertanam kacang Tanah. Penebar Swadaya : Jakarta.
Husodo, Siswono Yudo. 2004. Pertanian Mandiri : Pandangan Strategis Para Pakar untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya: Jakarta.
Iwan, J dan Lydia, M. 2010. Pembangunan Berkelanjutan. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta.
(15)
Kardes, FR. 2002. Consumer Behavior and Managerial Decision Making. Secon d Kementrian Perindustrian, 2015. Data Kontribusi Pertanian dan Agroindustri
Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2006-2010. http//: www.kemenperin.go.id/. Diakses pada 19 April 2015.
Kotler, Philip dan Amstrong. 2008. “Marketing Manajemen” Prentice Hall, USA. Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller . 2007. Manajemen Pemasaran Jilid
I ed.12. PT. Indeks ;Jakarta
Pasaribu, Ester Septiani. 2015. Analisis Conjoint terhadap Preferensi konsumen
pada buah Durian (Durio zibethinus Murr.) di kota Medan.Skripsi pada
Program Agribisnis, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara Raffi. 2006. Upaya Menurunkan Kontaminasi Aflatoksin pada Kacang Tanah.
Jurnal Enjinering Pertanian: Lampung.
Santoso, S. 2006. Menggunakan SPSS Untuk Statistik Multivariat. PT Elek Media Komputindo: Jakarta.
Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Sekaran, Uma. 2000. Research Method For Business, 4th edition, John Wiley & sons, Inc, New York..
Simanjuntak, D. 2012. Perilaku Konsumen. PT Raja Grafindo Perkasa : Jakarta. Sumatera Utara Dalam Angka. 2014. Produksi Kacang Tanah Sumatera Utara.
BPS:Sumatera Utara.
Tineprilla, N. 2007. Jadi Kaya Dengan Berbisnis Di Rumah: Kiat Praktis Bagi Wanita, Mencapai Kebebasan Finansial Tanpa Harus Meninggalkan Keluarga. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. ANDI: Yogyakarta
Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka utama : Jakarta. Wiryadi. 1981. Olahan Berbahan Baku Umbi-umbian. Penebar Swadaya: Jakarta.
(16)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive. Penelitian ini dilakukan di Outlet kacang Sihobuk yang terletak di sepanjang Jalan Balige , Kabupaten Tapanuli Utara, dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra pemasaran kacang Sihobuk.
Lokasi ini merupakan lokasi yang sangat strategis untuk pemasaran kacang Sihobuk karena terletak di jalan lintas Sumatera dan memudahkan konsumen dalam melakukan pembelian. Sehingga, pada daerah ini akan diperoleh kemudahan mendapatkan responden yang membeli dan mengkonsumsi kacang Sihobuk dari berbagai macam latar belakang. Berikut data jumlah Outlet permanen kacang Sihobuk di sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara.
Tabel 3.1 Nama Kecamatan dan Jumlah Outlet Kacang Sihobuk
No Kecamatan Jumlah Outlet
1 Siborongborong 9
2 Sipoholon 21
3 Tarutung 15
Jumlah 43
Sumber: Data primer (data diolah, 2015)
Adapun Kecamatan yang berada disepanjang Jalan Balige adalah Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Sipoholon dan Kecamatan Tarutung. Jumlah outlet permanen yang berada di Kecamatan Siborongborong adalah sebanyak 9 outlet. Jumlah outlet permanen di Kecamatan Sipoholon adalah sebanyak 21 outlet. Jumlah outlet permanen di Kecamatan Tarutung sebanyak 15 outlet. Dan jumlah
(17)
Outlet permanen secara keseluruhan di daerah penelitian adalah sebanyak 45 outlet.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen kacang garing Sihobuk yang berkunjung pada outlet-outlet di sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara. Outlet yang dipilih peneliti merupakan outlet yang memiliki bangunan yang permanen. Penentuan outlet permanen sebagai outlet penelitian didasari agar konsumen dapat menilai dengan baik atribut-atribut yang melekat pada kacang Sihobuk, seperti atribut layanan tambahan dalam penjualan yang umumnya disediakan disediakan di outlet. Selain itu, outlet permanen juga menyediakan tempat duduk dan tempat berteduh yang akan sangat membantu dalam proses pelaksanaan penelitian.
Jumlah populasi konsumen kacang Sihobuk di daerah penelitian tidak diketahui secara pasti. Untuk itu, metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-Probability Sampling yaitu dengan teknik Accidental sampling, yaitu metode sampel dengan melakukan pengumpulan data melalui siapa saja yang ditemuinya di lokasi penelitian tidak peduli apakah responden yang dihubungi memiliki keterkaitan dengan penelitinya ataupun tidak (Hamid, 2007).
Santoso (2006) menyatakan bahwa secara umum, jumlah sampel yang dianjurkan untuk analisis multivariat berkisar antara 50 sampai 100 sampel. Sedangkan menurut Hair, et al. (2006) dalam analisis conjoint ukuran sampel yang dipertimbangkan berkisar antara lima puluh sampai dua ratus yang dianggap
(18)
sudah cukup memadai. Maka untuk besar sampel konsumen kacang Sihobuk yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti memilih besar sampel sebanyak 50 sampel. Konsumen yang akan menjadi sampel atau responden adalah konsumen yang sudah pernah mengonsumsi kacang Sihobuk dan konsumen yang gemar memakan kacang Sihobuk.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer didapatkan melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi), wawancara dan pemberian kuesioner kepada konsumen. Data sekunder didapatkan melalui pencarian, pengumpulan, dan penelaahan buku-buku, majalah, jurnal, internet, dan dokumen-dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Metode Analisis pada Identifikasi Masalah 1, 2 dan 3
Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen kacang garing Sihobuk melalui perhitungan persentase jumlah responden yang disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana. Data-data yang diperoleh melalui kuesioner akan dikelompokkan dan dipersentasekan berdasarkan jumlah responden.
Ghozali (2006) mengatakan bahwa dalam riset pasar, analisis yang digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen yaitu analisis tingkat kepentingan (conjoint analysis) yang dilakukan dengan mengetahui persepsi pelanggan melalui atribut-atribut yang membangun suatu produk atau jasa.
(19)
Menurut Hair et al. (2010), analisis konjoin merupakan analisis yang unik di antara metode-metode dalam analisis multivariat karena peneliti membangun stimuli (kombinasi level atribut) yang kemudian diperkenalkan kepada responden dengan memberikan evaluasi keseluruhan dengan menggunakan rating. Menurut Iwan dan Lydia (2010), kelebihan analisis konjoin adalah dapat mengikutsertakan atribut yang belum terjadi tapi diperkirakan bisa terjadi, dapat mengetahui model produk mana yang paling disukai konsumen, dan dapat memberikan informasi yang spesifik dalam preferensi konsumen terhadap atribut- atribut yang dimunculkan dari suatu produk.
Pada analisis conjoint terdapat 3 metode yaitu traditional conjoint, adaptive
conjoint dan choice-based conjoint. Pada penelitian ini digunakan metode
traditional conjoint. Metode ini dipilih karena selain paling umum digunakan dan jumlah atribut yang relatif kecil, yaitu sebanyak tujuh atribut, juga karena lebih menggambarkan struktur preferensi secara lebih menyeluruh.
Untuk penyelesaian Identifikasi Masalah 1, 2 dan 3 dilakukan dengan proses dasar conjoint analysis sebagai berikut:
1. Menentukan Perancangan Atribut dan Level
Dalam analisis conjoint, perancangan atribut yang berpengaruh merupakan bagian dari mengenali atau mengidentifikasi atribut dengan tingkatan / level, masing – masing dipergunakan untuk membuat suatu stimuli. Penentuan atribut dan level kacang Sihobuk diambil berdasarkan diskusi dengan beberapa pemilik
homeindustry dan pra- survey serta literatur yang terkait dan dihasilkan atribut
(20)
1) Rasa
Rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat pencecap kita yang berada di rongga mulut. Rasa kacang Sihobuk terdiri dari:
1. Manis asin, yaitu rasa yang didapat pada kacang adalah kombinasi manis asin.
2. Manis, yaitu rasa yang ingin didapat pada kacang hanya manis.
3. Asin, yaitu rasa yang mendominasi pada kacang adalah hanya rasa asin. 4. Tawar, yaitu kacang Sihobuk tidak berasa atau hambar.
2) Berat
Berat kacang Sihobuk per-satuan kemasan antara lain: 1. 6 kiloan
2. 1 kiloan 3. ½ kiloan 4. ¼ kiloan 3) Harga
Harga adalah jumlah nominal yang dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan produk/ jasa. Harga kacang Sihobuk per-satuan kemasan antara lain:
1. Rp. 5.000- Rp. 8.000 2. Rp. 10.000- Rp.15.000 3. Rp. 20.000- Rp 30.000 4. Rp. 160.000- Rp.200.000
(21)
4) Aroma khas
Aroma khas adalah tingkat ketajaman bau khas yang dimiliki kacang Sihobuk. Bau khas kacang Sihobuk antara lain: bau khas gosong yang dihasilkan pada saat penyangraian dan bau tanah kacang setelah disangrai. Atribut ini terdiri dari:
1. Kuat, yaitu tingkat bau khas gosong yang dihasilkan pada saat penyangraian dan bau tanah yang khas pada kacang setelah disangrai kuat. 2. Sedang, yaitu tingkat bau khas gosong yang dihasilkan pada saat
penyangraian dan bau tanah yang khas pada kacang setelah disangrai sedang atau biasa saja.
5) Tampilan Kacang
Tampilan Kacang adalah keadaan kacang/ biji dalam kemasan, antara lain: 1. Dengan kulit, yaitu biji kacang dengan polong yang masih utuh.
2. Tanpa kulit, yaitu biji kacang sudah lepas dari kulit dan dapat langsung dikonsumsi.
6) Desain Kemasan
Agar berhasil menarik minat beli konsumen, maka penampilan sebuah kemasan harus mempunyai daya tarik. Sebuah desain kemasan yang bagus memberikan sebuah nilai tambah terhadap produk yang dikemasnya. Menurut penelitian, dari seluruh kegiatan penginderaan manusia, 80 % adalah penginderaan melalui penglihatan atau kasatmata. Desain kemasan yang tertera di bawah ini merupakan tampilan kemasan yang diinginkan oleh konsumen kacang Sihobuk pada saat pra-survey, antara lain:
(22)
1. Menarik dan Spesifik
Menarik, yaitu terdapat desain kekhasan Tapanuli seperti gambar rumah batak, gorga atau ulos.
Spesifik, yaitu terdapat komposisi kacang Sihobuk, nomor izin Depkes, tanggal pembuatan, tanggal kedaluarsa, kandungan gizi dan berat bersih. 2. Sederhana
Yaitu desain kemasan kacang Sihobuk cukup dengan pemberian label kertas yang tertera merek kacang Sihobuk (desain kemasan kacang Sihobuk seperti saat ini).
7) Layanan tambahan dalam penjualan
Layanan tambahan dalam penjualan merupakan sejumlah manfaat yang umumnya diperoleh konsumen di outlet, antara lain:
1. Tersedia fasilitas parkiran dan toilet
2. Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
3. Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh.
2. Membuat kombinasi level produk ( desain stimuli)
Kombinasi didasarkan pada atribut produk yang telah didefinisikan sebelumnya, dan melakukan perkalian setiap sub atribut yang ada. Untuk perancangan kombinasi subatribut atau level terdapat dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu kombinasi berpasangan (pairwise comparison) dan kombinasi lengkap (full
profile). Metode pairwise comparison merupakan metode evaluasi dua faktor
(23)
penelitian ini memakai metode full – profile dimana seluruh aspek diperhatikan sekaligus sehingga deskripsi dari konsep tersebut lebih realistis.
Kombinasi level atribut atau stimuli yang dimiliki berjumlah: 4 x 4 x 4 x 2 x 2 x 2 x 3 = 1.536 stimuli
Oleh karena jumlah stimuli yang terlalu banyak dan akan menyulitkan responden dalam memberikan penilaian, maka dilakukan Fractional Factorial Design, yang merupakan teknik untuk mereduksi jumlah stimuli dimana diperoleh stimuli yang hanya mengukur efek utamanya saja. Perancangan stimuli digunakan dapat dengan orthogonal design pada perangkat lunak SPSS 17.0. Melalui perancangan orthogonal diharapkan akan diperoleh suatu kombinasi atribut yang hanya mengukur efek utamanya saja (Fractional Factorial Design).
Dengan memakai prosedur orthogonal pada SPSS maka stimuli yang berjumlah 1.536 tadi disederhanakan jumlahnya agar tidak semua kombinasi harus dianalisis. Hasil dari orthogonal design ini yaitu stimuli yang bejumlah 20 buah stimuli dimana 16 stimuli berstatus design sedangkan 4 stimuli merupakan holdout
sample yang digunakan sebagai penguji hasil apakah proses conjoint yang
menggunakan sampel tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi. Berikut ini stimuli hasil orthogonal design pada SPSS :
(24)
Tabel 3.2 Data Stimuli atribut kacang Sihobuk
Rasa Berat Harga Aroma
Khas
Tampilan Kacang
Desain Kemasan
Layanan Tambahan dalam Penjualan STATUS CARD
Manis ½ kiloan
Rp. 160.000- Rp. 200.000
Kuat Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 1 Manis asin 1 kiloan Rp. 10.000-Rp. 15.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 2 Tawar 1
kiloan
Rp. 20.000- Rp. 30.000
Kuat Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Design 3
Tawar 6 kiloan
Rp. 160.000- Rp. 200.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Design 4
Manis 1 kiloan
Rp. 5.000- Rp. 8.000
Sedang Dengan kulit
Sederhana Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Design 5
Manis ¼ kiloan
Rp. 20.000- Rp. 30.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 6 Manis asin ¼ kiloan Rp. 160.000- Rp. 200.000
Sedang Dengan kulit
Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Design 7
Asin ½ kiloan
Rp. 5.000- Rp. 8.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Design 8
Tawar ¼ kiloan
Rp. 5.000- Rp. 8.000
Kuat Tanpa kulit
Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 9 Asin 6
kiloan
Rp. 20.000- Rp. 30.000
Sedang Dengan kulit
(25)
Lanjutan Tabel 3.2 Data Stimuli atribut kacang Sihobuk
Rasa Berat Harga Aroma
Khas
Tampilan Kacang
Desain Kemasan
Layanan Tambahan dalam Penjualan STATUS CARD
Manis 6 kiloan
Rp. 10.000- Rp.15.000
Kuat Tanpa kulit
Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Design 11
Asin ¼ kiloan
Rp. 10.000- Rp.15.000
Kuat Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Design 12
Tawar ½ kiloan
Rp. 10.000- Rp.15.000
Sedang Dengan kulit
Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 13 Manis asin 6 kiloan Rp. 5.000- Rp. 8.000
Kuat Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 14 Asin 1
kiloan
Rp. 160.000- Rp. 200.000
Kuat Tanpa kulit
Sederhana Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Design 15 Manis ¼
kiloan
Rp. 5.000- Rp. 8.000
Kuat Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Design 16
Manis asin 6 kiloan Rp. 5.000- Rp. 8.000
Kuat Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Holdout 17 Tawar ¼
kiloan
Rp. 20.000- Rp. 30.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet Holdout 18 Asin 6
kiloan
Rp. 20.000- Rp. 30.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Holdout 19 Tawar ¼
kiloan
Rp. 10.000-Rp. 15.000
Sedang Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
Holdout 20
(26)
Pada tabel 3.2, yaitu pada stimuli satu kombinasi kacang Sihobuk yang mungkin menjadi preferensi konsumen adalah kacang Sihobuk dengan rasa manis, berat ½ kiloan, harga Rp.150.000-Rp. 200.000, aroma khas kuat ,tampilan kacang dengan kulit, desain kemasan menarik dan spesifik, layanan tambahan dalam penjualan tersedianya fasilitas parkiran dan toilet. Pada stimuli dua, kombinasi kacang Sihobuk yang mungkin menjadi preferensi konsumen adalah kacang Sihobuk dengan rasa manis asin, berat 1 kiloan, harga Rp.10.000- Rp.15.000, aroma khas sedang ,tampilan kacang tanpa kulit, desain kemasan menarik dan spesifik, layanan tambahan dalam penjualan tersedia fasilitas parkiran dan toilet. Demikian juga pada stimuli tiga hingga seterusnya sampai pada stimuli yang ke – 20.
3. Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada
Hasil pembuatan stimuli dengan menggunakan prosedur orthogonal itulah yang kemudian disertakan dalam kuesioner untuk dievalusi oleh responden. Responden diminta memberikan penilaian terhadap stimuli tersebut. Penilaian responden menggunakan rating yaitu dengan memakai skala likert yaitu dengan skala:
Tabel 3.3 Acuan Penilaian Preferensi Konsumen
Simbol Pengertian Bobot
STS Sangat Tidak Suka 1
TS Tidak Suka 2
BS Biasa Saja 3
S Suka 4
SS Sangat Suka 5
Rating diisi oleh konsumen kacang Sihobuk yang menjadi responden dalam penelititan ini dan ditulis sesuai dengan selera mereka masing – masing dengan menggunakan skala likert dari nilai 1 sampai 5.
(27)
Tabel 3.4 Pemberian Rating pada Stimuli Kacang Sihobuk
No Rasa Berat Harga Aroma
Khas Tampilan Kacang Desain Kemasan Layanan Tambahan dalam Penjualan RATING
STS TS B S SS
1 Manis ½ kiloan Rp. 160.000- Rp. 200.000
Kuat Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet 2 Manis asin 1 kiloan Rp.
10.000-Rp. 15.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet 3 Tawar 1 kiloan Rp. 20.000-
Rp. 30.000
Kuat Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh 4 Tawar 6 kiloan Rp. 160.000-
Rp. 200.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
19 Asin 6 kiloan Rp. 20.000- Rp. 30.000
Sedang Tanpa kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
20 Tawar ¼ kiloan Rp. 10.000-Rp. 15.000
Sedang Dengan kulit
Menarik dan Spesifik
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
(28)
4. Melakukan proses conjoint dengan masukan data yang ada
Penilaian / pemberian rating oleh responden diolah dengan analisis conjoint dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Hasil analisis conjoint secara keseluruhan dilihat dari overall statistics pada SPSS subfile summary. Hasil analisis ini diperoleh untuk memperkirakan atribut kacang Sihobuk yang diinginkan oleh responden berdasarkan penilaian terhadap stimuli tersebut yang disertakan dalam kuesioner sebelumnya.
5. Hasil analisis
Output yang dihasilkan dari proses analisis conjoint berupa nilai utility yaitu suatu perbandingan antara nilai kegunaan dengan tiap-tiap taraf atributnya, importance values yaitu suatu nilai perbandingan antara nilai kepentingan dengan tiap-tiap
atribut kacang Sihobuk serta nilai korelasi Pearson dan Kendall’s Tau untuk
mengetahui seberapa tinggi predictive accuracy – nya.
Interpretasi hasilnya adalah untuk nilai utility, yaitu nilai yang paling besar menjadi kombinasi stimuli yang disukai oleh konsumen. Untuk nilai kepentingan (importance values) yaitu nilai yang terbesar menunjukkan atribut kacang Sihobuk yang paling penting serta untuk uji keakuratan dilihat dari korelasi
Pearson’s dan Kendall’s Tau. Uji Keakuratannya (predictive accuracy) :
H0 : tidak adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau tidak ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual,
atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. Sign. < 0,05 maka H0 ditolak
(29)
Tabel 3.5 Bentuk Hasil Analisis Conjoint pada kacang Sihobuk
No Atribut Level Nilai
Kegunaan (Utility values) Nilai Kepentingan Relatif (%) (Importance values)
1 Rasa Manis asin a1 b1
Manis a2
Asin a3
Tawar a4
2 Berat 6 kiloan a1 b2
1 kiloan a2
½ kiloan a3
¼ kiloan a4
3 Harga Rp.5.000-Rp.10.000 a1 b3
Rp. 10.000- Rp. 18.000 a2 Rp. 20.000- Rp. 30.000 a3 Rp.160.000- Rp. 200.000 a4 4 Aroma
Khas
Kuat a1 b4
Sedang a2
5 Tampilan Kacang
Dengan Kulit a1 b5
Tanpa Kulit a2
6 Desain Kemasan
Menarik dan spesifik a1 b6
Sederhana a2
7 Layanan Tambahan dalam Penjualan (Outlet)
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet
a1 b7
Tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
a2
Tersedia fasilitas parkiran dan toilet serta tersedianya minuman olahan seperti kopi dan teh
(30)
Identifikasi Masalah 1:
Untuk menjawab Identifikasi masalah 1, kombinasi level atribut yang paling sesuai dapat dilihat dari nilai utility pada masing-masing level / taraf atribut. Interpretasi hasilnya yaitu nilai utility yang terbesar menunjukkan level dari atribut yang menjadi preferensi konsumen kacang Sihobuk sehingga apabila level
– level atribut yang memiliki nilai utility paling besar digabungkan maka akan membentuk kombinasi / stimuli dari karakteristik kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen.
Identifikasi Masalah 2:
Untuk menjawab Identifikasi masalah 2, output yang dilihat berupa nilai kepentingan (importance values). Nilai kepentingan (importance values) digunakan untuk melihat atribut manakah yang paling penting dari kacang Sihobuk menurut preferensi konsumen. Interpretasi hasilnya yaitu nilai kepentingan (importance values) yang paling besar menunjukkan atribut kacang Sihobuk yang paling penting sehingga mendasari konsumen untuk membeli kacang Sihobuk.
Identifikasi Masalah 3
Untuk melihat tingkat keakuratan prediksi model hasil analisis conjoint maka
output yang dilihat berupa nilai korelasi Pearson dan Kendall’s Tau. Uji
Keakuratan (predictive accuracy):
H0 : tidak adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau tidak ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.
(31)
H1 : adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.
Sign. < 0,05 maka H0 ditolak
Sign. > 0,05 maka H0 diterima (Santoso, 2012)
Interpretasi hasilnya yaitu jika nilai signifikansi 0,000 (kurang dari 0,05) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Definisi
1. Kacang Sihobuk adalah kacang garing yang merupakan makanan
ringan/jajanan khas Tapanuli Utara.
2. Konsumen kacang adalah orang yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk.
3. Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana individu atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.
4. Produk adalah segala sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, digunakan, atau dikonsumsi yang bisa memuaskan kebutuhan atau keinginan.
5. Preferensi konsumen adalah pilihan mengenai apa yang disukai dan yang tidak disukai konsumen, juga untuk menentukan urutan kepentingan dari suatu atribut produk maupun produk itu sendiri.
(32)
6. Atribut adalah segala sesuatu yang melekat yang dapat dihubungkan dengan produk yang menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk melakukan pembelian.
7. Analisis Conjoint adalah metode analisis yang digunakan untuk menganalisis preferensi konsumen terhadap atribut kacang Sihobuk dan nilai kegunaan yang muncul dari atribut kacang Sihobuk tersebut.
8. Stimuli merupakan kombinasi dari taraf / level atribut.
9. Taraf / level / subatribut adalah nilai / gambaran dari atribut kacang Sihobuk yang lebih khusus dan spesifik
10. Pengambilan keputusan merupakan suatu bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih konsumen, yang prosesnya melalui mekanisme tertentu dengan harapan akan menghasilkan suatu keputusan yang terbaik.
3.5.2 Batasan operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Outlet Kacang Sihobuk di wilayah sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara.
2. Sampel penelitian adalah konsumen kacang Sihobuk yang sedang mengunjungi Outlet Kacang Sihobuk di wilayah sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara.
3. Atribut yang akan diteliti pada penelitian ini adalah atribut rasa, berat per kemasan, harga per kemasan, aroma khas, tampilan kacang, desain kemasan dan layanan tambahan dalam penjualan.
(33)
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di wilayah pengembangan dataran tinggi Sumatera Utara yang berada pada ketinggian antara 150 – 1.700 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada 0020’LU- 20’LU dan pada 99015’ -99030’BT, beriklim tropis (tropis basah) atau sekitar 170C-290C dengan rata-rata curah hujan sebesar 2352 mm dan 182 hari hujan, sehingga pada suhu ini cocok ditanami tanaman bertahun seperti padi, karet, kemenyan, kopi dan sebagainya. Sementara, untuk tanaman palawija cocok ditanami tomat, cabai merah, jagung, kacang tanah dan sebagainya (Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014).
Secara geografis, letak Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan lima Kabupaten, yaitu :
Sebelah Utara : Kabupaten Toba Samosir Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan
Sebelah Barat : Kabupaten Humbang Hasundutan dan Tapanuli Tengah. Sebelah Timur : Kabupaten Labuhan Batu Utara
Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800,31 km2 yang terdiri dari luas dataran 3.793,71 km2\ dan luas perairan Danau Toba 6,60 km2. Kabupaten
(34)
Tapanuli Utara terdiri dari 15 Kecamatan. Adapun nama Kecamatan beserta luas (km2) masing-masing Kecamatan antara lain:
Tabel 4.1.1 Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menurut Kecamatan
No Kecamatan Luas (km2)
1 Parmonangan 257,35
2 Adiankoting 502,90
3 Sipoholon 189,20
4 Tarutung 107,68
5 Siatas Barita 92,92
6 Pahae Julu 165,90
7 Pahae Jae 203,20
8 Purbatua 191,80
9 Simangumban 150,00
10 Pangaribuan 459,25
11 Garoga 567,58
12 Sipahutar 408,22
13 Siborongborong 279,91
14 Pagaran 138,05
15 Muara 79,75
Jumlah 3.793,71
Sumber : Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014
Dari 15 Kecamatan yang ada, Kecamatan yang paling luas di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kecamatan Garoga dengan luas wilayah 567,58 km2 dan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Muara dengan luas wilayah 79,75 km2.
4.1.2 Kondisi Demografis
Pada tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebanyak 287.165 jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Siborongborong sebanyak 45.420 jiwa. Sementara, jumlah penduduk yang terkecil berada di Kecamatan Purbatua dengan jumlah penduduk sebanyak 7.366 jiwa. Kepadatan penduduk yang paling tinggi berada di Kecamatan Tarutung yaitu 377 jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di Kecamatan
(35)
Adiankoting dan Garoga yaitu 28/ km2. Jika dilihat secara keseluruhan, kepadatan penduduk di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013 sebesar 76 jiwa /km2. Untuk lebih jelasnya, jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.1.2a Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013
No Kecamatan Jumlah Penduduk
(jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/ Km2)
1 Parmonangan 13.389 52
2 Adiankoting 14.271 28
3 Sipoholon 22.898 121
4 Tarutung 40.620 377
5 Siatas Barita 13.434 145
6 Pahae Julu 12.078 73
7 Pahae Jae 10.869 53
8 Purbatua 7.366 38
9 Simangumban 7.507 50
10 Pangaribuan 27.496 60
11 Garoga 16.022 28
12 Sipahutar 25.232 62
13 Siborongborong 45.420 162
14 Pagaran 17.011 123
15 Muara 13.553 170
Jumlah 287.166 76
Sumber: Tapanuli Uatara Dalam Angka, 2014
Jumlah komposisi penduduk terbesar di Kabupate Tapanuli Utara berada pada usia 0–4 tahun yaitu sebanyak 36.789 jiwa. Sebaliknya, distribusi jumlah yang paling sedikit adalah pada usia 70 – 74 tahun yaitu sebanyak 5.099 jiwa. Berikut tabel jumlah penduduk menurut kelompok umur.
Tabel 4.1.2bJumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2013 No Kelompok Usia Laki-laki
(jiwa)
Perempuan (jiwa)
Jumlah Penduduk (jiwa)
1 0-4 18.773 17.986 36.789
2 5-9 18.010 17.025 35.035
3 10-14 16.838 16.079 32.917
(36)
Lanjutan Tabel 4.1.2b Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2013
No Kelompok Usia Laki-laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
Jumlah Penduduk (jiwa)
5 20-24 8.621 7.167 15.788
6 25-29 8.574 8.092 16.666
7 30-34 8.983 8.701 17.684
8 35-39 8.455 8.121 16.576
9 40-44 7.762 8.092 15.854
10 45-49 7.594 8.184 15.778
11 50-54 6.811 7.883 14.694
12 55-59 5.828 7.153 12.981
13 60-64 4.428 5.418 9.846
14 65-69 2.532 3.848 6.380
15 70-74 1.829 3.270 5.099
16 75+ 1.733 4.243 5.976
Jumlah 18.773 17.986 36.759
Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014
4.1.3 Sektor-sektor Perekonomian
1. Pertanian
Pada umumnya mata pencaharian penduduk Tapanuli Utara adalah bertani. Komoditi yang diusahakan bukan hanya komoditi padi, tetapi termasuk komoditi sayur-sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan, walaupun komoditi yang paling banyak diusahakan adalah komoditi padi. Padi sawah sebagai komoditi pangan dengan produksi terbesar yaitu 141.033 ton dengan luas panen 24.505 ha. Komoditi dengan produksi sayur-sayuran terbesar pada tahun 2013 adalah komoditi cabai merah dengan produksi sebesar 5.426,69 ton dengan luas panen 1.092 ha. Sedangkan buah-buahan Tapanuli Utara didominasi oleh komoditi nenas sebagai produksi terbesar. Data hasil beberapa komodiri pertanian Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
(37)
Tabel 4.1.3a Hasil Produksi Pertanian Tapanuli Utara tahun 2013
No Tanaman Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata
1 Padi Sawah 24.505 141.033,71 57,55
2 Padi Ladang 3.262 10.903,96 33,43
3 Jagung 4.434 21.375,74 48,21
4 Kacang Tanah 2.020 3.595,59 17,80
5 Ubi Kayu 1.833 32.476,44 177,18
6 Ubi Jalar 1.041 11.009,19 105,76
7 Cabai merah 1.092 5.426,69 49,68
8 Bawang Merah 67 449,57 49,68
10 Jeruk Keprok 350,78 5.010,24 142,83
11 Alpukat 120,00 754,55 62,88
12 Nenas 1.885,99 32.794,96 173,89
Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014
2. Peternakan
Pada sektor peternakan, penduduk Tapanuli Utara sebagian besar memelihara ternak besar seperti kerbau, sapi, kuda, dan ternak kecil seperti kambing, domba, dan babi. Sedangkan ternak unggas terdiri dari ayam dan itik. Selain ternak, penduduk juga sebagian besar membudidayakan ikan yaitu sebanyak 3.427 rumah tangga dengan hasil produksi 530,1 ton (Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014).
3. Perindustrian
Pemerintah Daerah Tapanuli Utara melalui Depperindag telah melakukan pembinaan secara berkesinambungan terhadap pengusaha melalui kegiatan seperti peningkatan keterampilan teknis dan desain produksi, peningkatan kemampuan teknologi, peningkatan kemampuan manajerial usaha, peningkatan kemampuan permodalan dan peningkatan promosi industri.
(38)
Tabel 4.1.3b Jumlah Perusahaan/ Usaha dan Tenaga Kerja Industri Kecil menurut Kecamatan dan Kelompok Industri
No Kecamatan Pangan Sandang dan
Kulit
Kimia dan Bahan Bangunan
Unit Tenaga Kerja
Unit Tenaga Kerja
Unit Tenaga Kerja
1 Parmonangan 6 13 17 32 6 19
2 Adiankoting 28 49 2 2 4 15
3 Sipoholon 68 120 24 26 20 124
4 Tarutung 110 236 947 1.853 50 143
5 Siatas Barita 18 46 926 1.955 4 8
6 Pahae Julu 26 41 32 32 6 17
7 Pahae Jae 47 65 7 10 3 6
8 Purbatua 10 23 3 4 1 2
9 Simangumban 13 21 6 8 21 37
10 Pangaribuan 67 122 4 4 7 26
11 Garoga 55 110 2 4 6 14
12 Sipahutar 33 57 5 7 6 14
13 Siborongborong 132 856 12 21 24 126
14 Pagaran 16 36 2 4 2 3
15 Muara 16 33 254 264 7 15
Tahun 2013 645 1.828 2.243 4.226 167 569 Sumber: Tapanuli Utara Dalam Angka, 2014
Pada tahun 2013, kelompok indusri pangan Tapanuli Utara mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.828 orang dengan jumlah industri pangan sebanyak 645 unit. Kelompok industri kimia dan bahan bangunan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 569 orang dengan jumlah industri sebanyak 167 unit. Sementara, kelompok industri sandang dan kulit merupakan kelompok industri yang menyerap tenaga kerja terbesar yaitu 4.226 orang dengan jumlah industri sebanyak 2.243 unit.
4. Pariwisata
Tapanuli Utara merupakan salah satu daerah dengan berbagai objek wisata. Berbagai objek wisata yang biasa dikunjungi misalnya, pemandian air panas
(39)
Sipoholon, panorama alam Huta Ginjang, Danau Toba, pantai Muara, air soda Tarutung dan tempat wisata rohani Salib Kasih.
Objek wisata merupakan tempat yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara, dan merupakan sentra pemasaran kacang Sihobuk yang sangat baik. Misalnya pada objek wisata pemandian air panas Sipoholon, outlet kacang Sihobuk berjejer di sepanjang daerah pemandian air panas dan hampir setiap rumah mendirikan outletnya maning-masing. Pengunjung pemandian air panas yang sebagian besar merupakan traveler biasanya akan mengonsumsi kacang Sihobuk setelah mandi air hangat dan membawanya sebagai oleh-oleh.
4.2 Industri Kacang Sihobuk Kabupaten Tapanuli Utara
Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu produsen kacang tanah terbesar di Sumatera Utara.
Tabel 4.2 Produksi Kacang tanah Sumatera Utara menurut asal kabupaten/kota pada tahun 2013
Kabupaten/Kota Luas Lahan
(Ha)
Produksi Kacang Tanah (Ton)
Rata-rata Produksi (kw/Ha) Kabupaten
Nias 5 4 7.44
Mandailing Natal 82 76 9.21
Tapanuli Selatan 468 530 11.33
Tapanuli Tengah 476 450 9.46
Tapanuli Utara 1638 2469 15.08
Toba Samosir 140 201 14.39
Labuhanbatu - - -
Asahan 130 146 11.21
Simalungun 1702 1819 10.69
Dairi 2178 2604 11.96
Karo 94 105 11.18
Deli Serdang 307 293 9.56
Langkat 628 943 15.01
Nias Selatan 62 50 8.02
(40)
Hasundutan
Pakpak Barat 62 65 10.42
Samosir 192 261 13.61
Serdang Bedagai 61 54 8.89
Batu Bara 38 34 8.83
Padang Lawas Utara 85 77 9.06
Padang Lawas 217 241 11.13
Labuhanbatu Selatan 51 52 10.26
Labuhanbatu Utara 29 30 10.36
Nias Utara 14 11 7.77
Nias Barat 10 8 7.83
Kota
Sibolga - - -
Tanjungbalai - - -
Pematangsiantar 5 5 10.05
Tebing Tinggi 4 4 9.32
Medan 89 75 8.39
Binjai 117 114 9.72
Padangsidempuan 82 85 10.31
Gunung Sitoli 2 2 7.89
Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka (2014)
Dari tabel 4.2 dapat dilihat jumlah produksi kacang tanah di Tapanuli Utara pada tahun 2013, yaitu sebesar 2.469 ton dengan luas lahan 1.638 Ha. Rata-rata produksi (produktivitas) kacang tanah di Tapanuli Utara sebesar 15.08, dan menunjukkan bahwa Tapanuli Utara merupakan daerah dengan produktivitas terbesar di Sumatera Utara. Memperhatikan kenyataan bahwa kacang tanah dapat tumbuh dengan baik di Tapanuli Utara dan pada dasarnya kacang tanah masih mempunyai peluang untuk ditingkatkan peranannya sebagai salah satu komoditi agribisnis dan agroindustri dalam bentuk makanan olahan. Untuk itu, pemerintah Tapanuli Utara mengupayakan tumbuhnya industri kecil di daerahnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan pasokan kacang tanah yang melimpah untuk diolah dalam industri kacang garing.
(41)
4.2.1 Sejarah Industri Kacang Sihobuk
Industri Kacang Sihobuk pada awalnya diproduksi di kawasan Desa Sihobuk (Kecamatan Tarutung). Industri Kacang Sihobuk ini bermula dari usaha sampingan dari beberapa keluarga yang menjual kacang garing ini sebagai penganan di pesta-pesta Batak di Tarutung, yang lama kelamaan berkembang menjadi jajanan yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh khas Tarutung.
Pada tahun 1984, terjadi bencana tanah longsor di kawasan Sihobuk. hal ini membuat Pemerintah Daerah Tapanuli Utara memindahkan sebagian penduduk yang terkena bencana ke kawasan Silangkitang, Kecamatan Sipoholon. Masyarakat yang dipindahkan tetap melanjutkan usahanya dengan memproduksi dan menjual kacang Sihobuk. Melihat potensi kacang Sihobuk sebagai oleh-oleh khas yang cukup diminati oleh wisatawan, penduduk lokal mulai ikut mengusahakan produksi kacang Sihobuk. Hasilnya dapat dilihat pada saat ini, kios/outlet kacang Sihobuk banyak berjejer di sepanjang jalan lintas dan kawasan Silangkitang dikenal banyak orang sebagai sentra industri kecil Kacang Sihobuk. Produk kacang Sihobuk ini biasanya dijual langsung di kios/outlet pinggir jalan dan beberapa pengusaha juga telah berhasil menjual produknya sampai keluar daerah seperti: Medan, Sibolga, Pekanbaru, bahkan hingga ke negara Malaysia.
4.2.2 Deskripsi Produksi Kacang Tanah Tapanuli Utara
Pola penanaman kacang tanah di Tapanuli Utara sebagian besar dilakukan dengan pola tumpang sari. Biasanya penanaman kacang tanah akan di tumpang sarikan dengan komoditi cabai merah, cabai rawit dan jagung. Lahan yang digunakan umumnya adalah lahan bekas penanaman padi. Sehingga, sebelum melakukan
(42)
penanaman kacang tanah, petani harus melakukan penggemburan tanah dan membersihkan lahan dari sisa-sisa jerami padi.
Kegiatan usahatani kacang tanah di Tapanuli Utara terdiri dari: a. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolahan lahan meliputi kegiatan membersihkan gulma serta sisa-sisa tanaman seperti sisa-sisa jerami padi, menggemburkan tanah sehingga sesuai dengan kondisi yang diperlukan oleh perakaran kacang tanah yaitu tanah yang gembur. Adapun tahap kegiatan pengolahan lahan untuk penanaman kacang tanah di lokasi penelitian adalah mencangkul, kemudian pembabatan, penggemburan tanah atau penggaruan lahan dan sebagian melakukan pembentukan bedengan.
b. Penanaman
Petani di lokasi penelitian melakukan penanaman dengan cara memasukkan 1 biji kacang tanah ke dalam tanah. Jarak tanam kacang tanah tidak terlalu diperhatikan, karena petani bisa memperkirakan jarak yang terbaik untuk jarak tanam kacang tanah. Pada umumnya jarak tanam kacang tanah di lokasi penelitian sekitar 10 – 15 cm.
c. Pemupukan
Budidaya tanaman kacang tanah di lokasi penelitian masih tergolong sangat sederhana, dilihat dari kebiasaan petani yang pada umumnya tidak melakukan pemupukan dasar. Hal tersebut karena lahan tergolong subur dan jumlah modal petani terbatas. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah tanaman kacang tanah berumur 3 minggu atau 1 bulan, dan kegiatan
(43)
pemupukan hanya dilakukan sekali saja untuk satu musim tanam. Jenis pupuk yang sangat umum dipakai oleh petani di lokasi penelitian adalah urea, NPK, SS, Phonska, TSP dan ZA. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ukuran dosis pupuk urea sebesar 13,10 kg/Ha, pupuk NPK sebesar 3,27 kg/Ha, pupuk SS 1,67 Kg/Ha, pupuk phonska sebesar 5,03 kg/Ha, pupuk TSP sebesar 4,06/Ha, dan pupuk ZA sebesar 0,13 kg/Ha. Uraian tersebut menunjukkan bahwa petani di lokasi penelitian belum memperhatikan ukuran dosis setiap pupuk.
d. Penyiangan
Kegiatan penyiangan dilakukan petani sebelum bunga kacang tanah mekar, hal ini bertujuan untuk menghindari rusaknya bunga kacang tanah. Kegiatan ini dilakuakan dengan cara melonggarkan tanah sekitar gulma dengan mennggunakan cangkul, lalu mencabut dengan tangan. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi banyak tidaknya gulma di areal usahatani kacang tanah. Umumnya penyiangan hanya sekali dalam satu kali musim tanam.
e. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Petani di lokasi penelitian tidak ada yang menggunakan zat-zat kimia untuk memberantas hama dan penyakit kacang tanah, karena yang menjadi musuh utama dalam membudidayakan kacang tanah di lokasi penelitian adalah hama tikus dan juga kera sehingga untuk mengatasi tikus petani cukup dengan membersihkan gulma di sekitar kacang tanah sementara untuk mengatasi kera, petani menghidupkan obor di sekitar lahan.
(44)
f. Panen
Pemanenan kacang tanah dilakukan setelah kacang tanah berusia 3 sampai 4 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah yang siap dipanen adalah daun tanaman kacang tanah sudah hampir kering dan luruh, dan usia kacang tanah juga menjadi petunjuk utama bagi petani untuk memanen kacang tanah. Bibit yang dipakai petani di lokasi penelitian adalah bibit varietas lokal yang memiliki usia panen 3,5 – 4 bulan.
g. Pencucian dan Penjemuran
Kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh petani adalah pencucian polong kacang tanah yaitu setelah kacang tanah dipanen, dilepaskan dari batangnya, kemudian dicuci dengan menggunakan keranjang bakul, kemudian dijemur. Kegiatan penjemuran pertama sekali dilakukan langsung dibawah terik matahari, kemudian di jemur di atas (langit-langit) rumah petani hingga kering, kemudian setelah sekitar 3 hari kacang tanah dimasukkan ke dalam goni lalu kacang tanah siap dijual. Kacang tanah yang siap dijual diangkut oleh pedagang pengumpul dengan tingkat harga per kaleng sama.
4.2.3 Proses Pembuatan Kacang Sihobuk
Pembuatan Kacang Sihobuk dilakukan dengan cara sederhana, antara lain: a. Tahap Penyortiran Pertama
Pada tahap pertama, dilakukan penyortiran terhadap kacang tanah yang diperoleh dari beberapa supplier kacang tanah, seperti kacang tanah dari Kecamatan Tarutung, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Pahae dan dari beberapa kecamatan lagi di Tapanuli Utara. baik dari petani kacang tanah
(45)
atau dari supplier adalah kacang tanah yang sudah dicuci dan dikeringkan. Pada tahap ini, penyortiran dilakukan untuk membuang kacang tanah yang kosong.
b. Tahap Perendaman
Kacang tanah yang sudah disortir kemudian direndam selama + 12 jam. Biasanya perendaman dilakukan pada pukul 18.00 WIB. Kemudian keesokan harinya pada akan dilakukan penggongsengan pada pukul 05.00 WIB atau 06.00 WIB. Tujuan perendaman ini adalah untuk mendapatkan rasa yang tidak tawar pada kacang garing. Sehingga setelah dilakukan perendaman dengan waktu yang tepat, kacang garing akan mendapatkan rasa asin dan manis.
c. Tahap Penggongsengan
Kacang yang sudah direndam kemudian digongseng di dalam kuali yang besar dengan berat + 10 kilogram, ketebalan 1 cm, dan diameter mencapai setengah meter. Pada saat menggongseng, pasir dimasukkan kedalam kuali, sehingga kacang tanah akan bercampur dengan pasir. Tujuan penggongsengan dengan pasir adalah untuk mendapatkan kacang yang garing, dan inilah yang membedakan kacang garing dengan kacang-kacang yang lainnya. Meskipun kacang digongseng dengan pasir, pasir tidak akan masuk kedalam kacang dan tetap aman untuk dikonsumsi. Kacangt tanah digongseng selama + 2,5 jam tanpa henti. Jika si penggongseng berhenti, maka kacang tidak akan masak secara merata.
(46)
d. Tahap Penyortiran Kedua
Kemudian kacang yang sudah digongseng kemudian disortir kembali. Kacang yang memiliki cacat disingkirkan, sehingga kacang yang akan dikepak nantinya benar-benar merupakan kacang yang bagus.
e. Tahap Pengepakan
Kacang yang baik yang dipilih kemudian dimasukkan ke dalam kemasan transparan yang telah dimasukkan label kacang Sihobuk dengan ukuran ¼ kg, ½ kg, 1 kg, dan bahkan ada yang dijual dalam kaleng. Sedangkan yang kurang baik dikupas dan dijual dalam bentuk kacang tanpa kulit.
4.2.4 Pemasaran Kacang Sihobuk
Kacang Sihobuk umumnya dipasarkan dengan mendirikan outlet di depan rumah dan menjejerkan produk kacang Sihobuk tersebut di papan yang telah dibentuk menyerupai anak tangga. Secara umum, konsumen kacang Sihobuk adalah para wisatawan (traveler), perantau yang kembali ke kampung halaman dan masyarakat sekitar yang membeli kacang Sihobuk sebagai oleh-oleh pada saat akan bepergian keluar daerah.
Lokasi pemasaran Kacang Sihobuk sebagian besar berada di lingkungan strategis yaitu dengan memanfaatkan jalan lintas Sumatera dan dekat dengan berbagai objek wisata.
Melihat di Tapanuli Utara terdapat banyak sektor pariwisata yang mengundang banyak pengunjung baik pengunjung lokal, interlokal maupun dari mancanegara, maka sebagian besar pemasaran kacang Sihobuk dilakukan dekat dari objek wisata tersebut. Pada sepanjang wilayah pemandian air panas Sipoholon hampir
(47)
setiap rumah menjejerkan outlet-outlet kacang Sihobuk untuk memudahkan dan menarik minat beli pengunjung pemandian. Pada objek wisata rohani Salib Kasih, pemasar memasarkan kacang Sihobuknya di kaki bukit. Sehingga akan mudah menarik minat beli pengunjung yang membeli kacang Sihobuk untuk dikonsumsi sebagai cemilan pada saat sedang mendaki atau dikonsumsi di puncak. Untuk objek wisata Huta Ginjang Muara, kacang Sihobuk dipasarkan disekitar perumahan menuju Huta Ginjang dan bahkan ada pedagang yang menjajakan langsung dengan membawa kacang Sihobuk dalam tas besar dan menawarkannya kepada pengunjung yang sedang duduk bersantai menikmati pemandangan Danau Toba.
Selain dengan memanfaatkan objek wisata, pemasaran kacang Sihobuk juga dilakukan di loket-loket bus dan SPBU karena dapat menarik minat beli konsumen lebih banyak terutama bagi konsumen yang akan bepergian atau yang sedang dalam perjalanan.
4.3 Karakteristik Sampel dalam Penelitian
Penelitian ini mengambil responden dari konsumen yang datang di beberapa outlet di sepenjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara. Pengambilan data responden dilakukan dengan cara mendatangi outlet kacang Sihobuk yang dituju kemudian meminta ijin kepada konsumen yang datang untuk mencoba kacang Sihobuk yang telah disediakan, selanjutnya peneliti menjelaskan mengenai atribut kacang Sihobuk dan meminta pendapat responden terhadap masing-masing taraf. Berdasarkan penelitian, konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
(48)
1. Jenis Kelamin Responden
Persentasi responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52% dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 48%..
Gambar 2. Diagram Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin(%)
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
2. Usia Responden
Persentasi responden yang berusia pada rentang 16-20 tahun sebanyak 2%, usia 21-25 tahun sebanyak 36%, usia 26-30 tahun sebanyak 26%, usia 31-35 tahun sebanyak 12%, usia 36-40 tahun sebanyak 12%, usia 41-48 tahun sebanyak 8%, usia 49-54 tahun sebanyak 2% dan usia ≥55 tahun sebanyak 2%.
Gambar 3. Diagram Responden Berdasarkan Usia (%)
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
52% 48%
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
2% 36% 26%
12% 12%
8% 2% 2%
Usia
16-20 21-25 26-30 31-35 36-40 41-48 49-54
(49)
3. Pendidikan Terakhir
Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden dengan pendidikan akhir SD/SMP sebanyak 2% dari total responden, responden dengan pendidikan akhir SMA/SMK sebanyak 32%, responden dengan pendidikan akhir Diploma/Akademik sebanyak 14%, responden dengan pendidikan akhir S1 sebanyak 46% dan responden dengan pendidikan akhir S2/S3 sebanyak 5%.
Gambar 4. Diagram Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir (%)
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
4. Status
Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden yang berstatus pelajar/ mahasiswa sebanyak 18%, persentasi responden yang berstatus wirausaha sebanyak 10%, persentasi responden yang berstatus ibu rumah tangga sebanyak 4%, persentasi responden yang berstatus pegawai swasta sebanyak 42%, persentasi responden yang berstatus pegawai negeri sebanyak 8%, persentasi responden yang berstatus petani sebanyak orang
2%
32%
14% 46%
6%
Pendidikan Terakhir
SD/SMP SMA/SMK
Diploma/Akademi S1
(50)
6%, persentasi responden yang berstatus pedagang 6%, dan persentasi responden yang belum bekerja sebanyak 6%.
Gambar 5. Diagram Responden Berdasarkan Status Pekerjaan (%)
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
5. Total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kacang Sihobuk (setiap pembelian):
Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden yang mengeluarkan biaya sebanyak <Rp.50.000 untuk pembelian kacang Sihobuk sebanyak 40%, persentasi responden yang mengeluarkan biaya sebanyak Rp.50.000 – Rp.100.000 untuk pembelian kacang Sihobuk sebanyak 44%, persentasi responden yang mengeluarkan biaya sebanyak Rp.100.000-Rp.200.000 untuk pembelian kacang Sihobuk sebanyak 14%, persentasi responden yang mengeluarkan biaya > Rp.200.000 untuk pembelian kacang Sihobuk sebanyak 2%.
18%
10%
4% 42%
8%
6% 6%
6%
Status Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa Wirausaha
Ibu Rumah Tangga Pegawai Swasta Pegawai Negeri Petani
Pedagang Belum Bekerja
(51)
Gambar 6. Diagram Responden Berdasarkan Total Biaya yang dikeluarkan seiap pembelian(%)
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
6. Alasan Pembelian Kacang Sihobuk
Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk dikonsumsi langsung sebanyak 24%, persentasi responden yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk oleh-oleh sebanyak 28%, persentasi responden yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk konsumsi langsung dan untuk oleh-oleh sebanyak 46%, dan persentasi responden yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk dijual kembali sebanyak 2%.
Gambar 7. Diagram Responden Berdasarkan Alasan Responden Melakukan Pembelian(%)
Sumber: Analisis Data Primer, 2015 40% 44%
14% 2%
Total biaya yang dikeluarkan setiap pembelian
<Rp.50.000 Rp.50.000-Rp.100.000 Rp.100.000-Rp.200.000 >Rp.200.000
24% 28% 46%
2%
Alasan melakukan pembelian Kacang Sihobuk
Ingin mencoba/ konsumsi langsung Oleh-oleh
Konsumsi langsung dan Oleh-oleh Dijual kembali
(52)
7. Rata-Rata Pendapatan konsumen per bulan
Berdasarkan penelitian, diperoleh persentasi responden yang memiliki pendapatan rata-rata <Rp. 500.000 per bulan sebanyak 10%%, persentasi responden yang memiliki pendapatan rata-rata Rp. 500.000- Rp. 1.000.000 per bulan sebanyak 28%, persentasi responden yang memiliki pendapatan rata-rata Rp. 1.000.000- Rp. 2.000.000 per bulan sebanyak 34% dan persentasi responden yang memiliki pendapatan rata-rata >Rp. 2.000.000 per bulan sebanyak 10%.
Gambar 8. Diagram Responden Berdasarkan Rata-rata Pendapatan per bulan (%)
Sumber: Analisis Data Primer, 2015 10,00%
28%
34,00% 28%
Rata-rata Pendapatan per bulan
<Rp. 500.000 Rp. 500.000-Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000-Rp. 2.000.000 >Rp. 2.000.000
(53)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Nilai kegunaan merupakan setiap pendapat responden yang dinyatakan dengan angka dan menjadi dasar dalam analisis konjoin (Santoso, 2010). Pada penelitian analisis preferensi konsumen ini dengan metode konjoin, menghasilkan nilai kegunaan yang menggambarkan penilaian konsumen terhadap setiap level atribut dengan angka positif dan negatif yang menunjukkan tingkat preferensi konsumen. Nilai positif dan yang paling besar menunjukkan level atribut yang disukai konsumen, dan yang bernilai negatif tidak banyak disukai konsumen.
Berikut ini hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan proses analisis conjoint. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari overall statistics pada SPSS.
Tabel 5.1 Hasil Analisis Conjoint pada kacang Sihobuk Overall Statistics
Utilities
Utility Estimate
Std. Error
Rasa Manis asin .171 .031
Manis .076 .031
Asin -.154 .031
Tawar -.094 .031
Berat per kemasan
6 kiloan -.214 .031
1 kiloan .096 .031
1/2 kiloan .121 .031
(54)
Lanjutan Tabel 5.1 Hasil Analisis Conjoint pada kacang Sihobuk Utilities Utility Estimate Std. Error Harga per kemasan
Rp.5.000- Rp8.000 .046 .031 Rp.10.000- Rp.18.000 .106 .031 Rp.20.000- Rp.35.000 .031 .031 Rp.160.000-
Rp.200.000
-.184 .031 Aroma
Khas
Kuat .009 .018
Sedang -.009 .018
Tampilan Kacang
Dengan kulit .221 .018
Tanpa kulit -.221 .018
Desain Kemasan
Menarik dan spesifik .176 .018
Sederhana -.176 .018
Layanan Tambahan Dalam Penjualan
Parkiran dan toilet .015 .024
Minuman olahan -.075 .028
Parkiran toilet dan minuman olahan
.060 .028
(constant) 3.760 .019
Sumber: Lampiran 4
Selain hasil analisis conjoint untuk melihat kombinasi level atribut kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen seperti tabel 5.1, di bawah ini juga ditampilkan hasil dari nilai korelasi pada proses conjoint terhadap kacang Sihobuk. Nilai korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat keakuratan prediksi pada proses conjoint.
Tabel 5.2 Nilai Korelasi Hasil Analisis Conjoin Correlationsa
Value Sig.
Pearson's R .999 .000
Kendall's tau .967 .000
Kendall's tau for Holdouts 1.000 .021 a. Correlations between observed and estimated preferences
(55)
5.2. Pembahasan
5.2.1. Preferensi Konsumen terhadap Kombinasi Kacang Sihobuk
Kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen dapat dilihat dari nilai kegunaan (utility values) yang paling besar diantara level / taraf pada masing – masing atribut. Berdasarkan hasil penelitian kacang Sihobuk yang disukai oleh konsumen yaitu ditinjau dari :
1. Rasa
Rasa kacang Sihobuk pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan rasa manis asin. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1 dimana pada atribut kacang Sihobuk, taraf rasa manis memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar positif diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,171. Alasan konsumen menyukai rasa manis asin adalah karena rasa manis asin terlalu dominan manis atau asin dan merupakan rasa khas yang dimiliki kacang Sihobuk. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut rasa pada analisis conjoint :
Gambar 8. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Rasa
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
Taraf manis memiliki nilai kegunaan sebesar 0.076. Sementara taraf asin dan tawar masing-masing sebesar -0.154 dan -0.094.
manis
asin manis asin tawar Utility 0,171 0,076 -0,154 -0,094
-0,2 -0,1 0 0,1 0,2
Rasa
(56)
2. Berat per kemasan
Berat per kemasan kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan berat ½ kiloan. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1 dimana pada atribut berat per kemasan, taraf ½ kiloan memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,121. Kesukaan konsumen pada taraf berat ½ kiloan ini dipengaruhi oleh alasan sebagian besar konsumen yang melakukan pembelian kacang Sihobuk untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Menurut konsumen perantau, oleh-oleh dengan berat ½ kiloan per kemasan merupakan ukuran yang paling tepat untuk dibeli dalam jumlah banyak dan dibagikan kepada rekan-rekan yang berada di daerah perantauan. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut berat per kemasan pada analisis conjoint :
Gambar 9. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Berat per kemasan
Sumber: Analisis Data Primer,2015
3. Harga per kemasan
Harga per kemasan kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan harga per kemasan Rp.10.000- Rp.18.000. Hasil tersebut dapat dilihat di tabel 5.1 dimana harga per kemasan Rp.10.000- Rp.18.000 memiliki
6 kiloan
1 kiloan
1/2 kiloan
1/4 kiloan Utility -0,214 0,096 0,121 -0,004
-0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2
B
er
at
p
er
K
em
asan
(57)
nilai kegunaan terbesar diantara taraf harga per kemasan yang lain yaitu dengan nilai sebesar 0,106. Kesukaan konsumen pada taraf harga Rp. 10.000- Rp.18.000 ini dipengaruhi oleh tingkat rata-rata pendapatan konsumen yang masih tergolong menengah. Selain itu, pemilihan konsumen pada taraf ini dipengaruhi oleh berat per kemasan yang dibutuhkan konsumen, yaitu berat ½ kiloan per kemasan. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut harga per kemasan kacang Sihobuk pada analisis conjoint :
Gambar 10. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Harga per kemasan
Sumber: Analisis Data Primer,2015
4.Tampilan Kacang
Tampilan kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah tampilan kacang Sihobuk dengan kulit. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1 dimana pada atribut tampilan kacang, taraf dengan kulit memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,221. Kesukaan konsumen pada taraf tampilan kacang dengan kulit ini dipengaruhi oleh jaminan kebersihan kacang Sihobuk dengan kulit. Berdasarkan penelitian, konsumen yang memilih
Rp.5.000-Rp8.000
Rp.10.000-Rp.18.000
Rp.20.000-Rp.35.000
Rp.160.000 -Rp.200.000
Utility 0,046 0,106 0,031 -0,184
-0,2 -0,15 -0,1 -0,05 0 0,05 0,1 0,15
Har
ga pe
r
K
em
asan
(58)
kacang Sihobuk dengan kulit umumnya belum yakin dengan kebersihan kacang tanpa kulit. Berikut ini grafik nilai kegunaan atribut tampilan kacang pada analisis conjoint :
Gambar 11. Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Tampilan Kacang
Sumber: Analisis Data Primer,2015
5. Desain Kemasan
Desain Kemasan kacang Sihobuk yang menjadi pilihan konsumen ialah kacang Sihobuk dengan desain yang menarik dan spesifik. Hasil ini dapat dilihat di tabel 5.1 dimana pada atribut desain kemasan, taraf menarik dan spesifik memiliki nilai kegunaan (utility values) terbesar diantara taraf yang lain yaitu sebesar 0,176. Kesukaan konsumen pada taraf desain kemasan menarik dan spesifik dipengaruhi oleh keinginan konsumen agar produsen berinovasi dan keinginan konsumen untk mendapatkan informasi mengenai kacang Sihobuk. Desain kemasan kacang Sihobuk yang diinginkan konsumen yaitu desain kekhasan Tapanuli seperti gambar rumah batak, gorga atau ulos dan terdapat komposisi kacang Sihobuk, nomor izin Depkes, tanggal pembuatan, tanggal kedaluarsa, kandungan gizi dan
Dengan kulit
Tanpa kulit
Utility 0,221 -0,221
-0,3 -0,2 -0,1 0 0,1 0,2 0,3
T
am
p
il
an
K
ac
an
g
(1)
ABSTRAK
Yohana K. Sinaga (110304066) dengan judul skripsi “Preferensi Konsumen
Terhadap Kacang Sihobuk”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian ini menganalisis preferensi konsumen terhadap Kacang Sihobuk. Atribut kacang Sihobuk yang digunakan dalam penelitian adalah rasa, berat per kemasan, harga per kemasan, aroma khas, tampiklan kacang, desain kemasan dan layanan tambahan dalam penjualan.
Penelitian ini dilakukan di Outlet kacang Sihobuk yang terletak di sepanjang Jalan Balige , Kabupaten Tapanuli Utara, dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra pemasaran kacang Sihobuk. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 sampe. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-Probability Sampling yaitu dengan teknik Accidental sampling. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada konsumen kacang Sihobuk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Conjoint.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen memilih kacang Sihobuk dengan Spesifikasi rasa manis asin, berat per kemasan ½ kiloan, harga per kemasan Rp. 10.000- Rp.18.000, aroma khas kuat, tampilan kacang dengan kulit, desain kemasan menarik dan spesifik, layanan tambahan dalam penjualan tersedianya parkiran dan toilet serta menyediakan minuman olahan seperti kopi dan teh. Urutan atribut kacang Sihobuk yang dianggap penting oleh konsumen yaitu pertama rasa, kedua berat per kemasan, ketiga harga per kemasan, keempat tampilan kacang, kelima desain kemasan, keenam layanan tambahan dalam
penjualan, dan terakhir aroma khas. Nilai korelasi Pearson’s dan Kendall’s Tau
0,000 (<0,05), interpretasinya adalah adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint. Nilai korelasi Kendall’s Tau for Holdouts dimana Holdouts
merupakan stimuli penguji hasil yang didapat dari proses conjoint bernilai 0,021 (sign.< 0,05) artinya bahwa kacang Sihobuk yang menjadi preferensi konsumen sampel dapat menggambarkan preferensi konsumen secara keseluruhan (populasi).
(2)
RIWAYAT HIDUP
Yohana K. Sinaga lahir di Desa Silangit pada tanggal 22 Desember 1993. Anak ke enam dari tujuh bersaudara dari pasangan Jamaniur Sinaga dan Mangalinda Butar-butar.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar di SD Inpres 177047 Silangit dan tamat tahun 2005.
2. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Siborongborong dan tamat tahun 2008.
3. Tahun 2008 masuk Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Negeri 1 Siborongborong dan tamat tahun 2011.
4. Tahun 2011 diterima di Program Studi Agribisnis , Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui SBMPTN ( Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) tertulis.
5. Bulan Agustus hingga September 2014 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Karang Gading, Kecamatan Secanggang, Kab. Langkat.
6. Bulan Agustus 2015 melakukan penelitian skripsi di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2Landasan Teori ... 11
2.3 Penelitian Terdahulu ... 17
2.4 Kerangka Pemikiran ... 19
2.5 Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22
3.2 Populasi dan Sampel ... 23
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.4 Metode Analisis Data ... 24
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 37
3.5.1 Defenisi ... 37
3.5.2 Batasan Operasional ... 38
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 39
4.1 Gambaran Umun Daerah Penelitian ... 39
4.1.1 Kondisi Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara ... 39
(4)
4.2 Industri Kacang Sihobuk Kabupaten Tapanuli Utara
4.2.1 Sejarah Industri Kacang Sihobuk ... 47
4.2.2 Deskripsi Produksi Kacang Tanah Tapanuli Utara ... 47
4.2.3 Proses Pembuatan Kacang Sihobuk ... 50
4.2.4 Pemasaran Kacang Sihobuk ... 52
4.3 Karakteristik Sampel Dalam Penelitian ... 53
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58
5.1 Hasil ... 58
5.2 Pembahasan ... 60
5.2.1 Preferensi Konsumen Terhadap Kombinasi Atribut Kacang Sihobuk ... 60
5.2.2 Urutan Atribut Kacang Sihobuk Menurut Preferensi Konsumen ... 66
5.2.3 Tingkat Keakuratan Prediksi Model Hasil Analisis Conjoint ... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 71
6.1 Kesimpulan ... 71
6.2 Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(5)
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
Tabel 3.1 Nama Kecamatan Dan Jumlah Outlet Kacang Sihobuk
22
Tabel 3.2 Data Stimuli atribut Kacang Sihobuk 30 Tabel 3.3 Acuan Penilaian Preferensi Konsumen 32 Tabel 3.4 Pemberian Rating pada Stimuli Kacang Sihobuk 33 Tabel 3.5 Bentuk Hasil Analisis Conjoint pada kacang
Sihobuk
35 Tabel 4.1.1 Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menurut
Kecamatan
40
Tabel 4.1.2a Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2013
41
Tabel 4.1.2b Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2013
41
Tabel 4.1.3a Hasil Produksi Pertanian Tapanuli Utara tahun 2013 43 Tabel 4.1.3b Jumlah Perusahaan/ Usaha dan Tenaga Kerja
Industri Kecil menurut Kecamatan dan Kelompok Industri
44
Tabel 4.2 Produksi Kacang Tanah Sumatera Utaramenurut asal kabupaten/kota pada tahun 2013
45 Tabel 5.1 Hasil Analisis Conjoint pada kacang Sihobuk 58 Tabel 5.2 Nilai Korelasi Hasil Analisis Conjoint 59 Tabel 5.3 Nilai Kepentingan (importance values) Atribut
Kacang Sihobuk
67
(6)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Preferensi konsumen kacang Sihobuk di Outlet Kacang Sihobuk Sepanjang Jalan Balige, Kabupaten Tapanuli Utara.
20
Gambar 2 Diagram Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin(%)
54 Gambar 3 Diagram Responden Berdasarkan Usia (%) 54 Gambar 4 Diagram Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir (%)
55 Gambar 5 Diagram Responden Berdasarkan Status Pekerjaan
(%)
56
Gambar 6 Diagram Responden Berdasarkan Total Biaya yang dikeluarkan seiap pembelian(%)
57
Gambar 7 Diagram Responden Berdasarkan Alasan Responden Melakukan Pembelian(%)
57
Gambar 8 Diagram Responden Berdasarkan Rata-rata Pendapatan per bulan
58 Gambar 9 Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf
Atribut Rasa
61
Gambar 9 Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Berat per kemasan
62
Gambar 10 Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Harga per kemasan
63
Gambar 11 Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Tampilan Kacang
64 Gambar 12 Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf
Atribut Tekstur Biji Kacang
65
Gambar 13 Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf Atribut Layanan Tambahan Dalam Penjualan
66 Gambar 14 Diagram Nilai Kegunaan Masing-masing Taraf
Atribut Aroma Khas