4 Perancangan Sistem
Perancangan sistem dimulai dari telaah logis yang diperoleh dari analisis sistem dan diterjemahkan dalam rancangan sistem diusulkan, terdiri dari :
a. Rancangan proses sebagai gambaran umum. b.
Rancangan penyimpanan data melalui basis data konseptual maupun basis data fisik.
c. Rancangan struktur navigasi dimaksudkan untuk memudahkan pembacaan
dan penempatan halaman web yang terdiri dari struktur navigasi pemustaka, kataloger dan administrator.
d. Spesifikasi sistem berupa spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak.
e. Rancangan masukan dan keluaran berupa rancangan antarmuka.
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berjalan diantara rentang waktu dari Januari 2010 hingga Juli 2011 dan lokasi penelitian ini adalah Perpustakaan Nasional RI.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 . Analisis Studi Kelayakan
Studi Kelayakan merupakan tahapan awal dari penelitian mengenai rancangan sistem informasi pengawasan bibliografis di Perpustakaan Nasional RI.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan ini adalah untuk menentukan kemungkinan keberhasilan solusi yang diusulkan dan upaya memastikan bahwa perancangan
ini benar-benar dapat dicapai dengan sumber daya yang ada. Studi kelayakan merupakan penentuan strategi dari sistem yang akan dibangun. Pengembangan
sistem informasi diawali dengan mengadakan studi kelayakan terhadap empat elemen penting yang meliputi:
1
Kelayakan teknologi, untuk melihat apakah sistem yang diusulkan dapat
dikembangkan dan diimplementasikan dengan menggunakan teknologi yang ada atau membutuhkan teknologi yang baru.
2
Kelayakan ekonomis, untuk melihat apakah manfaat yang akan didapatkan
pada sistem yang diusulkan ini akan lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan.
3
Kelayakan legal, untuk melihat apakah ada konflik antara sistem yang
diusulkan dengan kewajibannya secara legal. 4
Kelayakan waktu, merupakan kelayakan dalam waktu pengembangan dan
pengaplikasian sistem yang dibangun.
4.1.1. Kelayakan Teknologi
Spesifikasi kebutuhan teknologi yang dibutuhkan untuk kebutuhan perangkat keras adalah setara atau lebih dengan Intel Pentium 4 dan memory 512
MB. Kebutuhan perangkat lunak adalah Windows XP atau Vista. Spesifikasi kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut sangat layak untuk
digunakan di perpustakaan nasional, karena perangkat tersebut sangat mudah didapatkan di pasaran dan juga memenuhi kapasitas yang diperlukan. Sebagian
besar staf di Subdirektorat Deposit telah menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dibutuhkan pada perancangan sistem informasi ini, oleh
sebab itu akan mempermudah staf untuk mengoperasikan perancangan sistem informasi tersebut.
4.1.2.
Kelayakan ekonomi sangat berkaitan erat dengan analisis biaya dan manfaat. Analisis biaya-manfaat dapat digunakan untuk menentukan apakah
manfaat yang diterima dari sistem yang diusulkan akan melebihi biayanya. Biaya dapat diidentifikasikan dengan membaginya menjadi dua kategori, yaitu:
Kelayakan Ekonomi
1 Biaya yang hanya timbul sekali one time cost
a Pengadaan perangkat keras.
b Pengadaan perangkat lunak, biaya yang timbul dari semua perangkat lunak
yang dibeli untuk sistem yang diusulkan, termasuk perangkat lunak sistem operasi jika tidak digabung dengan perangkat keras dan perangkat lunak
pengontrol jaringan. c
Konversi data sistem lama ke sistem baru. 2
Biaya berulang recurring cost a.
Pemeliharaan peranti keras. b.
Pemeliharaan perangkat lunak. Uraian dari beberapa unsur biaya yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
terlihat bahwa terdapat biaya yang dapat diminimalkan anggarannya yaitu pengadaan perangkat keras, karena setiap pegawai yang akan mengoperasikan
sistem informasi ini sebagian besar sudah difasilitasi perangkat keras untuk melaksanakan pemasukan data bibliografi.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi manfaat sistem, manfaat berwujud tangible benefits dan manfaat tidak berwujud intangible benefits:
1 Manfaat berwujud
Manfaat berwujud merupakan manfaat yang dapat diukur dan dinyatakan dalam istilah keuangan. Mengingat Perpustakaan Nasional RI merupakan lembaga
pemerintah nirlaba, maka manfaat yang dapat diambil dari perancangan basis data ini adalah dapat mengurangi berbagai biaya yang telah dikeluarkan bagi
pemeliharaan tiga sistem yang digunakan di Subdirektorat Deposit sebab beberapa aplikasi sistem yang berjalan pada saat ini merupakan aplikasi berbayar.
Perancangan sistem yang diusulkan merupakan sistem yang sudah yang terintegrasi, maka biaya akan pemeliharaan sistem dapat dikurangi.
Manfaat lain yang didapat dengan adanya sistem baru ini adalah dapat mengurangi biaya pencetakan dan pengiriman daftar koleksi Deposit yang selama
ini selalu dikirimkan ke perpustakaan daerah dan sebagian kecil penerbit yang ada di Indonesia. Aplikasi sistem yang dirancang ini sudah dapat menyediakan
informasi terkini mengenai koleksi deposit yang sudah diterima oleh perpustakaan nasional melalui portal Subdirektorat Deposit, Perpustakaan Nasional RI.
2 Manfaat yang tidak berwujud
Manfaat ini merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang, tetapi sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas
pelaksanaan pekerjaan. Kelebihan dari sistem yang diusulkan ini dari sistem berjalan adalah dapat meminimalkan duplikasi data pada saat pemasukan data,
sehingga pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat dan meminimalkan pemborosan waktu. Pemustaka maupun penerbit dapat melihat daftar terbitan deposit terkini
melalui media internet dengan cepat dan akurat. Keberadaan sistem ini akan mempermudah pelaksana undang-undang deposit untuk melakukan perencanaan
berikutnya dalam rangka pengumpulan koleksi deposit. Berdasarkan uraian sebelumnya mengenai biaya yang harus dikeluarkan dan
manfaat yang akan didapatkan, maka dapat diketahui bahwa perpustakaan nasional tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk memperoleh manfaat yang
besar dari usulan sistem ini. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa perancangan sistem ini dianggap layak untuk dilanjutkan.
4.1.3. Kelayakan Hukum
Kelayakan hukum adalah sistem yang diusulkan tidak bertentangan dengan etika atau hukum yang berlaku, baik hukum yang ditetapkan oleh pemerintah
maupun peraturan yang ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan lembaga tersebut. Dalam perancangan sistem ini, dapat dipastikan bahwa legalitas dari
sistem yang diusulkan ini jika diterapkan tidak akan melanggar hukum dikemudian hari, karena perangkat lunak yang akan digunakan ini merupakan
perangkat lunak yang memiliki lisensi berbayar dan legal sesuai dengan perijinannya.
Rancangan sistem ini merupakan paket informasi yang tidak melanggar hukum, sebab paket informasi yang akan ditampilkan hanyalah berbentuk daftar
dan data bibliografis koleksi deposit saja, bukan isi seluruh dari koleksi. Dengan demikian, maka pengarang maupun penerbit tidak akan khawatir bahwa
terbitannya akan dibajak oleh pihak manapun.
4.1.4. Kelayakan Waktu
Kelayakan waktu digunakan untuk menentukan bahwa pengembangan sistem dapat dilakukan dalam batas tertentu dan juga mempertimbangkan apakah
waktu yang akan dihabiskan akan lebih efisien dibandingkan sistem yang lama. Kelayakan jadwal schedule feasibility berkaitan dengan kemampuan untuk
mengimplementaskan perancangan sistem ini ke dalam kerangka waktu yang dapat diterima.
Perancangan sistem informasi ini akan dilaksanakan di Subdirektorat Deposit, Perpustakaan Nasional RI. Penyelesaian rancangan sistem informasi
direncanakan selesai dalam jangka waktu enam bulan setelah rancangan selesai. Rancangan akan diselesaikan hingga akhir Juni 2011, sedangkan implementasi
dari rancangan ini akan terealisasi dalam waktu enam bulan terhitung dari 1 Juli hingga 31 Desember 2011.
4.2. Investigasi Sistem
Investigasi sistem dilakukan terhadap tiga aplikasi sistem yang sedang berjalan saat ini di Subdirektorat Deposit. Setiap tahun jumlah koleksi deposit
semakin semakin meningkat hingga saat ini. Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi, daftar koleksi tidak dapat disajikan secara cepat dan akurat. Fakta ini
dapat dilihat dari daftar seluruh terbitan yang diterima tiap tahun jumlahnya masih sangat sedikit dibandingkan penerimaan koleksi deposit secara fisik. Hal ini dapat
terjadi karena dalam proses pemasukan data yang menghasilkan daftar karya cetak dan rekam berbasis web ini dimasukkan datanya pada tiga aplikasi yang berbeda
satu dengan lainnya.
Uraian dari proses kerja pada ketiga aplikasi sistem yang digunakan Subdirektorat Deposit adalah sebagai berikut:
1 Unit kerja penerimaan yang memiliki tugas untuk menerima koleksi dari
penerbit dan pengusaha rekaman, kemudian memasukkan data bibliografi dan data wajib serah ke sistem Delsys Deposit library system dan sebagian staf
di unit kerja penerimaan juga melakukan pemasukan data pada aplikasi statistik deposit melalui portal deposit.
2 Unit kerja pengolahan, terdiri dari empat unit kerja berdasarkan jenis koleksi
yang diolah meliputi unit kerja monografi, literatur kelabu dan jenis terbitan berkala. Salah satu tugas yang dilakukan adalah pemasukan seluruh data
bibliografi koleksi deposit ke aplikasi Inlis Integrated library system. Faktor yang menyebabkan tidak terintegrasinya aplikasi sistem dalam
pengelolaan koleksi deposit di Subdirektorat Deposit dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Berikut ini adalah uraian dari masing-masing aplikasi antara lain:
1 Aplikasi Penerimaan KCKR di portal deposit
Sistem pertama yang digunakan hingga saat ini di Subdirektorat Deposit adalah aplikasi untuk portal deposit yang dibuat pada tahun 2003. Pada saat itu
unit kerja penerimaan masih menggunakan Microsoft Excel dalam pembuatan laporan penerimaan koleksi deposit. Empat unit kerja dalam pengolahan koleksi
deposit juga memiliki aplikasi sistem masing-masing yang belum berbasis web, oleh sebab itu Subdirektorat Deposit berinisiatif untuk membuat suatu aplikasi
baru yang dapat menampilkan informasi koleksi deposit yang dapat diakses melalui situs web Perpustakaan Nasional RI sebagai bentuk laporan
pertanggungjawaban kepada penerbit serta media sosialiasi koleksi deposit kepada masyarakat maupun pemustaka.
Fitur yang dimiliki pada aplikasi ini adalah fitur pemasukan data dan fitur luaran data. Proses pemasukan data yang dapat dilakukan pada aplikasi ini terdiri
dari: a
Pemasukan data terbitan koleksi Cantuman yang dapat dimasukkan pada antarmuka terbitan atau koleksi
terdiri dari: judul terbitan, jenis koleksi, tahun terbit, kota terbit, nama penerbit, kode deposit, nomor deposit, ISBNISSN, subyek Gambar 3.
Gambar 3 Antarmuka Pemasukan Data Koleksi Portal Deposit b
Pemasukan data wajib serah Cantuman yang dimasukkan pada aplikasi ini terdiri dari: nama penerbit,
alamat, nomor telepon, nomor faksimili, alamat surat elektronik, dan alamat situs web penerbit gambar 4.
Gambar 4 Antarmuka Pemasukan Data Penerbit Aplikasi Portal Deposit
c Daftar koleksi deposit dan daftar wajib serah
Fitur lainnya yang dimiliki oleh aplikasi ini adalah informasi dari hasil proses pemasukan data berupa informasi daftar koleksi deposit dan daftar
wajib serah Gambar 5.
Gambar 5 Daftar Koleksi Aplikasi Portal Deposit 2
Aplikasi Inlis Sistem kedua yang digunakan hingga saat ini di Subdirektorat Deposit
adalah aplikasi Inlis. Aplikasi ini dibuat pada tahun 2008 yang digagas atas kerjasama antara Bidang Pengolahan Bahan Pustaka dengan Subbidang Otomasi
Perpustakaan. Tujuan awal dari pembuatan aplikasi ini adalah menggantikan sistem lama, yaitu VTLS yang digunakan oleh Bidang Pengolahan Pustaka dalam
pemasukan data bibliografi. Faktor yang menyebabkan terjadinya penggantian sistem lama ke sistem baru ini adalah aplikasi lama ini merupakan aplikasi
berbayar yang sangat mahal dan dalam proses pemasukan data terjadi pembatasan jumlah operator yang dapat mengoperasikan aplikasi ini.
Proses pemasukan data pada aplikasi Inlis merupakan pemasukan data bibliografi seluruh koleksi Perpustakaan Nasional RI baik koleksi deposit maupun
koleksi pusat jasa informasi Gambar 6. Cantuman yang termuat pada fitur pemasukan data ini terdiri dari: lembaga kepemilikan, nomor panggil no.
klasifikasi, nomor panggil deposit, judul koleksi, jenis koleksi, deskripsi fisik,
tempat terbit, penerbit, tahun terbit, seri, catatan, tajuk subjek, pengarang tambahan, nomor induk dan lokasi koleksi.
Gambar 6 Antarmuka Pemasukan Data Bibliografi Aplikasi INLIS Luaran sistem aplikasi INLIS ini adalah berbentuk katalog yang berguna
sebagai sarana temu kembali koleksi sesuai dengan luaran yang dibutuhkan oleh Bidang Layanan Koleksi agar pemustaka dapat mengakses koleksi Perpustakaan
Nasional RI dengan mudah. Luaran yang dihasilkan oleh aplikasi INLIS dalam bentuk katalog ini ternyata belum dapat mengakomodir kebutuhan informasi
koleksi deposit Gambar 7. Subdirektorat Deposit membutuhkan suatu informasi statistik hasil dari penerimaan koleksi deposit secara khusus yang sangat berguna
sebagai acuan untuk mengambil kebijakan dalam melakukan pengumpulan terbitan koleksi deposit dari wajib serah. Tidak tersedianya beberapa fitur yang
dibutuhkan Subdirektorat Deposit yang salah satunya adalah fitur data wajib serah ini menyebabkan unit kerja penerimaan dan beberapa pustakawan yang mengolah
koleksi deposit tidak menggunakan aplikasi Inlis dalam melaksanakan tugasnya. Tidak tersedianya beberapa fitur yang dibutuhkan oleh Subdirektorat
Deposit pada aplikasi Inlis ini dikarenakan pada saat perancangan awal aplikasi ini tidak terbangun komunikasi antara pengambil kebijakan di Subdirektorat
Deposit dengan pengambil kebijakan di Subbidang Otomasi sebagai pelaksana dari pembuatan aplikasi Inlis, bahkan Kepala Subdirektorat Deposit pada saat itu
tidak mendukung keberadaan dari aplikasi ini untuk diterapkan di Subdirektorat Deposit, walaupun akhirnya saat ini seluruh unit kerja pengolahan diwajibkan
menggunakan aplikasi ini untuk mengolah koleksi deposit, kecuali unit kerja penerimaan. Pada saat perancangan aplikasi ini tim yang dilibatkan hanya
Subbidang Otomasi, Bidang Pengolahan Bahan Pustaka dan Bidang Layanan Koleksi, sedangkan Subdirektorat Deposit tidak terlibat dalam pembuatan aplikasi
ini, sehingga fitur yang disediakan pada aplikasi Inlis hanya mengakomodir kebutuhan informasi bagi Bidang Layanan Koleksi dan Bidang Pengolahan Bahan
Pustaka saja.
Gambar 7 Katalog Perpustakaan Nasional RI pada Aplikasi INLIS
3 Aplikasi Delsys Deposit Library System
Aplikasi ketiga yang digunakan Subdirektorat Deposit adalah aplikasi Delsys Gambar 8. Aplikasi ini mulai aktif digunakan pada tahun 2009 sebagai
pengganti penggunaan Microsoft Excel dalam pembuatan laporan penerimaan koleksi deposit. Aplikasi Delsys ini dianggap paling baik untuk digunakan sebab
aplikasi yang tersedia yaitu Inlis yang digunakan oleh unit kerja pengolahan tidak menyediakan fitur untuk pembuatan laporan penerimaan koleksi deposit secara
khusus yang tidak digabungkan dengan koleksi Perpustakaan Nasional RI hasil pembelian sendiri.
Fitur pemasukan data yang disediakan pada aplikasi sistem ini hampir sama dengan aplikasi penerimaan KCKR deposit pada portal deposit, yaitu pemasukan
data koleksi dan pemasukan data wajib serah. Fitur pemasukan data koleksi terdiri dari: judul koleksi, jenis koleksi, pengarang, nama wajib serah, tempat terbit,
tahun terbit, wilayah terbit, tanggal registrasi. Fitur pemasukan data kedua adalah fitur pemasukan data wajib serah yang terdiri dari: nama penerbit, pengelompokan
wajib serah berdasarkan instansi pemerintah atau swasta, situs web, wilayah, kode wilayah dan kode wajib serah.
Gambar 8 Fitur Pemasukan Data Koleksi Informasi yang dihasilkan dari aplikasi ini adalah statistik penerimaan
koleksi deposit beserta data wajib serah yang telah menyerahkan terbitannya ke Perpustakaan Nasional RI yang bermanfaat untuk mengetahui jumlah penerimaan
koleksi deposit berdasarkan periode waku tertentu. Hasil investigasi dari ketiga sistem berjalan yang terdiri dari aplikasi Inlis,
Delsys dan informasi KCKR pada portal deposit ini dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga sistem ini melakukan proses kegiatan yang sama yaitu pemasukan
data bibliografi yang berakibat terjadinya duplikasi data. Perbedaan pemasukan data hanya terdapat pada beberapa bagian saja, antara lain :
1 Kelengkapan cantuman data bibliografi.
Cantuman yang sama pada pemasukan data dari ketiga sistem ini meliputi nomor panggil, entri utama pengarang, judul, tempat terbit, penerbit, tahun
terbit, jenis koleksi, dan jumlah eksemplar. Cantuman dalam aplikasi Inlis lebih lengkap dibandingkan cantuman yang ada pada dua aplikasi lainnya.
Cantuman lain yang dimasukkan pada aplikasi Inlis meliputi deskripsi fisik, seri, catatan, tajuk subjek, pengarang tambahan dan badan kepemilikan. Dari
uraian tersebut, maka dapat kita lihat bahwa aktifitas unit kerja penerimaan dan pengolahan adalah melakukan kegiatan yang sama, yaitu memasukkan
data bibliografi yang sama dengan menggunakan aplikasi sistem yang berbeda satu sama lain atau dengan kata lain, dalam proses pemasukan data
ke sistem informasi telah terjadi duplikasi data. Kondisi ini menyebabkan tidak efisien dan lamanya proses daftar data koleksi karya cetak dan karya
rekam yang dapat diakses oleh masyarakat melalui website Perpustakaan Nasional.
2 Pemasukan data wajib serah
Aplikasi Delsys dan informasi KCKR memberikan fasiltas menu untuk pemasukan data wajib serah yang berguna untuk menghasilkan informasi
daftar wajib serah yang telah menyerahkan terbitannya sebagai koleksi deposit, sedangkan pada program Inlis tidak disediakan fasilitas tersebut.
Luaran yang dapat dihasilkan dari masing-masing aplikasi sistem ini sangat terbatas sesuai dengan kepentingan dan tujuan awal dari pembuatan sistem.
Contoh nyata dapat dilihat dari program Inlis sebagai aplikasi yang resmi dalam pengolaan seluruh koleksi Perpustakaan Nasional RI. Luaran yang dihasilkan
hanya terfokus dalam bentuk katalog yang berguna sebagai temu kembali informasi bagi pemustaka saja, sedangkan kebutuhan informasi lainnya yang
dibutuhkan oleh pelaksana koleksi deposit adalah laporan penerimaan koleksi deposit dalam bentuk daftar wajib serah dan koleksi deposit secara khusus yang
terpisah dari daftar koleksi dari hasil pembelian. Laporan koleksi deposit ini sangat berguna sebagai rujukan dalam
perencanaan pengumpulan terbitan yang ada di Indonesia dan sebagai sarana pertanggungjawaban publikasi daftar koleksi deposit yang telah diterima dari
penerbit. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa aplikasi Inlis tidak menyediakan aplikasi tersebut. Faktor inilah yang menyebabkan Subdirektorat Deposit dalam
melaksanakan pengelolaan koleksi deposit menambahkan aplikasi sistem tambahan dalam rangka pemasukan data bibliografi.
Tidak terintegrasinya sistem informasi yang dimanfaatkan Subdirektorat Deposit ini dapat terjadi karena kurangnya komunikasi antara Subdirektorat
Deposit dengan Subbidang Otomasi. Faktor penyebab lainnya adalah pemetaan struktur organisasi Perpustakaan Nasional RI yang menempatkan subbidang
otomasi dibawah Pusat Jasa Informasi masih kurang tepat Lampiran 1. Posisi divisi otomasi perpustakaan yang belum berdiri sendiri ini menyebabkan tugas
dan wewenang yang dimiliki oleh bagian otomasi ini diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan informasi divisi yang menaunginya langsung yaitu Pusat
Jasa, sedangkan kebutuhan informasi Subdirektorat Deposit belum terperhatikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar semua kebutuhan sistem
informasi seluruh unit kerja yang ada di Perpustakaan Nasional RI dalam rangka pengelolaan koleksi Perpustakaan Nasional RI dapat terintegrasi adalah dengan
menempatkan Subbidang Otomasi menjadi divisi baru dibawah pengawasan langsung Deputi Pengembangan Bahan Pustaka yang memiliki wewenang dan
tugas mengatur seluruh sistem informasi yang ada di Perpustakaan Nasional RI Gambar 9, sehingga sistem informasi dapat diintegrasikan sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit kerja. Dibuatnya divisi baru yaitu Subbidang Otomasi menjadi Pusat Sistem informasi ini merupakan faktor penting yang dapat
dipertimbangkan agar Subbidang Otomasi dapat mengakomodir seluruh kebutuhan sistem informasi dalam rangka pengolaan koleksi Perpustakaan
Nasional RI. Konsep pengembangan struktur organisasi bagi divisi otomasi perpustakaan
ini telah dilakukan di Perpustakaan Nasional Singapura. Struktur organisasi pada Perpustakaan Nasional Singapura menempatkan unit kerja otomasi menjadi satu
divisi yang berdiri sendiri yaitu Divisi Teknologi dan Inovasi yang membawahi dua subdivisi Lampiran 2. Penempatan Divisi Otomasi menjadi Pusat Informasi
yang membawahi beberapa bidang ini telah dikemukakan seorang ahli yang menyatakan bahwa setidaknya ada tiga bidang yang harus diperhatikan dalam
pembentukan struktur organisasi, yaitu sistem informasi, teknologi informasi dan manajemen informasi Richardus, 2000.
KEPALA PERPUSTAKAAN
NASIONAL RI Deputi Bidang
Sumber Daya Perpustakaan
Deputi Bidang Pengembangan
Bahan Pustaka Dan Jasa
Informasi
Pusat Pengembangan
Pustakawan Pusat Preservasi
Bahan Pustaka Sekretariat
Utama
Bidang Reprografi
Bidang Konservasi
Subbid Mikrofilm
Subbid Reproduksi
Kelompok Jabatan
Fungsional Subbid
Perawatan dan Perbaikan Bahan
Pustaka Subbid Teknis
Penjilidan Bahan Pustaka
Pusat Jasa Perpustakaan
dan Informasi
Bidang Kerjasama
Perpustakaan dan Otomasi
Subbid Kerjasama
Perpustakaan Bidang Layanan
Koleksi Khusus Bidang Layanan
Koleksi Umum
Kelompok Jabatan
Fungsional Pusat
Pengembangan Koleksi dan
Pengolahan Bahan Pustaka
Bidang Pengolahan
Bahan Pustaka Bidang Akuisisi
Kelompok Jabatan Fungsional
Pusat Sistem Informasi
Bidang Sistem Informasi
Bidang Teknologi
Informasi Direktorat
Deposit Bahan Pustaka
Subdirektorat Bibliografi
Subdirektorat Deposit
Kelompok Jabatan
Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar 9 Konsep Pengembangan Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI
4.3 Analisis Sistem