pada penderita dengan dehidrasi, maka infus saline sebelum pemberian kontras menjadi langkah dalam pencegahan CIN. Selain waktu dan cara hidrasi, faktor lain
seperti tonisitas dan komposisi cairan juga memegang peranan penting Pannu dkk, 2006.
Pada saat ini, direkomendasikan untuk pemberian hidrasi cairan dengan 0,45 saline dengan rata-rata 1 mlkgjam yang dimulai 1 sampai 2 jam sebelum
prosedur hingga 24 jam pada penderita dengan risiko terjadi CIN. Pengawasan yang ketat untuk kondisi kebutuhan cairan sangat diperlukan pada penderita gagal jantung
Panuu dkk, 2006.
2. N-acetylcystein N-acetylcystein NAC merupakan bentuk modifikasi dari amino acid cystein
dengan berat molekul 163,2. Obat ini digunakan secara oral ataupun intravena, merupakan antioksidan yang dapat melindungi agar tidak terjadi injury pada jaringan
yang teroksidasi. Mekanisme pasti NAC mencegah CIN belum jelas, namun oleh karena NAC berfungsi sebagai antioksidan, sehingga selalu diasumsikan mekanisme
inilah yang bertanggung jawab sebagai efek protektifnya Pannu dkk, 2006. NAC mempengaruhi metabolism kreatinin melalui aktivasi kreatinin kinase
dan pada subjek sehat yang diberikan NAC, kadar kreatinin serum menurun namun cystatin-C tidak berubah. Lameire, 2006
NAC sebagai antioksidan telah menunjukkan penurunan angka kejadian CIN dan mortalitas setelah primary PCI. Dosis pemberian NAC ini bervariasi dalam
beberapa penelitian, namun yang paling berhasil dicapai dengan dosis 1200 mg secara oral yang dapat diberikan dua kali sehari pada satu hari sebelum dan sesudah
tindakan McCullough, 2008. Metaanalisis yang dilakukan oleh Kelly dkk 2008 menyatakan bahwa NAC
secara signifikan menurunkan resiko terjadinya CIN jika dibandingkan dengan pemberian saline saja.
II. 1. 6. 2. 2. Terapi yang belum terbukti
Menurut Gami dkk 2004 terapi yang belum terbukti dapat menurunkan angka kejadian CIN dan masih dalam perdebatan serta masih diperlukan studi-studi
untuk membuktikannya adalah : 1.
Diuresis paksa
Universitas Sumatera Utara
2. Hemodialisis
3. Penghambat kanal kalsium
4. Teofilin
5. Prostaglandin E1
6. Dopamin
7. Fenoldopam
Tabel 6.
Rekomendasi pencegahan terhadap CIN Wijns dkk, 2010.
Tabel 7.
Evaluasi strategi terapi untuk menurunkan resiko CIN Bartorelli dkk, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Algoritme penatalaksaan pasien yang terpapar media kontras
McCullough, 2008.
II. 2. Media Kontras II. 2. 1. Jenis - jenis
Salah satu metode untuk mengklasifikasikan media kontras yang teriodinasi adalah berdasarkan osmolaritasnya. High osmolar contrast media HOCM, 2000
mOsmkg H2O seperti misalnya diatrizoate, iothlamate, ioxithalamate memiliki osmalalitas lima sampai delapan kali lebih tinggi dibandingkan plasma darah. Kontras
media ini berkembang pada tahun 1950an dan untuk beberapa tahun menjadi media yang utama dalam prosedur yang menggunakan kontras. Low osmolar contrast media
LOCM, 600-900 mOsmkg H2O seperti iohexol, iopamidol dan ioxaglatte yang pertama kali diperkenalkan tahun 1980an, kontras ini masih tetap hiperosmolar
dengan osmolalitas dua sampai tiga kali lebih tinggi dibandingkan plasma darah. Dan pada tahun 1990an kontras media yang terbaru yang mulai dikembangkan adalah iso-
osmolar contrast media IOCM, 290 mOsmkg H2O seperti iodixanol yang osmolaritasnya sama dengan plasma darah McCullough, 2008; Lameire, 2006; Pannu
dkk, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8.
Media kontras yang biasa digunakan Pannu dkk, 2006.
Tabel 9.
Modifikasi media kontras termasuk ukuran molekul, komposisi non-ionic dan osmolaritas Brinker dkk, 2005.
II. 2. 2. Kejadian trombosis
Pada studi invitro, seluruh media kontras memiliki efek antikoagulan. Studi yang dilakukan pada LOCM, ioxaglate memiliki kekuatan antikoagulan yang paling
kuat dan iodixanol yang termasuk dalam IOCM memiliki kekuatan antikoagulan yang paling rendah. Dan inkubasi yang dilakukan terhadap media kontras pada darah
Universitas Sumatera Utara
didapatkan hasil tidak ada aktivasi platelet selama 30 menit dengan ioxaglate, aktivasi platelet terjadi dalam 1 menit dengan iohexol dan aktivasi platelet yang sedang selama
30 menit dengan iodixanol Corot dkk, 1996. Studi yang hampir sama yang dilakukan oleh Bertrand dkk 2000
menunjukkan hasil agregasi platelet lebih banyak terjadi pada iopamidol dibandingkan dengan iodixanol. Robertson menyatakan bahwa pembentukan clot
lebih cepat terjadi setelah pemberian media kontras non-ionic dibandingkan ionic Dusaj dkk, 2009. Hal ini menunjukkan bahwa adanya efek nyata dari media kontras
terhadap kaskade koagulasi dan aktivasi platelet Brinker dkk, 2005.
II. 2. 3. Nefrotoksisitas