Komposisi nitrogen saat dilakukan aerasi hipolimnion Faktor yang mempengaruhi keberadaan amonia saat dilakukan aerasi

33 5 jam pascaaerasi, khususnya pada lokasi yang dekat dengan outlet aerasi. Peningkatan konsentrasi nitrat kembali terjadi saat 10 jam pascaaerasi. Secara umum diketahui bahwa konsentrasi nitrat cenderung meningkat pascaaerasi dan pada lokasi yang jauh dari titik outlet aerasi. Berdasarkan hasil uji F Lampiran 9 diketahui bahwa perbedaan waktu pengamatan berpengaruh terhadap konsentrasi nitrat p0,05. Waktu yang berpengaruh nyata adalah penurunan konsentrasi nitrat sebelum aerasi dan 5 jam pascaaerasi, aerasi 5 jam dan 5 jam pascaaerasi, aerasi 10 jam dan 5 jam pascaaerasi dan peningkatan konsentrasi nitrat 5 jam pascaaerasi dan 10 jam pascaaerasi, 5 jam dan 15 jam pascaaerasi uji BNT. Kelompok jarak horizontal tidak berpengaruh terhadap konsentrasi nitrat p0,05.

4.1.5. Komposisi nitrogen saat dilakukan aerasi hipolimnion

Menurut Novotny Olem 1994, pada perairan yang aerob nitrogen banyak ditemui dalam bentuk nitrat dan pada lokasi anaerob akan dijumpai akumulasi amonia. Aerasi selama 10 jam diharapkan mampu mencegah akumulasi amonia di perairan. Pengaruh aerasi terhadap perubahan komposisi nitrogen di perairan dapat diketahui dengan melihat perubahan komposisi nitrogen sebelum, sesaat, dan sesudah aerasi Gambar 11. Berdasarkan pada Gambar 11, diketahui bahwa proporsi amonia lebih besar dibanding nitrit dan nitrat. Aerasi selama 5 jam menyebabkan penurunan proposi amonia di lokasi dekat outlet aerasi dan diiringi dengan peningkatan proporsi nitrit. Aerasi selama 10 jam menyebabkan penurunan proporsi amonia hingga jarak horizontal 8 m. Pada lokasi dekat outlet aerasi, penurunan proporsi amonia diikuti dengan penurunan proporsi nitrit dan peningkatan proporsi nitrat. Pada lokasi yang jauh dari outlet aerasi, peningkatan proporsi nitrat tidak terlalu besar. Pengamatan saat pascaaerasi dihentikan menunjukkan terjadi peningkatan proporsi amonia secara signifikan pada lokasi dekat outlet aerasi. Saat 5 jam pascaaerasi, nitrat dan nitrit nampak tereduksi sehingga nitrogen dominan berada dalam bentuk amonia. Pada lokasi yang jauh dari outlet aerasi, penurunan proporsi nitrat tidak terlalu besar. Pengamatan 10 jam pascaaerasi menunjukkan terjadinya penurunan proporsi amonia diikuti dengan peningkatan proporsi nitrat. Proporsi 34 amonia kembali meningkat pada pengamatan 15 jam pascaaerasi diikuti dengan penurunan proporsi nitrit dan nitrat. Keterangan: a Lokasi dekat dengan outlet aerasi 0 m dan 1,5 m b Lokasi jauh dari outlet aerasi 3 m, 4,5 m, dan 8 m Gambar 11. Komposisi nitrogen saat dilakukan aerasi hipolimnion

4.1.6. Faktor yang mempengaruhi keberadaan amonia saat dilakukan aerasi

hipolimnion Penurunan konsentrasi amonia saat aerasi hipolimnion merupakan dampak turunan dari peningkatan kualitas parameter lainnya seperti peningkatan konsentrasi oksigen terlarut Gambar 12, penurunan konsentrasi bahan organik COD Gambar 14, serta parameter lain seperti suhu dan pH. Penelitian ini dilakukan pada kondisi suhu perairan yang relatif stabil dengan kisaran 25,5-26 °C. Nilai pH yang teramati selama penelitian berkisar antara 6,81-7,10. Penyebaran oksigen terlarut secara horizontal pada Gambar 12 menunjukkan bahwa pada lokasi dekat outlet aerasi memiliki konsentrasi oksigen yang lebih tinggi dibanding lokasi yang jauh dari outlet aerasi. Pada jarak horizontal 0 m dan 1,5 m peningkatan oksigen terlarut terjadi seketika saat dilakukan aerasi selama 5 jam dan 10 jam. Pada jarak 3 m, aerasi selama 5 jam belum cukup mampu meningkatkan konsentrasi oksigen. Konsentrasi oksigen baru meningkat setelah dilakukan aerasi selama 10 jam. Sementara pada jarak 4,5 m dan 8 m, tidak terjadi peningkatan ataupun penurunan konsentrasi oksigen terlarut saat dilakukannya aerasi hipolimnion. Saat aerasi dihentikan, konsentrasi oksigen terlarut mengalami penurunan. Penurunan nampak terlihat pada lokasi dekat outlet aerasi. Meskipun 35 terjadi penurunan konsentrasi oksigen saat pascaaerasi, tetapi konsentrasinya cenderung lebih besar dibanding saat sebelum aerasi. Sebelum aerasi 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Aerasi 5 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Aerasi 10 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Pascaaerasi 5 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Pascaaerasi 10 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Pascaaerasi 15 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Jarak Horizontal m Gambar 12. Pola distribusi oksigen terlarut secara horizontal Berdasarkan hasil uji F Lampiran 9, diketahui bahwa perbedaan waktu pengamatan berpengaruh terhadap konsentrasi oksigen terlarut di perairan p0,05. Waktu yang berpengaruh nyata adalah sebelum aerasi dan aerasi 10 jam 36 peningkatan konsentrasi oksigen terlarut uji BNT. Kelompok jarak horizontal berpengaruh terhadap konsentrasi oksigen terlarut p0,05. Kelompok yang berpengaruh nyata adalah 0 m dan 3 m, 0 m dan 4,5 m, 0 m dan 8 m uji BNT. Keterkaitan antara ketersediaan oksigen terlarut dengan keberadaan amonia dapat disimulasikan pada Gambar 13. Pada kondisi awal sebelum aerasi, amonia berada dalam proporsi yang besar. Saat aerasi selama 5 jam, proporsi oksigen terlarut mengalami peningkatan diiringi dengan penurunan proporsi bagi amonia pada lokasi dekat outlet aerasi. Pada lokasi yang jauh dari outlet aerasi, tidak terlihat penurunan proporsi amonia. Aerasi selama 10 jam semakin meningkatkan proporsi oksigen terlarut diiringi dengan penurunan proporsi amonia. Akan tetapi, proporsi oksigen terlarut berangsur-angsur terus mengalami penurunan diiringi dengan peningkatan proporsi amonia pascaaerasi dihentikan. Keterangan: a Lokasi dekat dengan outlet aerasi 0 m dan 1,5 m b Lokasi jauh dari outlet aerasi 3 m, 4,5 m, dan 8 m Gambar 13. Keberadaan amonia dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen terlarut Selain oksigen terlarut, faktor lain yang berperan penting dalam perubahan konsentrasi amonia selama dilakukannya aerasi hipolimnion adalah COD. Penyebaran COD secara horizontal pada Gambar 14 menunjukkan telah terjadi penurunan konsentrasi COD pada jarak horizontal 1,5 m, 3 m, dan 4,5 m p0,05 saat aerasi selama 5 jam. Aerasi selama 10 jam menyebabkan penurunan konsentrasi COD hingga jarak 8 m dari outlet aerasi p0,05. Setelah aerasi dihentikan 5 jam hingga 15 jam pascaaerasi, konsentrasi COD pada seluruh jarak horizontal terus mengalami peningkatan seperti kondisi awal sebelum aerasi p0,05 Lampiran 8. 37 Berdasarkan hasil uji F Lampiran 9 dapat diketahui bahwa perbedaan waktu pengamatan berpengaruh terhadap konsentrasi COD di perairan p0,05. Waktu yang berpengaruh nyata adalah sebelum aerasi dan aerasi 10 jam penurunan konsentrasi COD, aerasi 5 jam dan pascaaerasi peningkatan konsentrasi COD, aerasi 10 jam dan pascaaerasi peningkatan konsentrasi COD uji BNT. Kelompok jarak horizontal tidak berpengaruh terhadap konsentrasi bahan organik di perairan p0,05. Sebelum aerasi 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Aerasi 5 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Aerasi 10 jam 0 m 1,5 m 4 m 4,5 m 8 m Pascaaerasi 5 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Pascaaerasi 10 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Pascaaerasi 15 jam 0 m 1,5 m 3 m 4,5 m 8 m Jarak Horizontal m Gambar 14. Pola distribusi COD secara horizontal 38 Mulai Aerasi Aerasi Dihentikan Keberadaan amonia, COD, dan oksigen terlarut selama aerasi hipolimnion dapat terlihat pada Gambar 15. Peningkatan konsentrasi okigen terlarut mulai terlihat saat aerasi mulai dilakukan hingga 10 jam aerasi. Peningkatan oksigen terlarut diiringi dengan penurunan konsentrasi COD dan amonia. Hal sebaliknya terjadi pascaaerasi dihentikan, konsentrasi oksigen terlarut mengalami penurunan diiringi dengan peningkatan konsentrasi COD dan amonia. Gambar 15. Keberadaan amonia, COD, dan oksigen selama aerasi hipolimnion Keberadaan amonia di perairan nampak jelas dipengaruhi oleh keberadaan oksigen terlarut dan dapat diduga dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana Lampiran 10. Pada lokasi dekat outlet aerasi keberadaan amonia diduga dengan persamaan � 3 = −0,179 + 0,505 r = 0,85 dan R 2 = 75,5. Berdasarkan persamaan tersebut dapat diduga konsentrasi oksigen terlarut yang teramati agar konsentrasi amonia memenuhi baku mutu kualitas perairan untuk kegiatan perikanan 0,02 mgl, yaitu rata-rata sebesar 2,71 mgl oksigen terlarut. Pada lokasi yang jauh dari outlet aerasi keberadaan amonia diduga dengan persamaan yaitu � 3 = −1,154 + 0,425 r = 0,87 dan R 2 = 75,6. Berdasarkan persamaan tersebut dapat diduga konsentrasi oksigen terlarut yang termati agar konsentrasi amonia memenuhi baku mutu kegiatan perikanan 0,02 mgl, yaitu rata-rata sebesar 0,35 mgl oksigen terlarut. 5 10 15 20 25 30 0 jam 5 jam 10 jam 15 jam 20 jam 25 jam K onsent ras i re lat if Waktu Pengamatan jam Amonia COD Oksigen 39 Selain itu, keberadaan amonia juga dipengaruhi oleh keberadaan bahan organik. Hal ini dapat diduga dengan persamaan regresi linear sederhana Lampiran 11, yaitu � 3 = 0,004 + 0,101 r = 0,87 dan R 2 = 75,5. Berdasarkan nilai b yang positif pada persamaan tersebut, dapat diduga bahwa peningkatan konsentrasi COD akan menyebabkan peningkatan konsentrasi amonia di perairan.

4.1.7. Penurunan konsentrasi amonia NH