18 lebih besar, yaitu sebesar 3,84-7,67 mgl. Lapisan oksik perairan konsentrasi
oksigen terlarut 3 mgl hanya sampai kedalaman kurang dari 3 m. Hal ini mengindikasikan pengaruh fotosintesis pada kedalaman lebih dari 3 m sangatlah
kecil sehingga konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah. Meskipun berdasarkan hasil penelitian pendahuluan konsentrasi oksigen
terlarut di kedalaman 3 m sudah kurang dari 3 mgl, namun aerasi tidak memungkingkan dilakukan di kedalaman tersebut. Hal ini disebabkan karena
pemasangan jaring KJA dilakukan hingga kedalaman 3 m. Oleh karena itu, aerasi akan dilakukan pada kedalaman lebih dari 3 m agar proses aerasi yang dilakukan
tidak mengganggu ikan budidaya serta memudahkan dalam proses pengambilan contoh air. Kedalaman yang dipilih adalah 4 m yang merupakan kedalaman
hipolimnion dengan konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah. Selain itu, berdasarkan hasil uji F diketahui bahwa konsentrasi oksigen terlarut di kedalaman 4
m tidak berbeda nyata pada berbagai waktu pengamatan p 0,05. Hal ini
menunjukkan pada kedalaman 4 m pengaruh fotosintesis pada waktu siang hari sangat kecil bahkan tidak ada.
3.2.3. Penelitian utama
Penelitian utama dilakukan dengan menerapkan aerasi hipolimnion pada kedalaman 4 m. Keberadaan amonia akan diamati pada 5 titik yang menyebar
secara horizontal dari titik outlet aerasi, yaitu pada jarak 0 m, 1,5 m, 3 m, 4,5 m, dan 8 m dari titik outlet aerasi yang searah dengan arah arus danau Gambar 6.
Penentuan titik pengamatan secara horizontal didasarkan pada hasil penelitian Nursandi 2011, yang menunjukkan bahwa sebaran oksigen terlarut pengaruh aerasi
pada kedalaman 4 m berkurang pada jarak 8 m dari titik outlet aerasi. Untuk memudahkan dalam proses pengambilan contoh air, maka dipilih jarak pengamatan
dengan selang 1,5 m. Sementara pengamatan pada jarak 8 m dilakukan untuk melihat keberadaan amonia yang tidak mendapat pengaruh areasi.
Respon keberadaan amonia terhadap proses aerasi, tidak hanya dilihat dalam kaitannya dengan sebaran jarak horizontal. Akan tetapi, juga dilihat dari segi waktu.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan tiga sistem pengamatan, yaitu pengamatan sebelum dilakukan aerasi, pengamatan ketika alat aerasi beroperasi, dan
pengamatan pascaaerasi hipolimnion Tabel 2.
19
Gambar 6. Skema titik-titik pengamatan secara horizontal Tabel 2. Waktu pengamatan pada jarak horizontal
Waktu Pengamatan Pukul
Pra aerasi 08.00 wib
Mulai aerasi 09.00 wib
5 jam aerasi 14.00 wib
10 jam aerasi 19.00 wib
5 jam pascaaerasi 00.00 wib
10 jam pascaaerasi 05.00 wib
15 jam pascaaerasi 10.00 wib
3.2.4. Pengambilan contoh air
Prinsip aerasi hipolimnion yang dikembangkan oleh Nursandi 2011 adalah pemindahan massa air dari lapisan tertentu yang memiliki oksigen rendah ke
permukaan perairan dan memaparkan massa air di ruang terbuka. Pemaparan dimaksudkan agar terjadi penambahan oksigen dalam massa air yang terangkat
melalui proses difusi udara dari atmosfer. Air yang telah mengalami kontak dengan udara dikembalikan ke lapisan hipolimnion. Proses aerasi hipolimnion disajikan
pada Lampiran 3. Efektivitas dari proses aerasi hipolimnion sangat tergantung pada laju aliran flow rate dan volume air yang diaerasi. Semakin banyak air yang
diaerasi, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya peningkatan konsentrasi oksigen terlarut di lapisan hipolimnion. Dalam penelitian ini, volume air yang
KJA 3 m
Permukaan Perairan 0 m
Aerasi 4 m
15
Dasar Perairan 0 m
8 m 1,5 m
3 m 4,5 m
20 dialirkan ke talang aerasi adalah 120 liter selama 5 menit, sehingga didapatkan laju
aliran flow rate air yang diaerasi sebesar 24 litermenit. Nilai flow rate sangat tergantung pada ukuran talang dan kekuatan pompa. Spesifikasi alat aerasi
hipolimnion disajikan pada Lampiran 4, dan perhitungan flow rate air yang diaerasi disajikan pada Lampiran 5.
Pengambilan contoh air pada titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan Van Dorn Water Sampler. Air contoh yang telah diambil selanjutnya
dimasukkan ke dalam botol air contoh. Selanjutnya contoh air akan dianalisis di laboratorium. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan pada
Lampiran 1.
3.2.5. Analisis contoh air