Sebaliknya, IGF-1 juga dapat menstimulasi pembentukan DHEA-S oleh kelenjar adrenal. Hal ini terjadi karena IGF-1 dapat meningkatkan dan mempertahankan enzim-enzim
steroidogenik yang bertanggung jawab untuk mengubah kolesterol menjadi prekursor steroid untuk sintesis DHEA-S dan androgen. Selain itu IGF-1 juga dapat menginduksi enzim 5
- reductase pada fibroblas kulit manusia yang mengakibatkan peningkatan konversi testosteron
menjadi dehidrotestosteron.
50
Insulin-like Growth Factor-1 mempunyai peranan penting yang luas dalam mengatur fungsi-fungsi di dalam tubuh manusia. Hampir semua sel dalam tubuh manusia dipengaruhi
oleh IGF-1, khususnya sel otot, tulang rawan, tulang, hepar, ginjal, saraf, kulit dan paru-paru. Peranan IGF-1 secara garis besar adalah merangsang proliferasi dan pertumbuhan sel,
anabolik protein, inhibisi apoptosis, menurunkan kadar GH dan hormon insulin. Peranan ini akan terhambat atau berkurang bila IGF-1 berada dalam ikatan dengan IGFBP-3.
42
5. Hubungan antara diet, IGF-1 dan akne vulgaris
Data menunjukkan bahwa IGF-1 dibutuhkan untuk proliferasi keratinosit pada manusia
16
dan pada tikus transgenik, ekspresi yang meningkat dari IGF-1 menyebabkan hiperkeratosis dan hiperplasia epidermis, yang mendukung pernyataan bahwa peningkatan
kadar IGF-1 bebas yang dipicu oleh insulin dapat mencetuskan akne vulgaris melalui hiperkeratinisasi.
17
Pada orang yang sehat, kadar glukosa dalam darah akan mencapai puncaknya 1 jam setelah makan dan kemudian kembali ke nilai normal dalam 2-3 jam. Dalam waktu 3 sampai 5
menit sesudah terjadi peningkatan segera kadar glukosa darah, insulin meningkat sampai hampir 10 kali lipat. Keadaan ini disebabkan oleh pengeluaran insulin yang sudah terbentuk
lebih dahulu oleh sel beta pulau langerhans pankreas. Akan tetapi, kecepatan sekresi awal yang tinggi ini tidak dapat dipertahankan, sebaliknya, dalam waktu 5 sampai 10 menit
Universitas Sumatera Utara
kemudian kecepatan sekresi insulin akan berkurang sampai kira-kira setengah dari kadar normal. Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk kedua kalinya,
sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam akan mencapai gambaran seperti dataran yang baru, biasanya pada saat ini kecepatan sekresinya bahkan lebih besar daripada kecepatan sekresi
pada tahap awal. Sekresi ini disebabkan oleh adanya tambahan pelepasan insulin yang sudah lebih dahulu terbentuk dan oleh adanya aktivasi sistem enzim yang mensintesis dan
melepaskan insulin baru dari sel.
51
Indeks glikemik hanya memberikan informasi mengenai kecepatan perubahan karbohidrat menjadi gula darah. Indeks glikemik tidak memberikan informasi mengenai
banyaknya karbohidrat dan dampak makanan tertentu terhadap kadar gula darah. Untuk mengetahui jenis makanan yang baik bagi kesehatan efek makanan terhadap kadar gula
darah, maka kadar karbohidrat dan IG makanan harus diketahui.
36
Beberapa pengamatan menyatakan bahwa akne vulgaris dapat timbul pada kelompok- kelompok dengan IG makanan yang tinggi. Makanan dengan kadar glikemik yang tinggi atau
kadar karbohidrat yang tinggi 55 energi berasal dari karbohidrat pada anak remaja dan dewasa yang sehat ternyata meningkatkan konsentrasi insulin dalam plasma, dan dapat
menyebabkan hiperinsulinemia jangka panjang dan resistensi insulin.
52
Diet hiperinsulinemia sebelumnya dianggap sebagai faktor lingkungan yang tidak disadari dalam perkembangan
akne vulgaris melalui pengaruhnya pada pertumbuhan epitelial folikular, keratinisasi, dan sekresi sebum yang diperantarai androgen.
9
Beberapa peneliti menyatakan bahwa hiperinsulinemia yang diinduksi oleh makanan dengan IG yang tinggi akan meningkatkan
respons endokrin dan mempercepat pertumbuhan jaringan yang tidak teratur serta meningkatkan sintesis androgen, yang akhirnya mempengaruhi perkembangan akne vulgaris
melalui sejumlah mediator antara lain androgen, IGF-1, IGFBP-3 dan jalur sinyal retinoid.
9,22
IGF-1 dan IGFBP-3 secara langsung mengatur proliferasi dan apoptosis keratinosit.
Universitas Sumatera Utara
Hiperinsulinemia akut dan kronik secara bersamaan meningkatkan kadar IGF-1 bebas namun menurunkan IGFBP-3. Insulin-like growth factor-1 bebas secara langsung merangsang
proliferasi keratinosit basal, sedangkan IGFBP-3 menghambat proliferasi keratinosit basal tanpa tergantung pada aktivitas reseptor IGF-1.
37
Penurunan kadar IGFBP-3, yang distimulasi oleh peningkatan insulin dalam serum atau melalui asupan akut karbohidrat dengan BG yang tinggi, berperan menurunkan proliferasi
sel di dalam folikel.
10,53
Maka IGFBP-3 menghambat pertumbuhan melalui pencegahan ikatan IGF-1 dengan reseptornya. Hiperinsulinemia secara tidak langsung meningkatkan jumlah
reseptor faktor-faktor pertumbuhan epidermal melalui peningkatan kadar asam lemak non ester dalam plasma, dan juga menginduksi pembentukan transforming growth factor-1.
Peningkatan konsentrasi sitokin-sitokin ini menekan sintesis keratinosit lokal oleh IGFBP-3, sehingga meningkatkan jumlah IGF-1 bebas untuk berikatan dengan reseptornya, yang akan
meningkatkan proliferasi keratinosit. Akibatnya, hiperkeratinisasi folikel sebasea dihasilkan melalui sinergitas peningkatan kadar IGF-1 bebas dan atau penurunan konsentrasi IGFBP-3.
54
Produksi sebum merupakan faktor yang penting dalam patogenesis akne vulgaris walaupun sinyal molekular yang terlibat pada produksi sebum sebagian besar belum diketahui.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kadar IGF-1 mencapai puncaknya pada usia remaja dan kemudian menurun bersamaan dengan menurunnya insiden akne pada banyak
individu. Kelompok yang sama juga menunjukkan bahwa IGF-1 merangsang lipogenesis kelenjar sebasea. Lipogenesis juga dirangsang oleh IGF-1 pada pertumbuhan kelenjar sebasea
pada kultur organ.
55
Insulin berperan penting dalam perkembangan akne vulgaris. Pernyataan ini juga didukung oleh tingginya prevalensi akne vulgaris pada wanita dengan PCOS, suatu kondisi
yang dihubungkan dengan resistensi insulin, hiperinsulinemia dan hiperandrogenisme.
56
Universitas Sumatera Utara
Walaupun telah dikemukakan sejumlah bukti di atas, beberapa studi mengenai diet yang terkontrol telah dilakukan untuk meneliti pengaruh makanan terhadap akne vulgaris.
Fulton dkk., dalam suatu penelitian cross-over tersamar tunggal, menemukan bahwa ternyata tidak ada pengaruh coklat pada akne vulgaris dibandingkan dengan plasebo.
7
Meskipun demikian, penelitian berikutnya mengenai kandungan pada plasebo mengindikasikan bahwa
komposisi asam lemak dan kandungan gula secara virtual identik dengan yang terdapat pada coklat.
8
Selain itu stres ditemukan berperan sebagai kontributor yang penting, dan diet ditentukan menggunakan suatu pemeriksaan kualitas makanan yang sifatnya non kuantitatif.
Saat ini, suatu evaluasi retrospektif dari intake makanan menunjukkan suatu hubungan positif antara asupan susu dan beratnya akne vulgaris.
30
Cordain dkk. menyatakan bahwa diet dengan BG yang tinggi mungkin merupakan suatu kontributor yang signifikan terhadap tingginya prevalensi akne vulgaris di negara-negara
barat.
5
Para peneliti berspekulasi bahwa sering mengkonsumsi karbohidrat dengan IG yang tinggi dapat menyebabkan para remaja berulangkali terpapar dengan hiperinsulinemia akut.
Oleh karena itu, intervensi diet dengan BG yang rendah dapat memberikan efek terapeutik pada akne berdasarkan pada efek endokrin yang menguntungkan dari makanan ini. Hipotesis
ini berdasarkan fakta bahwa diet dengan BG yang tinggi dapat mempengaruhi satu atau lebih dari 4 faktor yang mendasari terjadinya akne seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
10
Penelitian yang dilakukan oleh Smith dkk. adalah penelitian pertama yang menunjukkan suatu efek terapeutik dari intervensi makanan pada akne vulgaris. Setelah 12
minggu, diet dengan BG yang rendah secara signifikan ternyata dapat menurunkan jumlah lesi akne vulgaris dan memperbaiki sensitivitas insulin dibandingkan diet dengan BG yang tinggi.
Walaupun peneliti tidak dapat mengisolasi pengaruh diet dengan BG yang rendah terhadap hilangnya berat badan, penemuan mereka konsisten dengan usulan sebelumnya mengenai
hubungan antara hiperinsulinemia dan akne vulgaris. Meskipun demikian, pengamatan ini
Universitas Sumatera Utara
perlu diperkuat dan mekanisme yang mendasarinya ditentukan melalui suatu penelitian dengan skala yang lebih besar.
18
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan pendekatan potong lintang cross sectional.
B. Waktu dan tempat penelitian
1. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari – April 2010, bertempat di Poliklinik Sub Bagian Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan. 2. Pengambilan sampel darah dilakukan di Poliklinik Sub Bagian Kosmetik
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan, untuk selanjutnya dikirim ke Laboratorium Klinik Prodia Jl. Letjend. S. Parman
No. 17223 G Medan. Sampel darah kemudian dikirim lagi ke Laboratorium Klinik Prodia Pusat yang berlokasi di
Jl. Kramat Raya No. 150 Jakarta, untuk pemeriksaan kadar IGF-1.
C. Populasi penelitian
1. Populasi target
: Pasien-pasien remaja dan dewasa muda yang menderita akne vulgaris.
2. Populasi terjangkau :
Pasien-pasien remaja dan dewasa muda yang menderita akne vulgaris yang berobat ke Poliklinik Sub Bagian Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan pada bulan Januari - April 2010.
Universitas Sumatera Utara