Latar waktu setiap hari juga ada pada cerita ini yang terdapat pada halaman 336, alinea ketiga yang menyatakan “setelah berjalan cepat setiap
harinya, mereka akhirnya sampai di pantai Samudra Timur-Laut”. Matahari tengah terik bersinar juga disebutkan secara simbolik pada cerita
ini, yang terdapat pada halaman 339, alinea pertama yang menyatakan “dan suatu hari ketika metahari tengah terik bersinar, terlihat sosok sebuah pulau
dikejauhan”. Tahun yang lebih panjang lagi digunakan juga dalam cerita ini. Hal ini
terdapat pada halaman 343, alinea keempat “karena kau telah membunuh dan menyiksa orang-orang serta merampok warga kami selama bertahun-tahun”.
Itulah latar tempat dan latar waktu yang digunakan dan terdapat pada cerita dongeng Momotaro ini.
2.6 Biografi Pengarang
Yei Theodora Ozaki adalah penerjemah era awal abad ke-20 untuk dongeng-dongeng klasik Jepang. Karya terjemahannya sangat popular dan
mengalami cetak ulang beberapa kali, hingga setelah akhir hayatnya. Beliau lahir di Amerika Serikat, putri dari Baron Ozaki, salah satu dari
sedikit warga negara Jepang pertama yang mendapat pendidikan di Barat. Setelah orangtuanya bercerai, Yei dan saudara-saudaranya tinggal bersama ibunya, Bathia
Chaterina Morrison, hingga remaja, sebelum kemudian dikirim pulang ke Jepang bersama ayahnya.
Ketika beranjak dewasa, Yei menolak perjodohan yang diinginkan ayahnya, lalu pergi meninggalkan rumah dan menjadi guru dan sekretaris.
Universitas Sumatera Utara
Bertahun-tahun kemudian, ia melakukan perjalanan antara Jepang dan Eropa sebagai bagian dari tugasnya. Pada masa-masa itulah, surat-surat untuk Yei Ozaki
sering salah kirim kepada Yukio Ozaki, seorang polisi Jepang, demikian pula sebaliknya. Akhirnya, tahun1904 mereka berduapun bertemu untuk pertama
kalinya dan tak lama kemudian menikah.
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISIS PESAN MORAL DALAM DONGENG MOMOTARO
3.1 Sinopsis Cerita Momotaro
Cerita ini dimulai pada waktu yang lama sekali. Tokoh utamanya yaitu Momotaro. Diceritakan, tinggallah seorang pak tua dan istrinya. Mereka ini adalah
petani miskin, dan harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Suatu hari, pak tua pergi ke bukit seperti biasanya untuk membabat rumput
dan istrinya membawa baju ke sungai untuk dicuci. Istri pak tua akhirnya menemukan tempat yang enak di dekat sungai, lalu menurunkan keranjangnya.
Ketika dia tengah sibuk mencuci baju, sebuah biji perik besar tampak terombang- ambing ombak sungai. Istri pak tua terheran-heran, sebab seumur hidupnya ia
belum pernah melihat buah persik sebesar yang dilihatnya sekarang. Direntangkannya tangannya untuk mencoba meraihnya, tetapi buah itu
masih jauh dari jangkauan tangannya. Dicarinya ranting kayu, tetapi tidak ada satupun ranting kayu di sana yang terlihat.
Ia berhenti sejenak untuk berpikir apa yang harus dilakukannya, diingatnya sebuah pantun tua yang manjur. Lalu dia mulai bertepuk tangan untuk mengatur
irama pantunnya dengan gerakan persik yang terombang ambing ombak sungai itu.
Begitu ia mulai mengulang–ulang syair singkat itu, buah persik itu mulai datang mendekat dan semakin mendekati tepi sungai, ke tempat di mana istri pak
tua berdiri sampai akhirnya buah itu berhenti tepat di depannya sehingga dia bisa
Universitas Sumatera Utara
memungutnya. Istri pak tua merasa gembira. Dia tak bisa melanjutkan bekerja karena begitu senang dan bahagianya. Dia pun lalu bergegas pulang.
Si istri sudah tidak sabar menungu suaminya pulang, dan akan menceritakan apa yang ia temukan. Ketika pak tua akhirnya pulang, si istri
menceritakan apa yang telah ia temukan di sungai. Istrinya lalu berlari masuk ke sebuah kamar yang kecil dan mengeluarkan dari lemari buah persik yang besar
itu. Ketika pak tua melihat buah persik itu, dia juga merasa takjub. Diambilnya pisau dapur, lalu ditaruhnya buah persik itu di atas talenan, tengah bersiap hendak
memotongnya, ketika ajaibnya buah persik itu terbelah dua dengan sendirinya. Lalu keluarlah seorang anak berukuran mini yang tampan, mereka memberi nama
anak itu MOMOTARO, atau ANAK BUAH PERSIK, karena dia muncul dari dalam buah persik.
Tahun-tahunpun berlalu begitu cepatnya dan si anak tumbuh besar dan sudah berumur lima belas tahun. Dia lebih tinggi dan jauh lebih kuat dibanding
anak laki-laki lainnya yang seusianya. Dia pun memiliki wajah yang rupawan dan juga pemberani, serta sangat bijaksana untuk anak seusia itu.
Suatu hari Momotaro mendatangi ayahnya dan ia mengutarakan niatnya untuk sementara waktu akan meninggalkan ayah dan ibunya. Ia menceritakan
kalau ia akan pergi ke sebuah pulau di bawah laut, tempat pertahanan sekawanan setan yang sering menyerang negerinya, membunuh dan merampok orang-orang,
lalu membawa semua yang bisa mereka temukan. Momotaro ingin mengalahkan mereka dan membawa kembali semua barang jarahan yang sudah mereka curi dari
negerinya.
Universitas Sumatera Utara
Mendengar niat anaknya itu, pak tua terkejut sekali, namun ia sangat bangga, karena anaknya yang masih berusia 15 tahun sudah memiliki pemikiran
seperti itu. Akhirnya pak tua dan istrinya pun memberangkatkan Momotaro.
Walaupun perpisahan itu sangat menyedihkan, namun di hati mereka masing- masing ada perasaan bangga.
Momotaro bergegas dalam perjalanannya sampai tengah hari. Selama dalam perjalanan, Momotaro secara berturut-turut bertemu dengan seekor anjing,
kera, dan burung pegar. Ketiga binatang itu meminta diri untuk ikut bersama Momotaro dalam perjalanan menuju pulau setan.
Setelah berjalan cepat setiap harinya, mereka akhirnya sampai di pantai Samudra Timur-Laut. Sesaat si anjng, kera, dan si burung kebingungan dan saling
berpandang-pandangan dalam hening. Karena mereka belum pernah melihat laut sebelumnya.
Momotaro menyadari kalau semangat mereka menjadi ciut begitu melihat laut. Momotaro akhirnya menyemangati mereka, dan pada akhirnya mereka
kembali bersemangat. Momotaro lalu mengambil sebuah perahu kecil, dan mereka semua naik
perahu itu. Ketika mereka mulai bosan, mereka akan saling bercerita tentang pengalaman-pengalaman yang mereka banggakan, dan bermain bersama, dan
Momotaro merasa sangat terhibur mendengar ketiga binatang itu serta mengamat- amati keunikan mereka masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Ketika itu angin bertiup bersahabat dan tak terhadang badai, jadi perahu itu bisa melaju cepat, dan suatu hari ketika matahari tengah terik bersinar, terlihat
sosok sebuah pulau di kejauhan, menjawab penantian mereka. Momotaro langsung tahu kalau apa yang mereka lihat itu adalah benteng
para setan. Di puncak pantai yang terjal dan menjorok ke laut ada sebuah kastil besar. Kini ketika tantangan sudah di depan mata, dia serius berpikir mencari cara
bagaimana dia nanti akan memulai serangan. Momotaro akhirnya mendapat ide, ia membagi tugas masing-masing.
Mulai dari si burung yang diperintahkan untuk segera terbang ke kastil dan memancing para setan itu untuk bertempur. Sementara si burung sudah pergi
menghampiri tembok pertahanan setan itu, Momotaro, kera, dan anjing membawa perahu mendarat ke pantai.
Momotaro mendarat, dan berharap bisa menemukan jalan masuk, berjalan menuju puncak, di ikuti si kera dan si anjing. Tak lama kemudian mereka bertemu
dengan dua gadis cantik yang tengah mencuci baju di sungai. Momotaro melihat kalau baju-baju mereka itu bernoda darah, dan saat ke dua gadis itu mencuci, air
mata mereka mengalir membasahi pipi. Momotaro menanyakan jati diri mereka, ternyata mereka adalah tawanan raja setan. Mereka diculik dari rumah mereka ke
pulau itu dan mereka harus jadi pelayannya. Setelah mendengar semua itu, Momotaro menenangkan mereka dan
berjanji akan menyelamatkan mereka. Momotaro meminta tolong untuk ditunjukkan jalan masuk ke dalam kastil.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian kedua gadis itu berjalan di depan dan menunjukkan pada Momotaro sebuah pintu kecil di belakang yang terletak di bagian terendah tembok
kastil itu. Momotaro begitu gencar melancarkan serangan bertubi-tubinya membuat
gerombolan setan tak sanggup bertahan diri melawannya. Pertama-tamanya, lawan mereka adalah seekor burung, si ayam pegar, tetapi ketika kini Momotaro
beserta si anjing dan si kera telah sampai, mereka semua jadi kalang kabut, karena mereka layaknya ratusan orang.
Beberapa dari monster itu terjungkal dari jembatan kastil dan hancur berkeping-keping menghantam karang di bawahnya, yang lainnya ada yang
tercumplung ke laut dan tenggelam, banyak lagi yang mati. Pimpinan gerombolan setan itu akhirnya tinggal satu-satunya yang tersisa.
Dia memutuskan untuk menyerah, karena disadarinya kalau lawannya itu lebih kuat dari manusia biasa.
Kemudian Momotaro mengikat si pemimpin setan itu dan menyerahkannya pada si kera untuk menjaganya. Setelah melakukan itu,
Momotaro berjalan berkeliling ke semua ruangan di kastil itu dan melepaskan para tawanan, lalu mengumpulkan semua harta yang ditemukannya.
Si anjing dan si burung membawa pulang barang-barang jarahan itu, dan Momotaro kembali kerumahnya berjaya, membawa serta bersamanya si raja setan
sebagai tawanan. Kedua gadis yang malang itu, anak-anak dari daimyo, dan yang lainnya
juga yang telah diculik oleh si setan jahat untuk menjadi budaknya, diantar pulang ke rumahnya dengan selamat dan diserahkan ke orang tua mereka.
Universitas Sumatera Utara
Seluruh negeri mengelu-elukan Momotaro sebagai pahlawan saat dia pulang dalam keadaan berjaya, dan semua bergembira karena negeri itu kini
terbebas dari setan-setan perampok yang selama ini menteror seluruh negeri selama bertahun-tahun.
Kegembiraan pak tua dan istrinya jauh lebih dari sebelum-sebelumnya, dan harta yang di bawa pulang momotaro membuat mereka bisa hidup tenang dan
berkecukupan sampai akhir hayatnya.
3.2 Analisis Cerita Momotaro