Kesalaan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016

(1)

GANESHA OPERATION CENGKARENG, JAKARTA BARAT

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh AMSARI NIM 1110013000089

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Penelitian ini menganalisis kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskripsi pada siswa bimbingan belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat tahun pelajaran 2015/2016. Analisis kesalahan merupakan prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa untuk mengidentifikasi kesalahan yang dibuat siswa melalui beberapa tahap, yaitu mengumpulkan data, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat di dalam data, menjelaskan kesalahan, mengklasifikasikan kesalahan, dan menilai taraf keseriusan kesalahan. Tanda baca merupakan tanda-tanda ekstra lingual yang diterapkan dalam bahasa tulis. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang berkaitan dengan segala sesuatu yang ditangkap atau diserap oleh pancaindera. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan penggunaan tanda baca di dalam paragraf deskripsi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk membuat gambaran yang akurat dan apa adanya mengenai bentuk-bentuk kesalahan penggunaan tanda baca di dalam paragraf deskripsi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa bimbingan belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat yang berjumlah 10 siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada siswa yang melakukan kesalahan penggunaan tanda baca dalam menulis paragraf deskripsi. Bentuk kesalahannya, yaitu kesalahan penggunaan tanda titik dengan persentase kesalahan 40 %, kesalahan penggunaan tanda koma dengan persentase terbesar 55 %, dan kesalahan penggunaan tanda hubung dengan persentase terkecil 5 %. Tidak terdapat kesalahan pada penggunaan titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda pisah ( ), tanda elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((...)),

tanda kurung siku ([...]), tanda petik (“...”), tanda petik tunggal („...‟), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat/apostrof (‟). Dengan demikian, masih terdapat

kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskripsi pada siswa bimbingan belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat tahun pelajaran 2015/2016.


(6)

ii

This study analyzes using punctuation errors in paragraph description ofGanesha Operation Course Level Junior High School inCengkareng, West Jakarta in academic year 2015/2016. The error analysis is a working procedure used by the researcher or teacher to identify mistakes made students through several stages, which collects data, identify errors contained in the data, explaining the error, the error classifying, and assessing the level of seriousness of the error. Punctuation is extra lingual signs are applied in written language. Paragraph description is a paragraph that deals with everything captured or absorbed by the senses. This study aimed to describe forms of improper use of punctuation in a paragraph description.

The method used in this research is descriptive qualitative, which aims to create an accurate picture and what about other forms of improper use of punctuation in paragraph description. The data collection technique using the test. Subjects in this study were students at the Ganesha Operation Course Level Junior High School inCengkareng, West Jakarta total 10 students.

The results of this study indicate that there are students who make mistakes use of punctuation in writing a paragraph description. Forms of guilt, namely misapplication of the colon with a percentage of 40% error, improper use of commas with the largest percentage of 55%, and an error use of hyphens with the smallest percentage of 5%. There are no errors in the use of the semicolon (;), colon (:), dash (-) sign ellipsis (...), the question mark (?), Exclamation mark (!), Parentheses ((.. .)), brackets ([...]), quotation marks ( "..."), single quotes ( '...'), the slash (/), and apostrophe / apostrophe ( ' ). Thus, there is still errors in paragraph description ofGanesha Operation Course Level Junior High School inCengkareng, West Jakarta in academic year 2015/2016.


(7)

iii

iman dan islam, serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wassalam beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya.

Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar skripsi ini menjadi karya yang lebih baik lagi.

Proses penulisan skripsi ini tentu saja banyak menemui hambatan dan kendala. Semua itu tidak akan teratasi tanpa bantuan dan dukungan dari beberapa pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;

2. Makyun Subuki, M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melancarkan penyelesaian skripsi ini;

3. Dr. Hindun, M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan bagi penulis selama ini. Terima kasih atas semangat, arahan, dan kesabaran Ibu selama membimbing penulis;

4. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;


(8)

iv

yang telah memberikan kasih sayang , doa, dukungan yang luar biasa kepada penulis;

7. Istri tercinta, Leny Hikmah Rentiana, S.S. yang selalu memberikan doa dan semangat dalam penulisan skripsi ini;

8. Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2010 yang telah memberikan dukungannya dalam penulisan skripsi ini;

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pada diri penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemajuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Jakarta, 12 Mei 2016 Penulis


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORETIS A.Kajian Teori 1. Tanda Baca ... 9

a. Pengertian Tanda Baca ... 9

b. Penggunaan Tanda Baca ... 10

2. Paragraf ... 30

a. Pengertian Paragraf ... 30

b. Syarat-Syarat Paragraf ... 32

c. Ciri-Ciri dan Fungsi Paragraf ... 33

d. Jenis-Jenis Paragraf ... 35

3. Paragraf Deskripsi ... 36

a. Pengertian Paragraf Deskripsi ... 36


(10)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

B.Metode Penelitian ... 47

C.Populasi dan Sampel ... 48

D.Teknik Pengumpulan Data ... 49

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 49

F. Langkah Analisis Data ... 51

G.Instrumen Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 55

B.Analisis dan Interpretasi Data ... 62

BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS


(11)

vii

Nomor Karangan ... 55 Tabel 4.2 Kategori Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 55 Tabel 4.3 Klasifikasi Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 57 Tabel 4.4 Deskripsi Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 58 Tabel 4.5 Analisis Kesalahan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 62 Tabel 4.6 Persentase Kesalahan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 69 Tabel 6.1 Tabel Uji Referensi ... 74


(12)

viii

Lampiran 3 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 : Profil bimbingan belajar Ganesha Operation

Lampiran 5 : Agenda kelas bimbingan belajar Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat

Lampiran 6 : Hasil paragraf deskripsi siswa bimbingan belajar tingkat SMP Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Lampiran 7 : Biodata Penulis


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Ilmu bahasa dan sastra berfungsi sebagai pendukung pengembangan keterampilan berbahasa peserta didik. Pengembangan keterampilan berbahasa akan optimal apabila dipraktikkan dalam serangkaian pelatihan dan tugas yang ditindaklanjuti. Oleh karena itu, praktik berbahasa peserta didik menjadi tuntutan utama bagi pendidk atau guru.

Pengajaran bahasa merupakan kunci sukses bagi segala kegiatan pendidikan. Pengetahuan itu dapat tersampaikan karena bahasa. Tanpa bahasa, semua pengetahuan yang hendak disampaikan sia-sia. Oleh karena itu, bahasa menjadi media penyampaian pengetahuan dalam kegiatan pendidikan.

Pembelajaran bahasa yaitu belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.

Berkenaan dengan hal tersebut, guru harus mampu menjadi penyedia wahana berbahasa peserta didik. Dalam pembelajaran, peserta didik harus melakukan praktik berbahasa, baik mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Praktik berbahasa tersebut harus ditindaklanjuti sampai tuntas sehingga memberikan pencerahan dalam pengembangan logika, etika, dan estetika peserta didik.

Bahasa merupakan alat komunikasi yang berwujud lisan dan tulisan yang dipergunakan oleh perorangan maupun kelompok. Tanpa ada bahasa berarti tidak


(14)

ada masyarakat atau lingkungan sosial. Bahasa berfungsi di tengah kehidupan manusia yang nantinya akan membentuk masyarakat atau kelompok sosial tertentu.

Bahasa tulis memiliki karakteristik berbeda dengan karakteristik bahasa lisan. Di dalam bahasa lisan, orang akan lebih mudah untuk memahami maksud penutur pengucapnya. Hal ini dikarenakan adanya intonasi pada pengucapan kalimat-kalimat yang dituturkan. Dalam bahasa tulis, penulis hendaknya menguasai tata cara penulisan, termasuk di dalamnya tanda baca yang berfungsi sebagai intonasi atau jeda dalam tulisan agar mudah dipahami.

Tanda baca merupakan alat bantu berupa tanda-tanda baca untuk memperjelas maksud serta tujuan yang terkandung dari bahasa itu sendiri. Tanpa adanya tanda baca, suatu bahasa akan sangat sulit memfungsikan dirinya sebagai sarana komunikasi. Jadi, penuturan kalimat atau tulisan yang tidak disertai dengan tanda baca merupakan suatu teka-teki bagi pembaca, sehingga pemaknaan pembaca terhadap kalimat atau tulisan akan berbeda-beda.

Memahami tentang penggunaan serta penempatan tanda baca, akan dapat mempengaruhi hasil suatu karangan untuk menunjang peningkatan keterampilan dalam berbahasa. Menyusun karangan yang bermutu, hendaknya memperhatikan penggunaan tanda baca. Penggunaan tanda baca dalam karangan ini, juga dapat memperjelas makna dan intonasi dari suatu kalimat sehingga memudahkan pembaca dalam memahami isi paragrafnya.

Menyusun suatu paragraf, seorang penulis hendaknya memahami hal-hal penting yang ada di dalamnya seperti pemilihan kata, penggunaan kalimat-kalimat


(15)

efektif, dan penggunaan tanda-tanda baca, sehingga pengarang dapat menghasilkan suatu karangan yang berkualitas dan bermutu, serta isinya mudah dipahami oleh pembaca. Penggunaan tanda baca sangatlah penting dalam menyusun paragraf, agar penulis atau pengarang dapat lebih mudah dalam menyampaikan isi paragrafnya kepada pembaca sehingga pembaca dapat memahami isi paragraf dengan cepat.

Berdasarkan pengalaman penulis, dijumpai dalam praktik pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, misalnya di SD (Sekolah Dasar). Penerapan EYD (Ejaan yang Disempurnakan) khususnya tanda baca, penerapannya belum tuntas ketika kegiatan menulis di sekolah. Ketika di sekolah dasar, seseorang mendapatkan pembelajaran menulis. Akan tetapi, hal yang diajarkan sebatas penggunaan huruf kapital yang benar dan tepat. Penggunaan tanda baca biasanya tanda baca titik dan tanda baca koma. Padahal masih ada tanda baca lain yang harus diperkenalkan dalam pembelajaran menulis.

Keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa Indonesia merupakan kegiatan menuangkan pikiran seseorang atau penulis yang sifatnya tertulis. Tertulis di sini maksudnya, pikiran atau gagasan diaplikasikan ke dalam media tulis seperti: buku, koran, majalah, maupun artikel di internet. Dengan demikian, menulis dapat dilihat dan dibaca oleh si pembaca, sehingga sangatlah penting untuk diajarkan sejak dini. Hal ini di samping dapat dijadikan bekal untuk jenjang sekolah yang lebih tinggi, juga berfungsi melatih peserta didik di dalam menyampaikan atau mengungkapkan buah pikirannya secara teratur, baik berbentuk kalimat maupun berupa paragraf.


(16)

Tulisan merupakan refleksi buah pikiran seseorang. Sistematik atau tidaknya tulisan seseorang dipengaruhi oleh cara berpikirnya. Sebelum menulis, seseorang harus terlebih dahulu memahami benar butir-butir pikiran yang hendak dikemukakannya. Sistem yang terbentuk dari butir-butir itu menjadikan arah cara berpikir yang jernih, dan pada akhirnya membantu mewujudkan penyajian yang sistematik.

Sejalan perkembangan pendidikan di zaman sekarang ini, tempat belajar tidak sebatas di lingkungan sekolah saja. Banyak bermunculan jasa-jasa tempat belajar tambahan yang lebih luwes, inovatif, dan menarik. Bahkan tidak jarang yang memberikan janji kelulusan 100% pada UN (Ujian Nasional). Jasa-jasa tempat belajar tambahan ini biasa disebut bimbingan belajar.

Banyak orang tua yang memberikan tambahan belajar anaknya ke tempat bimbingan belajar. Orang tua mempercayakan anaknya belajar di tempat tersebut dengan berbagai alasan. Pertama, orang tua tidak ada waktu mengajarkan anaknya karena sibuk dengan pekerjaannya di rumah atau di luar. Kedua, dengan memberikan tambahan belajar di tempat bimbingan belajar berharap anaknya lebih mendalami materi pelajaran di sekolah. Ketiga, keinginan orang tua agar anaknya mendapat nilai lebih dan peringkat di sekolah. Keempat, orang tua tidak jarang yang beralasan untuk mengurangi waktu bermain anaknya di rumah dikarenakan kekhawatiran anaknya salah bergaul di lingkungan masyarakat. Kelima, belajar di tempat bimbingan belajar lebih efektif dan kondusif karena dalam satu ruangan belajarnya hanya beberapa siswa dan belajar lebih interaktif.


(17)

Pembelajaran yang efektif dan efisien dapat membuat hasil belajar siswa menjadi optimal. Dalam kenyataannya masih jauh dari yang diharapkan. Dalam hal ini, terutama terjadi dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi di bimbingan belajar, khususnya di tingkat pendidikan SMP.

Pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi, masih banyak ditemukan kesalahan dalam menerapkan tanda baca. Hal inilah yang menjadi alasan penulis meneliti kesalahan tanda baca pada karangan deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di bimbingan belajar Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat.

Adapun alasan yang dilakukan peneliti terhadap masalah penerapan tanda baca dalam menulis karangan deskripsi di bimbingan belajar Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat adalah keterampilan siswa tersebut dalam menerapkan tanda baca pada karangan deskripsi masih ditemukan kesalahan penggunaannya. Hal ini terlihat ketika mereka mendapat tugas mengarang bebas, ternyata masih banyak yang tidak menghiraukan tanda baca yang benar dan tepat.

Oleh karena itu, penulis ingin meningkatkan keterampilan menulis terutama dalam karangan deskripsi yang menerapkan tanda baca yang benar dan tepat. Atas dasar tersebut, judul penelitian yang diajukan penulis untuk penyusunan

skripsi adalah “Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016”


(18)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang terdapat pada ketidakberhasilan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, di antaranya:

1. Banyak siswa yang masih belum tepat menerapkan tanda baca dalam menulis paragraf.

2. Pembelajaran menulis bahasa Indonesia di sekolah maupun di bimbingan belajar belum optimal.

3. Kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran menulis. 4. Kurangnya motivasi pada siswa untuk berlatih menulis.

C. Pembatasan Masalah

Suatu penelitian harus dibatasi agar penelitian terarah dan tujuan penelitian tercapai. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada permasalahan kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskripsi pada siswa bimbingan belajar tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan penelitian ini adalah: Bagaimanakah kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskripsi pada siswa bimbingan belajar tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat semester genap tahun pelajaran 2015/2016?


(19)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah disebutkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kesalahan penggunaan tanda baca dalam paragraf deskripsi pada siswa bimbingan belajar tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat semester genap tahun pelajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian, yaitu

a. Menambah wawasan dan pengetahuan para siswa dalam menerapkan tanda baca dalam paragraf deskripsi.

b. Memperbaiki kesalahan berbahasa khususnya dalam keterampilan menulis.

c. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang penerapan tanda baca yang baik dan benar dalam menulis.

2. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian penerapan tanda baca dalam paragraf deskripsi pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di bimbingan belajar Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) semester genap tahun pelajaran 2015/2016, secara teoretis dapat digunakan


(20)

sebagai sumbangan pemikiran bagi para pembaca yang ingin menulis suatu paragraf yang baik dan benar.


(21)

9 A. Kajian Teori

1. Tanda Baca

a. Pengertian Tanda Baca

Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan.1Berbeda dengan pendapat Kusno Budi Santoso bahwa, “tanda baca adalah suatu alat kalimat yang berupa tanda-tanda ekstra lingual, seperti koma (,), titik (.), tanda seru (!), dan sebagainya yang sangat besar peranannya dalam menentukan makna kalimat”.2

Salah satu yang sering diabaikan orang dalam menulis adalah penggunaan tanda baca (pungtuasi). Padahal, tanda baca dapat membantu seseorang dalam memahami isi bacaan. Coba bayangkan jika sebuah teks atau wacana tidak menggunakan tanda baca. Sudah tentu, bacaan tersebut tidak dapat dipahami.3

Jadi, tanda baca merupakan tanda-tanda ekstra lingual yang diterapkan dalam bahasa tulis. Tanda baca diterapkan agar kalimat-kalimat yang ditulis dapat dimengerti maknanya sesuai apa yang ingin dimaksudkan si penulis.

1

Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi, Cet. ke-2, 2006), hlm. 71-72.

2

Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktis Bahasa Baku, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. ke-1, 1990), hlm. 128.

3

Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, Pembinaan Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN Press, Cet. ke-1, 2007), hlm. 43.


(22)

b. Penggunaan Tanda Baca

Pemakaian tanda baca dalam Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan mencakup pengaturan tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda kurung, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda ulang, tanda garis miring, dan penyingkat (apostrof).4

1) Tanda Titik (.)

a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.

Misalnya:

(1) Ibuku berasal dari Jakarta. (2) Kau saja yang kesana.

(3) Dia menanyakan dimana rumahnya. (4) Hari ini tanggal 30 April 2016. (5) Marilah kita pergi bersama-sama.

(6) Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.

b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Misalnya:

(1) III. Departemen Dalam Negeri

A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria

4

E. Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia: Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Akademika Pressindo, Edisi Revisi, 2009), hlm. 197.


(23)

1. …

(2) 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi

1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel

1.2.3 Grafik Catatan:

Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.

c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.

Misalnya:

Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)

d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.

Misalnya:

(1) 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) (2) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) (3) 0.0.30 jam (30 detik)


(24)

e) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta.

f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:

(1) Desa itu berpenduduk 24.200 orang.

(2) Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.

g) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Misalnya:

(1) Ia lahir pada tahun 1990 di Jakarta. (2) Lihat halaman 2345 seterusnya. (3) Nomor gironya 5645678.

h) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.

Misalnya:

(1) Acara kunjungan Susilo Bambang Yudhoyono (2) Bentuk dan Kedaulatan (Bab 1 UUD ‟45) (3) Salah Asuhan


(25)

i) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal suat atau (2) nama dan alamat surat.

Misalnya:

(1) Jalan Daan Mogot 82 (tanpa titik) Jakarta (tanpa titik)

30 April 2016 (tanpa titik) (2) Yth. Sdr. Iryanto (tanpa titik)

Jalan Semanan Raya 70 (tanpa titik) Tangerang (tanpa titik)

Atau:

(1) Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik) (2) Jalan Cikini 71 (tanpa titik)

(3) Jakarta (tanpa titik)

2) Tanda Koma (,)

a) Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

Misalnya:

(1) Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

(2) Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko. (3) Satu, dua, … tiga!


(26)

b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.

Misalnya:

(1) Saya ingin datang, tetapi hari hujan.

(2) Riki bukan anak saya, melainkan anak Pak Edi.

c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Misalnya:

(1) Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. (2) Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

d) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Misalnya:

(1) Saya tidak akan datang kalau hari hujan. (2) Dia lupa akan janjinya karena sibuk. (3) Dia tahu bahwa soal itu penting.

e) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.

Misalnya:

(1) …. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. (2) …. Jadi, soalnya tidak semudah itu.


(27)

f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Misalnya: (1) O, begitu?

(2) Wah, bukan main! (3) Hati-hati, ya, nanti jatuh.

g) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Misalnya:

(1) Kata ibu “Saya gembira sekali.”

(2) “Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”

h) Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Misalnya:

(1) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan raya Salemba 6, Jakarta. (2) Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor

(3) Tangerang, 11 Januari 2016 (4) Kuala Lumpur, Malaysia.

i) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.


(28)

Misalnya:

(1) Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

j) Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:

(1) W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta:UP Indonesia, 1967), hlm. 4.

k) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Misalnya:

(1) Ratulangi, S.E. (2) Ny. Khadijah, M.A.

l) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Misalnya: (1) 12,5 m (2) Rp12,50

m) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.) Misalnya:


(29)

(2) Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih.

(3) Semua siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara.

Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma:

(1) Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. n) Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang

keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:

(1) Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh.

(2) Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Bandingkan dengan:

(1) Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.

(2) Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.

o) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

Misalnya:

(1) “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim. (2) “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.


(30)

3) Tanda Titik Koma (;)

a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.

Misalnya:

(1) Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

b) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk.

Misalnya:

(1) Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adikmenghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri

asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.

4) Tanda Dua Titik (:)

a) Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

Misalnya:

(1) Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

(2) Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.

b) Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengkahiri pernyataan.


(31)

Misalnya:

(1) Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

(2) Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan EkonomiPerusahaan.

c) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Misalnya:

(1) Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan (2) Tempat Sidang : Ruang 104 Pengantar Acara : Bambang S. Hari : Senin

Waktu : 09.30

d) Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Misalnya:

(1) Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!” (2) Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk)

(3) Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar) e) Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di


(32)

suatu karangan , serta (iv) diantara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Misalnya:

(1) Tempo, IV (2016), 34: 7 (2) Surah Lukman: 29

(3) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit.

(4) Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

5) Tanda Hubung (-)

a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.

Misalnya:

(1) Di samping cara-cara lama itu ada ju- ga cara yang baru

Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:

(1) Beberapa pendapat mengenai masalah itu

telah disampaikan ….

(2) Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau


(33)

Atau

(3) Beberapa pendapat mengenai masalah Itu telah disampaikan ….

(4) Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak ….

Bukan

(5) Beberapa pendapat mengenai masalah i- tu telah disamapaikan ….

(6) Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma- u beranjak ….

b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Misalnya:

(1) Kini ada acara baru untuk meng- ukur panas.

(2) Kukuran baru ini memudahkan kita me- ngukur kelapa.

(3) Senjata merupakan alat pertahan- an yang canggih.

Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.

c) Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya:


(34)

Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan

Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

d) Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.

Misalnya: (1) a-m-s-a-r-i (2) 28-4-2016

e) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian bagian kata atauungkapan, dan (ii) penghilangan baian kelompok kata. Misalnya:

ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5.000), tang- gung jawab-dankesetiakawanan-sosial

Bandingkan dengan:

be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25.000), tang- gung jawab dankesetiakawanan sosial

f) Tanda hubung dipakai untuk merangkai (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.

Misalnya:

se-Jakarta, ulang tahun ke-2, tahun 90-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Menteri-Sekretaris Negara.


(35)

g) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Misalnya: di-skorsing

6) Tanda Pisah (―)

a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

Kemerdekaan bangsa itu―saya yakin akantercapai―diperjuangkan

oleh bangsa itu sendiri.

b) Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

Misalnya:

Rangkaian temuan ini―evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom―telah mengubah konsepsi kita tentang alam

semesta.

c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti

„sampai ke‟atau „sampai dengan‟. Misalnya:

(1) 2015―2016

(2) Tanggal 5―10 April 2016 (3) Jakarta―Bandung


(36)

Catatan:

Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

7) Tanda Elipsis (…)

a) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya:

Kalau begitu … kita kerjakan sekarang saja.

b) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

Misalnya:

Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut. Catatan:

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.

Misalnya:

Oleh karena itu, kita harus berhati-hati ….

8) Tanda Tanya (?)

(a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya:


(37)

(2) Anda ingat, tidak?

b) Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya.

Misalnya:

(1) Perusahaan itu berdiri tahun 1998 (?). (2) Uangnya sebanyak 15 juta rupiah (?) hilang.

9) Tanda Seru (!)

a) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.

Misalnya:

(1) Alangkah baiknya orang itu! (2) Siapkan barisan sekarang juga! (3) Yakin! Dia akan melakukannya. (4) Ayo!

10) Tanda Kurung ((…))

a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya:


(38)

b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.

Misalnya:

Anaknya diberikan nama “Permata” (jenis batuan berharga).

c) Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapatdihilangkan.

Misalnya:

(1) Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

(2) Pria itu berasal dari (kota) Bandung.

d) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Misalnya:

Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

11) Tanda Kurung Siku ([…])

a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di naskah asli.

Misalnya:


(39)

b) Tanda kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.

Misalnya:

Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan di sini.

12) Tanda Petik (“…”)

a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

(1) “Saya sudah mengetahuinya,” kata Mita, “ini buktinya.”

(2) Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa

Indonesia.”

b) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:

(1) Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat.

(2) Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai

Prestasi di SMA” dimuat dalam majalah Tempo. (3) Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.

c) Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.


(40)

Misalnya:

(1) Karena ia takut tertipu, cara pembayarannya langsung di tempat

yang biasa disebut “COD (Cash on Delivery)”. (2) Model potongan rambutnya selalu saja “mohawk”.

d) Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Misalnya:

Kata Ibu, “Jangan hanya diam saja.”

e) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Misalnya:

(1) Karena sering ke perpustakaan, Mita mendapat julukan “si Kutu Buku”.

(2) Setelah lulus ujian seleksi masuk kerja, Selanjutnya Beno “Face to

Face” untuk diwawancara.

Catatan:

Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

13) Tanda Petik Tunggal („…‟)

a) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.


(41)

Misalnya:

(1) Tanya Aam, “Kau dengar bunyi „dug-dug‟ tadi?”

(2) “Semalam aku mendengar orang teriak „Tolong!‟, dan aku pun

mencari sumber suara itu,” ujar Pak Yanto.

b) Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

Misalnya:

(1) Kaya hati „Pemurah‟ (2) Open „buka‟

(3) Bilingual „dua bahasa‟

14) Tanda Garis Miring (/)

a) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya:

(1) No. 7/IV/2016 (2) Jalan Dharma III/10 (3) tahun pelajaran 2015/2016

b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. Misalnya:

(1) dikirimkan lewat „dikirimkan lewat

darat/laut darat atau laut‟


(42)

15) Tanda Penyingkat atau Apostrof („ )

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

Misalnya:

(1) Aku „kan pergi sekarang. („kan = akan) (2) Ia „lah menuduhku. („lah = telah) (3) 21 April ‟16. (‟16 = 2016)5

2. Paragraf

a. Pengertian Paragraf

Seseorang yang menguasai bahasa lisan secara aktif belum tentu menguasai bahasa tulis secara aktif. Banyak orang yang pandai berbicara di depan umum, tetapi tidak mudah menuangkan idenya dalam bentuk bahasa tulis.

Dalam penguasaan bahasa tulis, salah satu hal yang perlu diingat ialah penguasaan menyusun paragraf yang baik. Seorang penulis dituntut untuk menuangkan ide dan pikirannya secara teratur dan terorganisasi ke dalam jenjang-jenjang tulisan: kata/diksi, kalimat, paragraf, subbab, bab/wacana, dan buku. Tentu saja, seorang tidak akan mampu membuat sebuah paragraf jika tidak menguasai sistem ejaan, penggunaan kata, dari kalimat dengan baik.

Kemampuan menerapkan Ejaan yang Disempurnakan, memilih diksi yang tepat, dan membuat kalimat efektif tidak sepenuhnya menjamin seseorang

5

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi ke-2, Cet. ke-17, 1991), hlm. 53-68.


(43)

dapat menulis dengan baik. Ada satu syarat yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh penulis yaitu seseorang dituntut mampu menghubung-hubungkan kalimat dengan kalimat dalam satu kesatuan yang koheren/padu.6

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.7

Paragraf adalah rangkaian kalimat yang secara bersama-sama menjelaskan suatu unit ide atau gagasan pengarang. Kalimat-kalimat tersebut saling berhubungan dan tarik-menarik (kohesi).8

Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimatnya harus disusun secara runtut dan sistematis.Paragraf merupakan satu kesatuan kalimat yang padu dan utuh.9

Berdasarkan uraian di atas, paragraf merupakan serangkaian kalimat yang terdiri dari satu kalimat utama atau kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut saling berhubungan (koheren/padu) dan tarik-menarik (kohesi).

6

Ramlan A.Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, op. cit., hlm.128-129.

7

Sabarti Akhadiah, dkk.,Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, Cet. ke-14, 1988), hlm. 144.

8

Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf, (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 32.

9

Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm. 101.


(44)

b. Syarat-Syarat Paragraf

Dalam menyusun paragraf yang baik, seorang penulis dituntut untuk memperhatikan syarat paragraf yang baik, yaitu kesatuan dan kepaduan (koherensi).

1) Kesatuan

Tiap alinea hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik.Fungsi alinea adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alinea dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alinea itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.

2) Koherensi

Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperhatikan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alinea. Alinea yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alinea akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan (sistematika)urutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi


(45)

dari sebuah alinea, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa (kelompok kata) dalam bermacam-macam hubungan.10

c. Ciri-ciri dan Fungsi Paragraf

Sesuatu yang bersifat abstrak lebih sulit dipahami dibandingkan dengan sesuatu yang lebih kecil dan konkret. Pemahaman pada dasarnya ialah memahami bagian-bagian kecil serta hubungan antar bagian-bagian itu dalam rangka keseluruhan. Karangan pun dapat dikategorikan sebagai suatu yang abstrak. Maka untuk memahaminya karangan itu perlu dipecah-pecahkan menjadi bagian-bagian kecil yang dikenal dengan istilah paragraf.

Di bawah ini merupakan ciri-ciri dan fungsi paragraf, yaitu: 1) Ciri-ciri paragraf

a) Kalimat pertama berketuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya surat, dan delapn ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya: makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Karangan berbentuk lurus dan tidak berketuk (Block Style) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak dari jarak antar baris lainnya.

b) Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik.

10

Muharidwan, “Menulis Paragraf,” artikel diakses pada 15 april 2016 dari


(46)

c) Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.

d) Kalimat menggunakan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas, kalimat ini berisi tentang detail-detail kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat-kalimat topik. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.

2) Fungsi paragraf

Dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai ciri-ciri dan fungsi yang penting.Dengan paragraf itu pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu dan sempurna sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya.Lebih jauh daripada itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik sehingga pembaca menjadi penuh semangat.Artinya, paragraf mempunyai ciri-ciri dan fungsi strategis dalam menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.

Melalui penjelasan di atas tersirat beberapa fungsi paragraf, yaitu:

a) Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk sesuatu atau pikiran dan perasaan dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.


(47)

b) Menandai peralihan (pergantian) gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pemikiran.

c) Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembaca.

d) Memudahkan pengembangan topik kedalam satuan, satuan unit pikiran lebih kecil, dan

e) Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.11

Berdasarkan penjelasan di atas, fungsi paragraf adalah memudahkan pemahaman ide pokok pengarang, mengembangkan ide pokok pengarang secara sistematis, dan sebagai penyampai ide pokok pengarang kepada pembaca.

d. Jenis-Jenis Paragraf

Dilihat dari segi tujuan, paragraf terbagi atas tiga: paragraf pembuka (pendahuluan), penghubung (penguraian), dan penutup (kesimpulan dari semua wacana). Jika dilihat dari isinya, paragraf terdiri dari:

1) Eksposisi adalah bentuk wacana yang memaparkan suatu informasi dengan sejelas-jelasnya.

2) Narasi adalah bentuk wacana yang menceritakan kejadian secara kronologis.

11

Widjono Hs., Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, Edisi Revisi, Cet. ke-3, 2011), hlm.174-175.


(48)

3) Argumentasi adalah bentuk wacana yang mengemukakan ide dengan bukti, sumber atau fakta.

4) Deskripsi adalah bentuk wacana yang menggambarkan suatu objek, keadaan, suasana, dan lain-lain.

3. Paragraf Deskripsi

a. Pengertian Paragraf Deskripsi

Paragraf deskriptif adalah paragraf yang berisi tentang melukiskan atau menggambarkan apa saja yang dilihat di depan mata penulisnya. Paragraf ini bersifat loyal terhadap tata ruang atau tata letak objek yang dituliskan, penyajiannya dapat berurutan dari atas ke bawah bawah atau sebaliknya, dari depan ke belakang.12Deskripsi berkaitan dengan kesan pancaindra.Melalui deskripsi, pembaca diajak melihat, mendengar atau merasakan sesuai dengan yang dilukiskan.13

Sesuatu yang dideskripsikan tidak hanya terbatas pada apa yang kita lihat dan kita dengar saja, tetapi yang dapat kita rasa dan kita pikir, seperti rasa takut, cemas, tegang, jijik, haru, dan kasih sayang. Begitupula suasana yang timbul dari suatu peristiwa seperti suasana mencekam, putus asa, kemesraan, dan keromantisan panorama, pantai.14

12

Kunjana Rahardi, Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Jakarta: Erlangga, Cet. ke-1, 2009), hlm.166.

13

Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil berbahasa Indonesia, (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986 ), hlm. 117.

14

Novi Resmini, dkk.,Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya, (Jakarta: UPI PRESS, 2006 ), hlm.116.


(49)

Berdasarkan kategori yang lazim, ada dua objek yang diungkapkan dalam deskripsi yaitu orang dan tempat.15

1) Deskripsi orang

Yaitu mendeskripsikan tentang orang, adapun macam-macam dari deskripsi orang yaitu:

2) Deskripsi keadaan fisik

Deskripsi fisik bertujuan memberi gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seseorang tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat objektif. 3) Deskripsi keadaan sekitar

Deskripsi keadaan sekitar yaitu penggambaran seseorang yang mengelilingi sang tokoh, misalnya menggambarkan tentang aktivitas-aktivitas yang dilakukan, pekerjaan atau jabatan, pakaian, tempat kediaman, dan kendaraan yang ikut menggambarkan watak seseorang. 4) Deskripsi watak atau tingkah laku perbuatan

Mendeskripsikan watak seseorang ini memang paling sulit dilakukan. Kita harus mampu menafsirkan tabir yang terkandung dibalik fisik manusia. Dengan kecermatan dan keahlian kita, kita harus mampu mengidentifikasi unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh. Kemudian, menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan karakter yang digambarkan.

5) Deskripsi gagasan-gagasan tokoh

15Ibid.,


(50)

Hal ini memang tidak dapat diserap oleh pancaindera manusia. Namun, antara perasaan dan unsur fisik mempunyai hubungan erat. Pancaran wajah, pandangan mata, gerak bibir, dan gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu.16

6) Deskripsi tempat

Tempat memegang peranan yang sangat penting dalam setiap peristiwa Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua kisah akan selalu mempunyai latar belakang tempat. Jika kita melukiskan sebuah tempat, hendaknya kita bekerja dengan mengikuti cara yang logis dalam menyusun perincian.17

Menurut Sudarno dan Eman A. Rahman paragraf deskripsi terbagi menjadi dua macam, yaitu deskripsi ekspositoris dan deskripsi improsionistik (sugestif). Deskripsi ekspositoris, penulis hanya ingin memberitahukan memperlihatkan atau mendengarkan sesuatu kepada pembaca. Ada atau tidak adanya kesan pembaca tidak menjadi masalah bagi penulis, sedangkan deskripsi improsionistik menimbulkan suatu kesan pada para pembaca, kesan itu bisa bermacam-macam, misalnya: menarik hati (minat), benci, seram, indah, jijik, cantik, tampan.18

Langkah-langkah menulis deskripsi sebagai berikut:

(1) Menentukan apa yang akan dideskripsikan, apakah akan mendeskripsikan tempat atau orang.

(2) Merumuskan tujuan pendeskripsian

16Ibid., hlm. 118-121. 17Ibid., hlm.121. 18


(51)

(3) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan

(4) Memerinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan.19

Contoh paragraf deskriptif:

“Setelah menempuh jalan sepanjang kurang-lebih lima kilometer yang kiri-kanannya penuh kandang kuda. Anda akan menemukan deretan rumah gedig yang sangat mirip satu sama lain. Di sana sini tampak anak-anak sampai dewasa, bahkan sampai usia lanjut berseleweran bagaikan semut rangrang yang bubar karena terinjak. Itulah Pesantren Salafi al-Hidayah pimpinan Haji Ma`mun Bajuri. Deretan rumah berdinding anyaman bambu (orang kampung itu bilang gedig) yang mirip satu sama lain tadi tidak lain adalah pemukiman dan sekaligus tempat berlangsungnya segala aktivitas santri dari pagi hingga malam. Yang tampak hanyalah santri laki-laki (aulad) sedangkan santri wanita (banat) selalu dipingit alias tidak diperbolehkan keluar kalau tidak ditemani muhrimnya. Santri wanita tinggal dibangunan belakang tempat tinggal laki-laki dan diawasi selama 24 jam oleh ustazah yang kebetulan bermukim di kompleks itu juga.”20 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf deskripsi adalah paragraf yang berkaitan dengan segala sesuatu yang ditangkap atau diserap oleh pancaindera. Paragraf deskripsi membuat si pembaca merasakan apa yang digambarkan penulis.

4. Analisis Kesalahan

a. Pengertian Analisis Kesalahan

19

Novi Resmini, dkk.,op.cit., hlm. 122.

20


(52)

Corder dalam Sri Utari Subyakto dan Nababan mendefinisikan bahwa analisis kesalahan merupakan suatu aktivitas yang mengkaji kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh seorang pelajar bahasa target dalam proses belajar-mengajar bahasa terget tersebut.21 Henry Guntur Tarigan, analisis kesalahan adalah pengkajian segala aspek kesalahan yang sering dibuat oleh para siswa secara cermat dan mendalam.22 Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan merupakan suatu teknik yang mengkaji segala aspek kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa.

b. Penyebab Terjadinya Kesalahan

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “kesalahan” dan

“kekeliruan” sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai

makna yang kurang-lebih sama. Istilah kesalahan (“eror”) dan kekeliruan

(“mistake”) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam

pemakaian bahasa.

Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan

21

Sri Utari Subyakto dan Nababan, Analisis Kontrastif dan Kesalahan: Suatu Kajian dari Sudut Pandang Guru Bahasa, (Jakarta Timur: Program Pascasarjana Pendidikan IKIP

Rawamangun, 1994) hlm. 5.

22

Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Remedi Bahasa, (Bandung: Angkasa,Edisi Revisi, 2009), hlm. 6.


(53)

perhatian. Siswa sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakannya, namun karena sesuatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan ini biasanya tidak lama, karena itu pula, kekeliruan itu sendiri tidak bersifat lama.

Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui pengajaran remedial, latihan, praktik, dan sebagainya. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajarinya. Bila tahap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajarinya ternyata kurang maka kesalahan sering terjadi, dan kesalahan akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat.23

Sumber-sumber kesalahan dapat dikategorikan berdasarkan landasan teori yang dianut atau secara umum. Misalnya, sumber kesalahan akibat transfer dari B1 ke B2, sumber kesalahan yang dapat dikategorikan pada kesalahan idiosinkratik, sumber kesalahan dalam kategori keberkembangan, sumber kesalahan akibat proses belajar mengajar, atau lain-lainnya. Sumber kesalahan diasumsikan dan diduga peneliti sendiri berdasarkan data dan pengalaman

23

Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, Cet. ke-1,1990), hlm. 75-76.


(54)

peneliti.24Oleh karena itu, penyebab dari kesalahan penggunaan tanda baca yaitu siswa tidak memahami penggunaan tanda baca secara mendalam.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan acuan penulisan skripsi ini yang masih ada keterkaitan. Proses pembuatan skripsi ini, peneliti mengacu pada penelitian-penelitian yang relevan, yang telah ada sebelumnya sebagai berikut:

Penelitian skripsi Yeti Puspitasari (2014), Mahasiswi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), yang berjudul Analisis Kesalahan Huruf Kapital dan Tanda Baca pada Paragraf Deskriptif Siswa Kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan pada penulisan huruf kapital, kesalahan terbesar yang paling sering dilakukan siswa yaitu pada penulisan huruf pertama kata awal kalimat dengan persentase 48% . Kesalahan tersebut terlihat pada permulaan kalimat, baik awal kalimat maupun pergantian kalimat. Indikasi kesalahan ini sering terjadi. Pertama, adanya keterbiasaan dari siswa itu sendiri. Kedua, siswa tidak terlatih menulis kapital pada huruf pertama awal kalimat. Pada tanda baca kesalahan terbanyak yaitu kesalahan penggunaan tanda titik pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan/seruan dengan persentase 39,13%. Indikasi yang menyebabkan kesalahan ini terjadi pertama, ketidaktelitian siswa setelah akhir kalimat menggunakan tanda titik sehingga siswa kurang memperhatikan kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Kedua, ketidaktahuan siswa akan penempatan

24

Jos Daniel Parera, Linguistik Edukasional: Metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrasif Antarbahasa, Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Erlangga, Edisi ke-2, Cet. ke-1, 1997), hlm. 146.


(55)

tanda titik ketika akhir kalimat. Faktor lain penyebab kesalahan yaitu motivasi belajar siswa rendah, respon dan sikap siswa yang kurang baik selama proses belajar, guru yang hanya menghandalkan metode ceramah dan lebih menekankan aspek teoretikal daripada keterampilan praktik bahasa tulis, dan materi ajar yang kurang dipahami siswa.

Perbedaan penelitian Yeti Puspitasari dengan skripsi ini adalah pertama, skripsi Yeti Puspitasari dilakukan tahun 2014, sedangkan penelitian skripsi ini dilakukan tahun 2016. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yeti Puspitasari subjeknya adalah paragraf deskriptif yang ditulis oleh siswa kelas V SD Negeri Sampay Rumpin-Bogor, sedangkan penelitian skripsi ini subjeknya adalah paragraf deskripsi yang ditulis oleh siswa bimbingan belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat. Ketiga, penelitan yang dilakukan oleh Yeti Puspitasari objeknya adalah huruf kapital dan tanda baca yang terdapat pada paragraf deskriptif, sedangkan penelitian skripsi ini objeknya adalah tanda baca yang terdapat pada paragraf deskripsi.

Penelitian skripsi Sumiati (2013), Mahasiswi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang berjudul Penggunaan Tanda Baca pada Paragraf Narasi Siswa Kelas VIII SMPI Yapkum Depok . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tanda baca pada paragraf narasi siswa SMPI Yapkum Depok, dalam penulisannya ditemukan beberapa tanda baca yang digunakan siswa antara lain: tanda koma (,), tanda titik (.), tanda seru (!), tanda tanya (?), tanda hubung (-), dan tanda kutip (“...”). siswa dalam penulisannya lebih banyak menggunakan tanda baca titik (.) dengan jumlah


(56)

penggunaan keseluruhan 81 tanda titik (.), tanda titik yang benar digunakan oleh siswa dalam penulisannya berjumlah 68 tanda titik (.), sedangkan kesalahan penggunaan tanda titik (.) yang dilakukan oleh siswa berjumlah 13 tanda titik (.), sedangkan penggunaan tanda baca yang paling sedikit digunakan dalam penulisan siswa yaitu tanda seru (!), dari 13 siswa yang menggunakan tanda seru hanya 1 siswa, dan jumlah yang digunakannya pun hanya (1) tanda seru (!) dalam penulisannya. Fungsi dari penggunaan tanda baca yang sesuai EYD, yaitu agar penulis dapat lebih mudah dalam menyampaikan isi tulisannya kepada pembaca sehingga pembaca dapat memahami isi tulisannya dengan cepat.

Perbedaan penelitian Sumiati dengan skripsi ini adalah pertama, skripsi Sumiati dilakukan tahun 2013, sedangkan penelitian skripsi ini dilakukan tahun 2016. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sumiati subjeknya adalah paragraf narasi yang ditulis oleh siswa kelas VIII SMPI Yapkum Depok, sedangkan penelitian skripsi ini subjeknya adalah paragraf deskripsi yang ditulis oleh siswa bimbingan belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat. Ketiga, penelitan yang dilakukan oleh Sumiati objeknya adalah tanda baca yang terdapat pada paragraf narasi, sedangkan penelitian skripsi ini objeknya adalah tanda baca yang terdapat pada paragraf deskripsi.

Penelitian skripsi Nurul Fardianingsih (2014), Mahasiswi UIN (Universitas Islam Negeri) Syarif Hidayatullah, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang berjudul Penggunaan Kata Depan dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VIII Semester Genap Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Jakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang


(57)

menyebabkan kesalahan penggunaan kata depan adalah adanya kemiripan penggunaan kata depan yang satu dengan yang lainnya. Selain itu juga dikarenakan ada beberapa siswa yang menganggap mudah materi kata depan, sehingga mereka tidak memperhatikan saat guru menjelaskan materi tentang kata depan.

Perbedaan penelitian Nurul Fardianingsih dengan skripsi ini adalah pertama, skripsi Nurul Fardianingsih dilakukan tahun 2014, sedangkan penelitian skripsi ini dilakukan tahun 2016. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nurul Fardianingsih subjeknya adalah karangan deskripsi yang ditulis oleh siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Al-Ihsan Jakarta, sedangkan penelitian skripsi ini subjeknya adalah paragraf deskripsi yang ditulis oleh siswa bimbingan belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat. Ketiga, penelitan yang dilakukan oleh Nurul Fardianingsih objeknya adalah kata depan yang terdapat pada karangan deskripsi, sedangkan penelitian skripsi ini objeknya adalah tanda baca yang terdapat pada paragraf deskripsi.

Dari berbagai penelitian di atas, telah dilakukan berbagai penelitian tentang kesalahan tanda baca. Masih terdapat banyak kesalahan tanda baca pada paragraf. Oleh karena itu, penelitian tentang kesalahan penggunaan tanda baca pada paragraf deskripsi masih menarik dilakukan.

Penelitian ini mengambil penelitian tentang “Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016”. Penulis dalam melakukan penelitian ini, menggunakan metode penelitian


(58)

kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman dan lain-lain.25 Oleh karena itu, setelah diadakan penelitian diharapkan akan ada tindak lanjut dari pendidik dan siswa dalam memahami tanda baca.

25

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. ke-6, 2010), hlm. 95.


(59)

47 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data ini dilaksanakan di bimbingan belajar Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat. Adapun penelitian dilaksanakan tiga bulan, yaitu mulai bulan Maret 2016 s.d. Juni 2016. Dalam waktu tiga bulan inilah penulis berupaya menggunakan waktu seefektif mungkin untuk melakukan penelitian.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian

kualitatif menurut Bogdan & Taylor (1990) adalah “prosedur penelitian kualitatif

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang berprilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara

holistic (utuh)”.1

Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaah dokumen. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.2 Hal yang perlu diingat, dalam penelitian kualitatif seorang peneliti tidak dianjurkan menyakinkan bahwa dirinya sangat

1

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, Edisi ke-1, Cet. ke-1, 2013), hlm. 82.

2

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Edisi Revisi, Cet. ke-24, 2007), hlm. 11.


(60)

tahu tentang apa yang hendak dikaji. Seorang peneliti lebih berada pada posisi

sebagai “orang yang sedang belajar”.3

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berintegrasi secara sinergis.4 Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui

“apa yang terjadi” di dalamnya. Objek penelitian ini adalah para siswa bimbingan

belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat tahun pelajaran 2015/2016. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.5 Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.6 Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi, sampel dalam penelitian ini adalah siswa bimbingan belajar tingkat SMP kelas IX di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat tahun pelajaran 2015/2016.

3

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, Edisi ke-1, 2003), hlm.48.

4

Sugiyono, Memahami Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta, Edisi Revisi, 2005), hlm. 19.

5

Ibid., hlm. 215. 6

Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi, 2010), hlm. 174.


(61)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Convenience sampling merupakan teknik yang mengarah kepada penarikan sampel sekenanya atau seadanya. Individu-individu yang ada dalam suatu kelompok yang diambil sekenanya tersebut memang ada dan bersedia untuk subyek penelitian.7 Di bimbingan belajar Ganesha Operation terdapat tiga (3) kelas IX, yaitu IXA dengan jumlah 10 siswa, IXB dengan jumlah 10 siswa dan IXC dengan jumlah 10 siswa. Peneliti mengambil sampel seluruh siswa di kelas IXA.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode tes. Tes adalah serangkaian atau latihan yang digunakan dalam mengukur keterampilan, pengetahuan, sikap, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.8 Penulis memberikan tes kepada siswa bimbingan belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat untuk membuat tiga paragraf deskripsi dengan tema suatu tempat.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik pengolahan data kesalahan mencakup:

a. Mengumpulkan data kesalahan, yaitu berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, misalnya hasil ulangan, karangan, atau percakapan.

7

Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, Cet. ke-3, 2010), hlm.81.

8


(62)

b. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, yaitu mengenali dan memilah-milah kesalahan berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan, pembentukan kata, penggunaan kata, dan penyusunan kalimat.

c. Memperingkat kesalahan, yaitu mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya.

d. Menjelaskan kesalahan, yaitu menggambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan contoh yang benar.

e. Memprakirakan daerah rawan kesalahan, yaitu meramalkan tataran bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan.

f. Mengoreksi kesalahan, yaitu memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran yang serasi.9

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang peneliti gunakan yaitu teknis analisis kualitatif deskriptif. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi, kemudian dilengkapi dengan persentase. Dalam hal ini, penulis menggunakan rumus sebagai berikut.

F

P = ____ x 100% N

Keterangan : P = Persentase (%)

9

Parera, Analisis Kontrastif Bahasa dan Analisis Kesalahan Berbahasa, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IKIP Jakarta, 1997), hlm.58.


(63)

F = Frekuensi kesalahan

N = Jumlah kesalahan tanda baca pada paragraf deskripsi10

Setelah didapatkan hasil persentase, maka untuk mengetahui persentase kesalahan tanda baca yang terdapat pada paragraf tersebut, dapat dilihat berdasarkan kriteria di bawah ini:

NO Persentase Kriteria

1. 0% - 20% Baik Sekali

2. 21% - 40% Baik

3. 41% - 60% Cukup

4. 61% - 80% Buruk

5. 81% - 100% Buruk Sekali

F. Langkah Analisis Data

Langkah analisis data yang dilakukan penulis, di antaranya: 1. Memberi tugas kepada siswa membuat paragraf deskripsi.

2. Mengumpulkan hasil paragraf deskripsi siswa sebagai data penelitian. 3. Menganalisis dengan tabel.

4. Memberi penjelasan terhadap tanda kesalahan.

10

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Edisi ke-1, Cet. ke-24, 2012), hlm. 43.


(64)

5. Membuat rekapitulasi data hasil temuan. 6. Simpulan hasil penelitian.

G. Instrumen Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka instrumen penelitiannya adalah penulis sendiri. Dalam penelitian ini penulis menggunakan berupa tabel analisis. Tabel analisis data yang penulis gunakan sebagai berikut.

Tabel 4.1

Daftar Nama Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 dan Nomor Karangan

No Nama Siswa Kelas Nomor Karangan

Tabel 4.2

Kategori Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama

Siswa*

Judul Karangan Kategori

Paragraf Deskripsi** 1 2 3 4 5

________________ *Koding (Lihat tabel 4.1) ** 1 = Kesan hidup 2 = Imajinasi

3 = Keterlibatan aspek pancaindera 4 = Menunjukkan objek yang ditulis


(65)

5 = Memusatkan uraian pada objek yang ditulis Tabel 4.3

Klasifikasi Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng,

Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama Siswa Judul Karangan Jenis Kesalahan Jumlah

Tanda Titik Tanda Koma Tanda Hubung Jumlah Tabel 4.4

Deskripsi Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng,

Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 No Nomor

Karangan

Paragraf ke-

Kalimat ke- Aspek

Kesalahan Nomor ke-

Tabel 4.5

Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat

Tahun Pelajaran 2015/2016

No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca


(66)

Persentase Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng,

Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 No Jenis Kesalahan Frekuensi

Kesalahan

Jumlah Kesalahan Tanda Baca pada Paragraf

Deskripsi

Persentase (%)

F

P = ____ x 100% N

Keterangan : P = Persentase (%) F = Frekuensi kesalahan


(67)

55 A. Deskripsi Data

Untuk mempermudah dalam temuan penelitian disajikan tabel daftar nama 10 siswa Bimbingan Belajar tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat yang telah menyusun karangan serta pemberian nomor karangan.

Tabel 4.1

Daftar Nama Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 dan Nomor Karangan

No Nama Siswa Kelas Nomor

Karangan

1. Luky Noviansyah Putra IX 1

2. Salma Lathifah IX 2

3. Theresia C.S. IX 3

4. M. Alfi S.N. IX 4

5. Belga Noviyanti IX 5

6. Eivonerose Erif IX 6

7. Rosa Hannandira IX 7

8. Cindy Dian Lestari IX 8

9. M. Fahri S. IX 9

10. Ghina Rosdiana Firdaus IX 10

Tabel 4.2

Kategori Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama

Siswa*

Judul Karangan Kategori Paragraf Deskripsi**

1 2 3 4 5

1. LNP Rumah Ku 2. SL Dki Jakarta 3. TCS Petroscience


(68)

5. BN Kota Garut 6. EE Gunung Bromo

7. RH SMP Negeri 169 JAKARTA 8. CDL Pantai Pangandaran

9. MFS stadion glora bungkarno 10. GRF Kota Tawangmangu ________________

*Koding (Lihat tabel 4.1) ** 1 = Kesan hidup 2 = Imajinasi

3 = Keterlibatan aspek pancaindera 4 = Menunjukkan objek yang ditulis

5 = Memusatkan uraian pada objek yang ditulis

Dari data tabel di atas, ternyata kesepuluh peserta didik tingkat SMP di bimbingan belajar Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat menghasilkan paragraf deskripsi. Hanya ada dua paragraf yang bukan merupakan kategori paragraf deskripsi yang utuh.

Data yang disajikan penulis berupa klasifikasi jenis kesalahan penggunaan tanda baca dalam karangan deskripsi pada siswa bimbingan belajar tingkat SMP Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat tahun pelajaran 2015/2016 diantaranya: kesalahan penggunaan tanda titik, kesalahan penggunaan tanda koma, dan kesalahan tanda hubung.


(69)

Tabel 4.3

Klasifikasi Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng,

Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama Siswa Judul Karangan Jenis Kesalahan Jumlah

Tanda Titik Tanda Koma Tanda Hubung 1. Luky Noviansyah

Putra

Rumah Ku - 1 - 1

2. Salma Lathifah Dki Jakarta 1 2 - 3

3. Theresia C.S. Petroscience 1 - - 1

4. M. Alfi S.N. SMK TELKOM JAKARTA

- 1 - 1

5. Belga Noviyanti Kota Garut - 2 - 2

6. Eivonerose Erif Gunung Bromo 1 2 - 3

7. Rosa Hannandira SMP Negeri 169 JAKARTA

- - 1 1

8. Cindy Dian Lestari Pantai Pangandaran - 2 - 2 9. M. Fahri S. stadion glora

bungkarno

4 1 - 5

10. Ghina Rosdiana Firdaus

KotaTawangmangu 1 - - 1


(70)

Tabel 4.4

Deskripsi Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng,

Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 No. Nomor

Karangan

Paragraf ke-

Kalimat ke- Aspek

Kesalahan Nomor ke- 1. 1 2 3 Di lantai 2 memiliki 3 kamar

tidur dan 4 kamar mandi serta 1 dapur dan 1 ruang makan.

3

2. 2 1 3 Jakarta terbagi menjadi 6 yaitu : Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu.

2

3. 2 2 2 Dan juga ada tempat rekreasi-rekreasi lain seperti Dufan (Ancol, Jakarta Utara), TMII (Jakarta Timur)

1

4. 2 3 2 Karena Jakarta adalah

ibukota. Dan itu yang membuat penduduk Jakarta tidak mempunyai pekerjaan dan banyak polusi.

4

5. 3 2 5 Tempat ini membuat kita tertarik untuk mempelajari


(71)

IPA

6. 4 2 1 Saat masuk ke dalam sekolah di utara ada perpustakaan dan ruangan adminitrasi.

6

7. 5 2 4 Selain turis juga banyak warga dari luar daerah yang berlibur ke kota ini.

5

8. 5 3 3 Udara yang diberikan juga sangat sejuk. karena banyak pengunungan yang masih mengelilingi kota ini.

4

9. 6 1 2 Di sana terdapat banyak kebun kentang, dan daun bawang.

2

10. 6 1 3 Gunung Bromo hawanya

sangat dingin ketika sekitar pukul 17.00 hingga pagi, pada sore hari kabut mulai turun ke pedesaaan.

1

11. 6 3 1 Setelah dari pananjakan biasanya Tour Guide menunjukkan wisata lain


(72)

seperti kawah gunung bromo, Pasir Berbisik, dan rumah Teletubies seperti pada filmnya.

12. 7 1 3 SMPN 169 Jakarta seringkali mencetak prestasi akademik dan non-akademik.

7

13. 8 2 1 Selain itu Pantai

Pangandaraan juga terdapat berbagai permainan untuk melihat pemandangan disana, seperti jet ski, banana boat, dan lain-lain.

5

14. 8 2 2 Selain itu kita bisa mencicipi makanan khas disana dan bisa membeli oleh-oleh, ada banyak berbagai macam makanan disana.

5

15. 9 1 4 disana banyak penjual kaos, dan atribut

2, 1

16. 9 2 1 di dalamnya terdapat Bangku warna-warni dan spanduk Persija


(73)

17. 9 2 3 warna temboknya warna oren dan putih, membuat stadionnya makin menarik

1

18. 9 3 2 tempatnya strategis dan disampingnya ada gedung-gedung bertingkat yang menandakan indahnya stadion glora Bungkarno

1

19. 10 1 2 kota ini terletak. di kaki Gunung Lawu.

1

Keterangan aspek kesalahan:

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. 2. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau

pembilangan.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya.

4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagipula, meskipun begitu, akan tetapi.


(74)

6. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa indonesia dengan unsur bahasa asing.

B. Analisis dan Interpretasi Data

Tabel 4.5

Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca dalam Paragraf Deskripsi pada Siswa Bimbingan Belajar Tingkat SMP di Ganesha Operation Cengkareng, Jakarta Barat

Tahun Pelajaran 2015/2016

No Analisis Kesalahan Penggunaan Tanda Baca

1. Data:Di lantai 2 memiliki 3 kamar tidur dan 4 kamar mandi serta 1 dapur dan 1 ruang makan.

Analisis:Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya setelah kata

“mandi” diberi tanda koma. Dalam EYD, tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya. Perbaikan: Di lantai 2 memiliki 3 kamar tidur dan 4 kamar mandi, serta 1 dapur dan 1 ruang makan.

2. Data:Jakarta terbagi menjadi 6 yaitu : Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu. Analisis: Kalimat di atas kurang tepat, karena seharusnya setelah kata

“Utara” diberi tanda koma. Dalam EYD, tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Amsari, lahir di Jakarta tanggal 15 Maret 1990. Putra dari pasangan Iryanto dan Rohati. Penulis telah menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 06 Jakarta dari tahun 1997-2002. Melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 205 Jakarta dari tahun 2002-2005. Melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama atas di SMAN 94 Jakarta dari tahun 2005-2008. Penulis mulai melanjutkan pendidikan S1 di perguruan tinggi sejak tahun 2010 melalui jalur ujian mandiri (UM) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis memilih Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, dan memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) sampai tahun 2016.

Alamat Penulis sejak tahun 1990 hingga sekarang di Jl. Semanan Raya Kampung Pulo RT 04 RW 08 No. 70, Kalideres, Jakarta Barat, 11850. Email: amsarileny@gmail.com.