Dongeng Momotaro ini sarat akan nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral yang ditunjukkan dalam dongeng ini adalah mengenai moral hidup, yaitu moral hidup
yang menunjukkan sikap-sikap kepribadian moral yang kuat. Sikap kepribadian moral yang kuat itu seperti halnya moral keberanian, kejujuran moral, kebaikan,
keadilan, sikap hormat, kemandirian moral, kerendahan hati, kesediaan untuk bertanggung jawab, realistik dan kritis. Sikap kepribadian moral yang kuat ini
juga terdapat dalam prinsip etika moral Bushido seperti halnya, kejujuran, keberaniaa, kemurahan hati, kesopanan, keadilan, kehormatan, dan kesetiaan.
Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ini:
1. Bagaimana pesan-pesan moral yang diungkapkan oleh Yei Theodora
Ozaki dalam dongeng “Momotaro” ini, khususnya pesan mengenai etika moral Buhido?
2. Apa pesan yang disampaikan pengarang melalui dongeng
“Momotaro” ini kepada pembaca?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam setiap penelitian, penentuan ruang lingkup adalah salah satu langkah penting yang harus dilakukan. Dengan adanya ruang lingkup
pembahasan, maka penelitian itu bisa secara jelas diketahui apa yang menjadi batasan permasalahan yang akan diteliti.
Pembahasan masalah mengenai pesan-pesan moral ini, dikaji berdasarkan pada masalah yang berhubungan dengan moral yang tercermin melalui cerita
peristiwa baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam karya sastra tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, dalam ruang lingkup pembahasan ini, lebih difokuskan pada analisis pesan moral yang terdapat dalam dongeng Momotaro, yang
menunjukkan sikap-sikap kepribadian etika moral Bushido seperti halnya kejujuran
真 makoto, keberanian
勇 yu, kebajikan atau kemurahan hati
仁 jin, kesopanan atau hormat
礼 rei, keadilan kesungguhan atau integritas
義 gi,
kehormatan atau martabat 名誉
meiyo, dan kesetiaan 忠義
chungi. Sebelum menganalisis pesan moral yang ada dalam dongeng Momotaro, penulis
menjelaskan juga mengenai defenisi moral, prinsip-prinsip dasar moral, sikap- sikap kepribadian moral, prinsip etika moral Bushido, dongeng klasik Jepang,
setting cerita momotaro, serta biografi pengarang.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori. 1.4.1 Tinjauan Pustaka
Prosa Fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh palaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan, dan rangkaian cerita tertentu yang
bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita Aminuddin, 2003:66.
Menurut Ahmad dalam Mursini, 2007:33, fiksi disebut juga cerkan cerita rekaan, tulisan naratif yang timbul dari imajinasi pengarang dan tidak
mementingkan segi fakta sejarah, yang meliputi cerita nasehat dan cerita dongeng tentang dewa-dewi.
Sastra dalam arti khusus yang digunakan dalam konteks kebudayaan, adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Jadi, pengertian sastra sebagai
hasil budaya dapat diartikan sebagai bentuk upaya manusia untuk mengungkapkan
Universitas Sumatera Utara
gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan pemikirannya http:www.anneahira.compengertian-sastra.htm.
Melalui karya sastra, dapat membawa pembaca terhibur dengan berbagai kisahan yang disajikan pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan.
Pembaca akan memperoleh pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan.
Defenisi dongeng adalah, suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang
mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang
kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membuat pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi,
tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan http: defenisi-pengertian.blogspot.com 2010 12 pengertian
dongeng. html. Salah satu aspek moral karya sastra adalah konsep humanisme, yang
merupakan salah satu sarana untuk membantu manusia dalam mencapai harkat yang lebih tinggi dan merupakan pengungkapan tentang masalah-masalah dan
perjuangan hidup. Tentunya sastra tercipta adalah untuk kepentingan manusia, dari karya
sastra tersebut manusia akan mendapatkan pengajaran atau nilai-nilai moral yang dapat dijadikan sebagai falsafah hidup.
Menurut Dagobert D. Runes dalam Moekijat, 1995:44, Morals: The term is sometimes used as equivalent to “ethics”. More frequently it is used to
Universitas Sumatera Utara
designate the codes, conduct, and costoms of individuals or of group, as when one speaks of the moral of person or of a people. Here it is equivalent to the Greek
word ethos and the Latin mores. Moral: Istilah ini kadang-kadang dipergunakan sebagai kata yang sama artinya dengan “etika”. Lebih sering istilah moral
dipergunakan untuk menunjukkan kode, tingkah laku, dan adat atau kebiasaan dari individu-individu atau kelompok-kelompok, seperti apabila seseorang
berbicara tentang moral orang atau moral orang-orang. Di sini moral sama artinya dengan kata Yunani ethos dan Latin mores. Selain itu, menurut Suseno 1989:19
mengemukakan, bahwa moral adalah hal yang mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia.
1.4.2 Kerangka Teori
Teori meringkas hasil penelitian. Dengan adanya teori, generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dilakukan dengan mudah. Teori juga dapat
memadu generalisasi-generalisasi satu sama lain secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan akan hubungan antar generalisasi atau pernyataan
Nazir, 2006:20. Dalam penelitian ini, untuk mengungkapkan bagaimana pesan moral yang
terdapat dalam dongeng tersebut kepada para pembaca, penulis menggunakan pendekatan moral dan pendekatan semiotik.
Karya prosa fiksi merupakan karya yang bersifat imajinatif atau khayalan, yang berisikan berbagai masalah kehidupan manusia, baik masalah manusia
dengan dirinya sendiri, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungannya. Namun di balik semua itu, baik secara tersurat maupun tersirat
Universitas Sumatera Utara
selalu menunjukkan adanya sebuah nilai-nilai moral yang boleh diteladani oleh pembaca.
Pesan moral dalam sebuah karya sastra menunjukkan kepada pembaca akan nilai kebaikan dan kebenaran. Sehingga dalam sebuah karya sastra yang
baik, tentunya harus menunjukka penafsiran kehidupan dan mengungkapkan karakter hidup. Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang dapat
mengungkapkan hal-hal yang orang lain mungkin tidak bisa untuk mengungkapkannya dan melihatnya Siswanto, 2008:82.
KBBI dalam Nurgiyantoro 1995:321, secara umum, moral menyaran pada pengertian ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya: ahlak, budi pekerti, susila. Bushido sebagai salah satu moral bangsa Jepang menurut Situmorang
dalam Rahman 2006:8 adalah, semangat kesatria, moralitas bushi, atau jalan hidup bushi. Bushido tidak terlepas dari religi sebagai sumber awal, yang lahir
dari sentuhan Shinto, Zen Budhism, dan ajaran Konfisius. Sekte Budha Zen menitik beratkan ajarannya pada cara hidup yang benar
atau disiplin dan melatih diri, sekte ini lebih berorientasi ke arah apresiasi dan pemahaman dari pada pemujaan. Ajaran Zen melebihi dogma dari sebuah sekte
dan terdapat mengenai pikiran absolute. Melalui ajaran Zen, dapat menghadirkan usaha manusia mencapai arena pemikiran absolut. Metodenya adalah sebuah
perenungan niat yang merupakan sebuah tujuan yang menyakinkan prinsip yang mendasari semua fenomena. Jika hal itu bisa, maka akan mencapai keabsolutan
dan keharmonisan.
Universitas Sumatera Utara
Shinto adalah satu nama yang digunakan untuk merangkum satu keberagaman fenomena. Dalam Shinto terdapat banyak nilai moral seperti
tanggung jawab terhadap penguasa, cinta pada leluhur, kasih sayang, juga kecintaan terhadap tanah air patriotism.
Ajaran Konfusionis adalah mengenai keutamaan kesetiaan juga secara luas disebarkan dan mempunyai dampak yang cukup penting dalam perkembangan
etika kelas samurai bushido. Sikap ketaatan kepada orang tua akan menghasilkan sikap setia yang akan menjadi kebajikan tertinggi.
Seluruh etika yang terdapat dalam Bushido dijadikan standard moral, agar para bushi dapat melihat dan membedakan sikap yang benar dan salah dalam
menjalani kehidupannya. Dalam moral Bushido, sangat menjunjung tinggi nilai- nilai kejujuran, keberanian, kebajikan kemurahan hati, kesopanan, kesungguhan,
memelihara kehormatan, dan kesetiaan. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam cerita menurut Kenny
dalam Nurgiyantoro 1995:322, biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu, yang bersifat praktis, yang dapat
diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai
hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Moral bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat
ditampilkan, atau modelnya ditemukan dalam kehidupan nyata, sebagai model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat tokoh-tokohnya.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah karya fiksi ditulis oleh pengarang antara lain, untuk menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Fiksi mengandung penerapan moral dalam
sikap dan tingkah laku tokoh sesuai dengan pandangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat
mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, yang diamanatkan, Nurgiyantoro 1995:322.
Pendekatan moral bertolak dari dasar pemikiran bahwa suatu karya sastra dianggap sebagai suatu medium arah yang paling efektif membina orang dan
kepribadian suatu kelompok masyarakat. Moral juga diartikan sebagai norma- norma sosial atau konsep kehidupan yang disanjung tunggi oleh sebagian besar
masyarakat. Pendekatan moral pada sebuah karya sastra dilihat dari etika dan
keyakinan, sehingga pendekatan ini cenderung menjerumus kepada segi-segi nilai keagamaan.
Berdasarkan pendekatan moral, penulis dapat mengungkapkan amanat atau pesan yang ada dalam cerita dongeng, yang dikaji berdasarkan tindakan
perilaku positif oleh para tokoh cerita, yang menunjukkan pesan-pesan moral, khususnya etika moral Bushido. Oleh sebab itulah penulis menggunakan
pendekatan moral. Pendekatan kedua yang penulis gunakan adalah pendekatan semiotik.
Pendekatan semiotik merupakan salah satu kritikan yang penting dan popular dalam bidang bahasa dan kesusasteraan. Pendekatan ini menggunakan prinsip-
prinsip teori semiotik sebagaimana yang yang dikemukakan oleh beberapa orang tokoh seperti Fredinand de Saussure, Sander Pierce, Micheal Riffaterre, Umbarto
Universitas Sumatera Utara
Eco, Jurij Lotman dan lain-lain. Pradopo, dkk 2007:71, menyatakan bahwa semiotik itu adalah ilmu yang mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konveksi-
konveksi yang memungkinkan tanda-tanda itu memiliki arti. Menurut Hoed dalam Nurgiyantoro 1995;40, semiotik adalah ilmu atau
metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan
lain-lain. Jadi, yang dapat menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan, walaupun harus diakui
bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Tanda- tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk
tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rambut, pakaian, karya seni sastra, patung, dan lain-lain yang berada di sekitar kita.
Sastra semiotik memusatkan kajiaannya pada lambang-lambang, sistem lambang, dan proses perlambangan di dalam karya sastra. Pendekatan semiotik
beranggapan karya sastra memiliki sistem tanda yang bermakna dengan media bahasa yang estetik. Sistem tanda atau lambang dalam karya sastra ini memiliki
banyak interpretasi. Dalam menafsirkan suatu sistem lambang, pembaca mengartikan gejala-
gejala tertentu kata-kata, kalimat, gerak-gerik berdasarkan pada sebuah kaidah atau sejumlah kaidah. Kaidah ini merupakan sebuah kode, yaitu alasan atau dasar
mengapa kita mengartikan suatu gejala begini atau begitu, Luxemburg dalam Mursini 2007:113.
Dalam menafsirkan dan memahami karya sastra, kode-kode yang perlu diketahui adalah kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya. Pendekatan semiotik
Universitas Sumatera Utara
analisisnya tidak terbatas pada karya sastra itu sendiri, juga hubungannya dengan hal-hal yang berada di luarnya antara kode budaya, seperti masalah budaya dan
sistem tata nilai yang mewarnai karya sastra. Berdasarkan pendekatan semiotik, penulis dapat menginterpretasikan sikap
para tokoh-tokoh ke dalam tanda. Tanda yang ada pada dongeng akan diinterpretasikan dan kemudian akan dipilih bagian mana yang merupakan
tindakan para tokoh yang mencerminkan moral. Oleh sebab itulah, penulis memilih menggunakan pendekatan semiotik.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan skripsi ini, sesuai dengan masalah di atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengungkapkan bagaimana pesan moral yang terdapat dalam
cerita rakyat Jepang “Momotaro” terhadap pembaca. 2.
Untuk mengetahui pesan yang disampaikan pengarang dalam cerita rakyat Jepang “Momotaro” kepada pembaca.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Dengan mengadakan penelitian pada dongeng “Momotaro” karya Yei Theodora Ozaki, diharapkan dapat memberi manfaat yakni:
1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang bagaimana
nilai pesan moral ditinjau dari dongeng ini.
Universitas Sumatera Utara
2. Menambah wawasan tentang kebudayaan masyarakat Jepang
khususnya bagi mahasiswa sastra Jepang.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode induktif. Wibisono dalam Kaelan, 2005: 95, metode induktif diterapkan manakala peneliti akan
melakukan suatu penyimpulan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis data. Proses induktif diterapkan berdasar data-data yang telah terkumpul dan
dianalisis, yaitu melalui suatu sintesis dan penyimpulan secara induktif aposteriori. Induktif aposteriori artinya pembentukan suatu konstruksi teoritis
berdasarkan struktur logika. Selain itu, dalam pengumpulan data penulis juga menggunakan metode
pendukung, yakni studi kepustakaan Library Research, dengan 2 dua tehnik pengumpulan data yaitu: Survey Book, menghimpun data dari berbagai macam
Literature buku yang berhubungan dengan masalah penelitian. Documentary Research, dilakukan dengan menghimpun data yang bersumber dari internet.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP KONSEP MORAL DAN DONGENG
KLASIK JEPANG 2.1 Defenisi Moral
Kata moral berasal dari bahasa latin Mores. Mores berasal dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moral dengan demikian dapat
diartikan ajaran kesusilaan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan. Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara
baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah- petuah, nasihat, wejangan, peraturan, dan semacamnya, yang diwariskan secara
turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik, agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik.
Moralitas juga memberi manusia aturan atau petunjuk konkret tentang bagaimana ia harus bertindak dalam hidup ini sebagai manusia yang baik dan
bagaimana menghindari perilaku-perilaku yang tidak baik. Ada perkataan lain yang mengungkapkan kesusilaan yaitu etika. Perkataan
etika berasal dari bahasa yunani: ethos dan ethikos yang berarti kesusilaan, perasaan batin, kecenderungan untuk melakukan suatu perbuatan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dari W.J.S Poerwadarminto dalam Salam 2000:2, terdapat keterangan bahwa moral adalah ajaran tentang
baik-buruk perbuatan dan kelakuan, sedangkan etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak moral.
Dari beberapa keterangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa moral mempunyai pengertian yang sama dengan kesusilaan, yaitu memuat ajaran
Universitas Sumatera Utara
tentang baik buruknya perbuatan. Jadi, perbuatan itu dinilai sebagai perbuatan yang baik atau perbuatan yang buruk. Penilaian itu menyangkut perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja. Memberikan penilaian atas perbuatan dapat disebut memberikan penilaian etis atau moral.
Sasaran dari moral adalah keselarasan dari perbuatan manusia dengan aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan manusia itu.
2.2 Prinsip- Prinsip Dasar Moral 2.2.1 Prinsip Sikap Baik