per tahun. Tetapi pemberlakuan iuran air irigasi sering tidak berjalan lancar. Terkadang petani tidak mau membayar iuran irigasi dengan alasan harga input
pertanian semakin mahal. Selain itu pembayaran iuran air bergantung dari hasil panen yang diperoleh.
4.5. Pengembangan Sistem Budidaya Padi 4.5.1. Kabupaten Cianjur
Pengembangan sistem budidaya padi di Kabupaten Cianjur umumnya masih mengunakan metode konvensional. Namun sejak tahun 2006 mulai
berkembang inovasi budidaya padi yaitu budidaya padi metode SRI system of rice intensification. Penerapan budidaya padi metode SRI di lapang sangat
bervariasi terkait resiko petani dalam penerapan suatu inovasi. Beberapa variasi yang dilakukan adalah penerapan metode SRI menggunakan pupuk campuran
organikkompos dengan anorganik, penggunaan pupuk organik buatan sendiri atau pabrikan, aplikasi pemberantasan OPT menggunakan pestisida nabati atau
tetap menggunakan pestisida kimia
. Petani di Kabupaten Cianjur umumnya membuat sendiri pupuk organik dari bahan-bahan dan limbah alam disekitarnya misalnya : kotoran
domba, sapi dan itik peliharaan serta tanaman hijauan disekitarnya.
4.5.2. Kabupaten Karawang
Penerapan budidaya padi metode SRI di Kabupaten Karawang bertujuan terutama untuk memperbaiki struktur tanah. Hal ini disebabkan tanah di
Kabupaten Karawang secara umum bertekstur lengket dan kering yang menandakan bahan organik BO rendah. Namun upaya penerapan metode SRI
sulit diterima atau dilakukan oleh petani. Hal ini terutama disebabkan sebagian besar petani sulit untuk mengubah perilaku serta enggan mencoba sesuatu yang
baru. Namun demikian, petani tetap berusaha memanfaatkan bahan-bahan disekitarnya untuk membuat kompos dengan memanfaatkan kotoran hewan
ayam, jerami sisa panen, arang sekam dan sebagainya. Dalam upaya untuk membasmi hama padi melalui metode SRI di
Kabupaten Karawang yaitu wereng, tikus, hama penggerek batang dan keong mas menggunakan pestisida nabati dan cara alamiah. Salah satunya adalah dengan
menggunakan bawang putih dan dicampur sereh yang kemudian difermentasikan. Selain itu pembasmian hama seperti tikus dilakukan dengan membuat alat
penembak tikus.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden 5.1.1. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar responden di Kabupaten Cianjur masih berpendidikan rendah. Sebanyak 17 orang responden 59 berpendidikan hanya setingkat SD. Sedangkan
responden yang berpendidikan SLTP ada 7 orang 24 , SLTA sebanyak 5 orang 17 dan tidak ada yang menamatkan sampai tingkat perguruan tinggi. Rendahnya
tingkat pendidikan responden menjadi salah satu faktor yang memengaruhi penilaian terhadap air irigasi sebagai barang publik dan barang ekonomi. Penyebaran responden
berdasarkan tingkat pendidikan tercantum pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Sumber: Hasil Olahan Data Primer Tingkat
Pendidikan Kabupaten Cianjur
Kabupaten Karawang Jumlah
Responden Orang
Persentase Jumlah
Responden Orang
Persentase
SD Sederajat 17
59 14
78 SLTPSederajat 7
24 3
17 SLTA Sederajat
5 17
1 6
Total 29 100
18 100
Di Kabupaten Karawang, dari 18 responden, yang berpendidikan Sekolah Dasar SD Sederajat yaitu sebesar 78 persen, berpendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama SLTP Sederajat sebesar 17 persen, berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA Sederajat sebesar 6 persen.