26 yang hidup dalam ekosistem tersebut. Kondisi lapisan hipolimnion Danau Lido
pada kedalaman 4 m disajikan pada Tabel 6. Parameter dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu parameter yang memenuhi dan parameter yang tidak
memenuhi baku mutu kualitas air bagi kegiatan perikanan PP RI No. 82 Tahun 2001 Lampiran 6. Parameter yang memenuhi baku mutu kualitas air adalah suhu,
pH, dan nitrat. Suhu di lapisan hipolimnion relatif stabil. Nilai pH cenderung mendekati netral.
Sementara parameter yang tidak memenuhi baku mutu kualitas air adalah COD, oksigen, amonia, dan nitrit. Pada kelima lokasi pengamatan, konsentrasi
oksigen terlarut sangat kecil, yaitu sebesar 0,1 mgl. Konsentrasi COD yang besar menggambarkan banyaknya bahan organik yang berada di lapisan hipolimnion
danau. Konsentrasi amonia dan nitrit yang tinggi menggambarkan berlangsungnya proses biologis perombakan bahan organik pada kondisi oksigen terlarut sangat
rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas perairan adalah dengan melakukan aerasi hipolimnion.
Tabel 6. Nilai parameter kualitas air pada lapisan hipolimnion Danau Lido
No Parameter
Satuan Jarak Horizontal
0 m 1,5 m
3 m 4,5 m
8 m
1 Suhu
C 25,7
25,7 25,8
25,7 25,7
2 pH
6,89 6,93
6,93 6,93
6,96 3
Oksigen mgl
0,1 0,1
0,1 0,1
0,1 4
COD mgl
34,63 73,76
52,69 55,70
39,14 5
Amonia NH
3
mgl 0,507
0,336 0,224
0,308 0,284
6 Nitrit
NO
2
-N
mgl 0,039
0,043 0,043
0,039 0,043
7 Nitrat
NO
3
-N
mgl 0,161
0,073 0,066
0,110 0,048
4.1.2. Distribusi amonia NH
3
-N pascaaerasi hipolimnion
Aerasi hipolimnion yang dilakukan diharapkan mampu menurunkan konsentrasi amonia di perairan. Data konsentrasi amonia mgl sebelum, sesaat,
dan pascaaerasi hipolimnion ditunjukkan pada Tabel 7. Sementara untuk pola distribusi amonia secara horizontal saat sebelum, sesaat, dan pascaaerasi
hipolimnion dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan pada data rata-rata konsentrasi amonia pada Tabel 7 dapat
diketahui bahwa konsentrasi amonia mengalami penurunan ketika aerasi dilakukan
27 selama 5 jam dan 10 jam. Ketika aerasi dihentikan, konsentrasi amonia kembali
mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil uji t Lampiran 8, aerasi selama 5 jam tidak berperan dalam menurunkan konsentrasi amonia p0,05. Konsentrasi
amonia baru mengalami penurunan setelah dilakukan aerasi selama 10 jam p0,05. Rata-rata konsentrasi amonia kembali meningkat 5 jam pascaaerasi dihentikan
p0,05. Rata-rata konsentrasi amonia pascaaerasi cenderung lebih besar dibanding saat sebelum aerasi.
Tabel 7. Konsentrasi amonia mgl sebelum, sesaat, dan pascaaerasi hipolimnion
Jarak Horizontal
Sebelum Aerasi
Aerasi Pascaaerasi
5 jam 10 jam
5 jam 10 jam
15 jam
0 m 0,507
0,323 0,365
0,494 0,286
0,377 1,5 m
0,336 0,208
0,131 0,380
0,298 0,427
3 m 0,224
0,356 0,173
0,333 0,437
0,242 4,5 m
0,308 0,354
0,164 0,197
0,445 0,368
8 m 0,284
0,334 0,247
0,264 0,472
0,414 Rata-rata
0,332 0,315
0,216 0,333
0,388 0,366
Berdasarkan Gambar 8 dapat diketahui perubahan konsentrasi amonia berbeda pada masing-masing jarak horizontal dari titik outlet aerasi. Jarak horizontal dapat
dikategorikan dalam dua kelompok berdasarkan kesamaan pola penurunan konsentrasi amonia saat dilakukan aerasi hipolimnion. Kelompok ke-1 adalah jarak
0 m dan 1,5 m dekat dengan titik outlet aerasi. Kelompok ke-2 adalah jarak 3 m, 4,5 m, dan 8 m jauh dari titik outlet aerasi. Saat dilakukan aerasi selama 5 jam,
penurunan konsentrasi amonia hanya terjadi hingga jarak horizontal 1,5 m. Konsentrasi amonia baru mengalami penurunan hingga jarak horizontal 8 m saat
aerasi dilakukan selama 10 jam. Kemampuan sistem aerasi dalam menurunkan konsentrasi amonia dapat
diketahui melalui distribusi amonia setelah aerasi dihentikan pascaaerasi. Ketika aerasi dihentikan diharapkan kandungan amonia tidak serta merta meningkat karena
diasumsikan di perairan masih tersedia cadangan oksigen terlarut. Pengamatan 5 jam pascaaerasi menunjukkan hasil bahwa konsentrasi amonia kembali mengalami
peningkatan hingga jarak horizontal 8 m. Peningkatan terbesar terjadi pada titik dekat outlet aerasi 0 m. Perbedaan dinamika perubahan konsentrasi amonia terlihat
pada pengamatan 10 hingga 15 jam pascaaerasi antara lokasi dekat outlet aerasi dan
28 lokasi yang jauh dari outlet aerasi. Pengamatan 10 jam pascaaerasi menunjukkan
telah terjadi penurunan konsentrasi amonia pada lokasi dekat outlet aerasi, sedangkan pada lokasi yang jauh dari outlet aerasi terjadi peningkatan konsentrasi
amonia. Hal sebaliknya terjadi saat 15 jam pascaaerasi, yaitu telah terjadi peningkatan konsentrasi amonia pada lokasi dekat outlet aerasi dan penurunan
konsentrasi amonia pada lokasi yang jauh dari outlet aerasi.
Sebelum aerasi
0 m 1,5 m
3 m 4,5 m
8 m
Aerasi 5 jam
0 m 1,5 m
3 m 4,5 m
8 m
Aerasi 10 jam
0 m 1,5 m
3 m 4,5 m
8 m
Pascaaerasi 5 jam
0 m 1,5 m
3 m 4,5 m
8 m
Pascaaerasi 10 jam
0 m 1,5 m
3 m 4,5 m
8 m
Pascaaerasi 15 jam
0 m 1,5 m
3 m 4,5 m
8 m
Jarak Horizontal m
Gambar 8. Pola distribusi amonia secara horizontal
29 Berdasarkan hasil uji F Lampiran 9 diketahui bahwa perbedaan waktu
pengamatan berpengaruh terhadap konsentrasi amonia p0,05. Waktu yang berpengaruh nyata adalah sebelum aerasi dan aerasi 10 jam penurunan konsentrasi
amonia, aerasi 5 jam dan aerasi 10 jam penurunan konsentrasi amonia, aerasi 10 jam dan pascaaerasi peningkatan konsentrasi amonia uji BNT. Kelompok jarak
horizontal tidak berpengaruh terhadap konsentrasi amonia p0,05.
4.1.3. Distribusi nitrit NO