melalui jalan ini mendorong penduduk setempat dan pendatang untuk membuka usaha misalnya rumah makan restoran dan usaha makananminuman lainnya.
Jl. M
ela n
th o
n S
ire g
ar Jl.
B ah
K or
a Jl
.C is
ad an
e Jl
. F ar
el P
as ar
ib u
Jl . M
an gg
a Gg
. C en
gk eh
Jl . S
ip ah
ut ar
Jl . N
ia s
Jl . N
ia s
ke P
u s
a t K
o ta
P .S
ia n
ta r
P.SIANTAR
Gambar 5.12. Aksessibilitas Jalan Melanthon Siregar
MANDOGE KISARAN
T. JAWA
Sumber : Hasil Analisis b. Faktor Kawasan Sekitar Hinterland
Berbagai fasilitas perkantoran milik pemerintah dan militer antara lain perkebunan PTPN IV dan rumah sakit milik perkebunan tersebut, Batalyon 121TS dan
pasar Tanah Jawa yang terletak di wilayah Kabupaten Simalungun yang merupakan kawasan hinterland Kota Pematangsiantar juga sebagai faktor eksternal yang
mendorong terjadinya proses urban sprawling di koridor Jalan Melanthon Siregar, dimana masyarakat yang bermukim di kawasan hinterland tersebut umumnya
melakukan aktivitas ekonomi belanja kebutuhan sehari-hari adalah di kawasan perdagangan yang terletak di sepanjang di koridor Jalan Melanthon Siregar.
Universitas Sumatera Utara
Jl. M
ela n
th o
n S
ire g
ar Jl.
B ah
K or
a Jl
.C isa
da ne
Jl . F
ar el
P as
ar ib
u Jl
. M an
gg a
G g.
C en
gk eh
Jl . S
ip ah
ut ar
Jl . N
ia s
Jl . N
ia s
k e
P u
s a
t K o
ta P
.S ia
n ta
r
RS. Harapan
Gambar 5.13. Fasilitas di Kawasan Hinterland
Kantor PTPN
IV Pasar
Pekan T. Jawa
RS. Balimbingan
Yonif 121
Sumber : Hasil Analisis
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Type proses perembetan perluasan kekotaan yang terjadi di wilayah pinggiran Kota Pematangsiantar pada umumnya adalah Type Perembetan Linier linierribbonaxial
development dimana jenis perembetannya adalah mengikuti jalur transportasi yang
ada, walaupun disebagian kecil wilayah pinggirannya terjadi juga tipe perembetan meloncat yang terjadi secara sporadis di kawasan-kawasan pertanian.
2. Proses pemekaran fisik kota terhadap perubahan karakteristik penggunaan lahan yang paling signifikan adalah konversi lahan pertanian menjadi built up area sebesar
58.100 m2 atau 26,69 , sedangkan tanah kosong mengalami perubahan guna lahan menjadi built up area sebesar 22.200 m2 atau 10,27 . Perubahan karakteristik
bangunan umumnya adalah terjadinya bentuk bangunan renovasi menjadi rumah kios dengan fungsi ganda yaitu tempat tinggal dan fungsi komersil perdagangan,
sedangkan perubahan karakteristik sirkulasi adalah peningkatan lebar jalan dari 5,00 m menjadi 7,00 m dengan kondisi jalan hotmix dan peningkatan jumlah trayek bus
yang melalui jalur jalan Melanthon Siregar. Aspek non fisik, yaitu adanya jenis mata pencaharian penduduk terjadi perubahan
yang sangat signifikan yaitu petani pada tahun1990 mencapai 23,40 pada tahun 2010 menjadi 0 , sedangkan jumlah pedagang dan wiraswasta berkembang dari
36,17 menjadi 58,97 .
Universitas Sumatera Utara