Pengertian Tanda Baca Penggunaan Tanda Baca

e Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. f Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: 1 Desa itu berpenduduk 24.200 orang. 2 Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa. g Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: 1 Ia lahir pada tahun 1990 di Jakarta. 2 Lihat halaman 2345 seterusnya. 3 Nomor gironya 5645678. h Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: 1 Acara kunjungan Susilo Bambang Yudhoyono 2 Bentuk dan Kedaulatan Bab 1 UUD ‟45 3 Salah Asuhan i Tanda titik tidak dipakai di belakang 1 alamat pengirim dan tanggal suat atau 2 nama dan alamat surat. Misalnya: 1 Jalan Daan Mogot 82 tanpa titik Jakarta tanpa titik 30 April 2016 tanpa titik 2 Yth. Sdr. Iryanto tanpa titik Jalan Semanan Raya 70 tanpa titik Tangerang tanpa titik Atau: 1 Kantor Penempatan Tenaga tanpa titik 2 Jalan Cikini 71 tanpa titik 3 Jakarta tanpa titik 2 Tanda Koma , a Tanda koma dipakai diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: 1 Saya membeli kertas, pena, dan tinta. 2 Surat biasa, surat kilat, maupun surat khusus memerlukan prangko. 3 Satu, dua, … tiga b Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya: 1 Saya ingin datang, tetapi hari hujan. 2 Riki bukan anak saya, melainkan anak Pak Edi. c Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: 1 Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. 2 Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. d Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: 1 Saya tidak akan datang kalau hari hujan. 2 Dia lupa akan janjinya karena sibuk. 3 Dia tahu bahwa soal itu penting. e Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya: 1 …. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. 2 …. Jadi, soalnya tidak semudah itu. f Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: 1 O, begitu? 2 Wah, bukan main 3 Hati-hati, ya, nanti jatuh. g Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya: 1 Kata ibu “Saya gembira sekali.” 2 “Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.” h Tanda koma dipakai di antara i nama dan alamat, ii bagian-bagian alamat, iii tempat dan tanggal, dan iv nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: 1 Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan raya Salemba 6, Jakarta. 2 Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor 3 Tangerang, 11 Januari 2016 4 Kuala Lumpur, Malaysia. i Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: 1 Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. j Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: 1 W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang- mengarang Jogjakarta:UP Indonesia, 1967, hlm. 4. k Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: 1 Ratulangi, S.E. 2 Ny. Khadijah, M.A. l Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 1 12,5 m 2 Rp12,50 m Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F. Misalnya: 1 Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. 2 Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. 3 Semua siswa, baik yang laki-laki maupun perempuan, mengikuti latihan paduan suara. Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: 1 Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. n Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: 1 Dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang sungguh-sungguh. 2 Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Bandingkan dengan: 1 Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. 2 Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus. o Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru. Misalnya: 1 “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim. 2 “Berdiri lurus-lurus” perintahnya. 3 Tanda Titik Koma ; a Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: 1 Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. b Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk. Misalnya: 1 Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adikmenghafal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”. 4 Tanda Dua Titik : a Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: 1 Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. 2 Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati. b Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengkahiri pernyataan. Misalnya: 1 Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. 2 Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan EkonomiPerusahaan. c Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: 1 Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan 2 Tempat Sidang : Ruang 104 Pengantar Acara : Bambang S. Hari : Senin Waktu : 09.30 d Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: 1 Ibu : meletakkan beberapa kopor “Bawa kopor ini, Mir” 2 Amir : “Baik, Bu.” mengangkat kopor dan masuk 3 Ibu : “Jangan lupa. Letakkan baik-baik” duduk di kursi besar e Tanda titik dua dipakai i di antara jilid atau nomor dan halaman, ii di antara bab danayat dalam kitab suci, iii di antara judul dan anak judul suatu karangan , serta iv diantara nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: 1 Tempo, IV 2016, 34: 7 2 Surah Lukman: 29 3 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: sebuah Studi, sudah terbit. 4 Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta . 5 Tanda Hubung - a Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: 1 Di samping cara-cara lama itu ada ju- ga cara yang baru Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. Misalnya: 1 Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan …. 2 Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak …. Atau 3 Beberapa pendapat mengenai masalah Itu telah disampaikan …. 4 Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak …. Bukan 5 Beberapa pendapat mengenai masalah i- tu telah disamapaikan …. 6 Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma- u beranjak …. b Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Misalnya: 1 Kini ada acara baru untuk meng- ukur panas. 2 Kukuran baru ini memudahkan kita me- ngukur kelapa. 3 Senjata merupakan alat pertahan- an yang canggih. Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. c Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. d Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian- bagian tanggal. Misalnya: 1 a-m-s-a-r-i 2 28-4-2016 e Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas i hubungan bagian bagian kata atauungkapan, dan ii penghilangan baian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan 20 x 5.000, tang- gung jawab-dankesetiakawanan-sosial Bandingkan dengan: be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan 1 x 25.000, tang- gung jawab dankesetiakawanan sosial f Tanda hubung dipakai untuk merangkai i se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ii ke- dengan angka, iii angka dengan -an, iv singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan v nama jabatan rangkap. Misalnya: se-Jakarta, ulang tahun ke-2, tahun 90-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X; Menteri-Sekretaris Negara. g Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-skorsing 6 Tanda Pisah ― a Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu―saya yakin akantercapai―diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. b Tanda pisah menegaskan adanya keterangan oposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan ini―evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom―telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. c Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti „sampai ke‟ atau „sampai dengan‟. Misalnya: 1 2015―2016 2 Tanggal 5―10 April 2016 3 Jakarta―Bandung Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. 7 Tanda Elipsis … a Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu … kita kerjakan sekarang saja. b Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab- sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut. Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: Oleh karena itu, kita harus berhati- hati …. 8 Tanda Tanya ? a Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: 1 Dimana ia sekarang? 2 Anda ingat, tidak? b Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat membuktikan kebenarannya. Misalnya: 1 Perusahaan itu berdiri tahun 1998 ?. 2 Uangnya sebanyak 15 juta rupiah ? hilang. 9 Tanda Seru a Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya: 1 Alangkah baiknya orang itu 2 Siapkan barisan sekarang juga 3 Yakin Dia akan melakukannya. 4 Ayo 10 Tanda Kurung … a Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Sekarang Leny sudah memiliki KTP Kartu Tanda Penduduk. b Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Anaknya diberikan nama “Permata” jenis batuan berharga. c Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapatdihilangkan. Misalnya: 1 Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokaina. 2 Pria itu berasal dari kota Bandung. d Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah a alam, b tenaga kerja, dan c modal. 11 Tanda Kurung Siku […] a Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di naskah asli. Misalnya: Dewan juri meng[a]gumi suaranya. b Tanda kurung siku menapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya: Persamaan kedua proses ini perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38] perlu dibentangkan di sini. 12 Tanda Petik “…” a Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya: 1 “Saya sudah mengetahuinya,” kata Mita, “ini buktinya.” 2 Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.” b Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: 1 Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa dari Suatu Tempat. 2 Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” dimuat dalam majalah Tempo. 3 Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu. c Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: 1 Karena ia takut tertipu, cara pembayarannya langsung di tempat yang biasa disebut “COD Cash on Delivery”. 2 Model potongan rambutnya selalu saja “mohawk”. d Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: Kata Ibu, “Jangan hanya diam saja.” e Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: 1 Karena sering ke perpustakaan, Mita mendapat julukan “si Kutu Buku ”. 2 Setelah lulus ujian seleksi masuk kerja, Selanjutnya Beno “Face to Face” untuk diwawancara. Catatan: Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. 13 Tanda Petik Tunggal „…‟ a Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: 1 Tanya Aam, “Kau dengar bunyi „dug-dug‟ tadi?” 2 “Semalam aku mendengar orang teriak „Tolong‟, dan aku pun mencari sumber suara itu,” ujar Pak Yanto. b Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Misalnya: 1 Kaya hati „Pemurah‟ 2 Open „buka‟ 3 Bilingual „dua bahasa‟ 14 Tanda Garis Miring a Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: 1 No. 7IV2016 2 Jalan Dharma III10 3 tahun pelajaran 20152016 b Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. Misalnya: 1 dikirimkan lewat „dikirimkan lewat daratlaut darat atau laut‟ 2 harganya Rp500,00buah „harganya Rp500,00 tiap buah‟ 15 Tanda Penyingkat atau Apostr of „ Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: 1 Aku „kan pergi sekarang. „kan = akan 2 Ia „lah menuduhku. „lah = telah 3 21 April ‟16. ‟16 = 2016 5

2. Paragraf

a. Pengertian Paragraf

Seseorang yang menguasai bahasa lisan secara aktif belum tentu menguasai bahasa tulis secara aktif. Banyak orang yang pandai berbicara di depan umum, tetapi tidak mudah menuangkan idenya dalam bentuk bahasa tulis. Dalam penguasaan bahasa tulis, salah satu hal yang perlu diingat ialah penguasaan menyusun paragraf yang baik. Seorang penulis dituntut untuk menuangkan ide dan pikirannya secara teratur dan terorganisasi ke dalam jenjang-jenjang tulisan: katadiksi, kalimat, paragraf, subbab, babwacana, dan buku. Tentu saja, seorang tidak akan mampu membuat sebuah paragraf jika tidak menguasai sistem ejaan, penggunaan kata, dari kalimat dengan baik. Kemampuan menerapkan Ejaan yang Disempurnakan, memilih diksi yang tepat, dan membuat kalimat efektif tidak sepenuhnya menjamin seseorang 5 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi ke-2, Cet. ke-17, 1991, hlm. 53-68. dapat menulis dengan baik. Ada satu syarat yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh penulis yaitu seseorang dituntut mampu menghubung- hubungkan kalimat dengan kalimat dalam satu kesatuan yang koherenpadu. 6 Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. 7 Paragraf adalah rangkaian kalimat yang secara bersama-sama menjelaskan suatu unit ide atau gagasan pengarang. Kalimat-kalimat tersebut saling berhubungan dan tarik-menarik kohesi. 8 Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimatnya harus disusun secara runtut dan sistematis.Paragraf merupakan satu kesatuan kalimat yang padu dan utuh. 9 Berdasarkan uraian di atas, paragraf merupakan serangkaian kalimat yang terdiri dari satu kalimat utama atau kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Antara satu kalimat dengan kalimat lain dalam paragraf tersebut saling berhubungan koherenpadu dan tarik-menarik kohesi. 6 Ramlan A.Gani dan Mahmudah Fitriyah Z.A, op. cit., hlm.128-129. 7 Sabarti Akhadiah, dkk.,Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga, Cet. ke-14, 1988, hlm. 144. 8 Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf, Jakarta: Grasindo, 2004, hlm. 32. 9 Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Erlangga, 2009, hlm. 101.

b. Syarat-Syarat Paragraf

Dalam menyusun paragraf yang baik, seorang penulis dituntut untuk memperhatikan syarat paragraf yang baik, yaitu kesatuan dan kepaduan koherensi. 1 Kesatuan Tiap alinea hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik.Fungsi alinea adalah mengembangkan gagasan pokok atau topik tersebut. Oleh karena itu, dalam pengembangannya tidak boleh ada unsur- unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik atau gagasan tersebut. Alinea dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam alinea itu tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. 2 Koherensi Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea ialah koherensi atau kepaduan, yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperhatikan kesatuan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah alinea. Alinea yang memiliki koherensi akan sangat memudahkan pembaca mengikuti alur pembahasan yang disuguhkan. Ketiadaan Koherensi dalam sebuah alinea akan menyulitkan pembaca untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lainnya. Dalam koherensi, termasuk pula keteraturan sistematikaurutan gagasan. Gagasan dituturkan pula secara teratur dari satu detail ke detail berikutnya, dari satu fakta ke fakta selanjutnya, dari satu soal ke soal yang lain, sehingga pembaca dapat dengan mudah mengikuti uraian yang disajikan dengan seksama. Untuk menyatakan kepaduan atau koherensi dari sebuah alinea, ada bentuk lain yang sering digunakan yaitu penggunaan kata atau frasa kelompok kata dalam bermacam-macam hubungan. 10

c. Ciri-ciri dan Fungsi Paragraf