Penelitian Irigasi Hemat Air pada Budidaya Tanaman Padi dengan Metode SRI (System Of Rice Intensification) di Daerah Irigasi Ciramajaya, Desa Salebu, Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat

(1)

SKRIPSI

PENELITIAN IRIGASI HEMAT AIR PADA BUDIDAYA TANAMAN

PADI DENGAN METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

DI DAERAH IRIGASI CIRAMAJAYA, DESA SALEBU, KECAMATAN MANGUNREJA, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT

Oleh :

YULI SURYA FAJAR F14103041

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(2)

PENELITIAN IRIGASI HEMAT AIR PADA BUDIDAYA TANAMAN

PADI DENGAN METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

DI DAERAH IRIGASI CIRAMAJAYA, DESA SALEBU, KECAMATAN MANGUNREJA, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

YULI SURYA FAJAR F14103041

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(3)

YULI SURYA FAJAR. F14103041. Penelitian Irigasi Hemat Air Pada Budidaya Tanaman Padi Dengan Metode SRI (System of Rice Intensification) di Daerah Irigasi Ciramajaya, Desa Salebu, Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng., Dip. HE

RINGKASAN

Pertumbuhan penduduk yang kian hari semakin meningkat menimbulkan kekhawatiran tersendiri terhadap katahanan pangan nasional. Oleh karena itu laju pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat ini harus diimbangi oleh ketersediaan pangan nasional. Pemenuhan kebutuhan pangan tidak lain harus dicapai melalui peningkatan hasil produksi pertanian pangan khususnya padi. Beras sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia jumlahnya harus dapat mencukupi guna mengatasi terjadinya rawan pangan. Disisi lain peningkatan produktivitas tanaman padi sangat ditentukan oleh ketersediaan air yang semakin hari semakin berkurang. Hal ini menjadi dilema yang cukup sulit untuk diselesaikan karena sektor pertanian khusunya tanaman padi merupakan pengguna air yang paling besar yaitu sekitar 80 % dari total air yang dimanfaatkan oleh manusia. Oleh karena itu dalam pelaksannannya pasti terdapat berbagai macam konflik dan kompetisi dalam pemanfaatan air. Dengan demikian upaya penghematan air di sektor pertanian merupakan solusi yang harus diambil dengan tetap mempertimbangkan tingkat produktivitasnya.

Penghematan air dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai situasi baru yang lebih efektif dan efisien, yaitu dengan jumlah air tertentu yang tersedia dapat memberikan manfaat yang lebih besar dari kondisi sebelumnya. Air selain merupakan input yang penting juga sebagai faktor pembatas dalam budidaya padi sawah. Padi merupakan pengguna air yang paling banyak oleh karena itu perlu adanya upaya penghematan air di bidangnya dengan tanpa mengesampingkan tingkat produktivitasnya. Salah satu teknologi yang dapat meningkatkan hasil produksi padi dan dapat menghemat penggunaan air adalah dengan cara budidaya padi metode SRI (System of Rice Intensification). Selain itu kelebihan SRI adalah ramah lingkungan dan output yang dihasilkan adalah beras organik yang aman dikonsumsi mayarakat dan sekarang ini semakin banyak diminati.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan air irigasi di lahan padi sawah dengan metode SRI. Selain itu juga itu untuk mengetahui tingkat performansi dan produktivitas tanaman padi dari berbagai perlakuan. Tanaman padi termasuk kedalam family Gramineae genus Oryza sativa L. Menurut Grist (1965) dalam Mashudi (1984) menyatakan bahwa tanaman padi mempunyai kurang lebih 25 spesies yang tersebar di daerah tropik dan sub tropik Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Australia. Tanaman padi merupakan tanaman yang mampu tumbuh dengan baik pada lahan yang tergenang air, karena tanaman padi memiliki kemampuan untuk mengoksidasi daerah perakarannya melalui jaringan aerenchim yang dapat mendifusi oksigen ke daerah perakaran. Oksigen dari daun dialirkan melalui


(4)

proses difusi ke bagian akar dan batang melalui korteks. Sehingga dengan adanya proses ini, tanaman padi mampu mencukupi kebutuhan terhadap oksigen untuk pernafasan akarnya meskipun dalam keadaan tergenang. Tanaman padi yang ditanam di daerah tropis rata–rata mempunyai umur antara 110~120 hari. Secara umum tanaman padi mempunyai tiga fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif, fase reproduktif, dan fase pamatangan. Masing–masing fase mempunyai waktu yang berbeda–beda sesuai dengan jenis varietasnya. Hampir semua varietas biasanya mempunyai lama waktu yang tidak sama antara fase vegetatif dan fase reproduktif sedangkan pada masa pematangan buah hampir semuanya mempunyai lama waktu yang sama. Masa vegetatif tanaman padi kurang lebih antara umur 50~55 hari setelah tanam, pada saat pembentukan malai sampai dengan pembungaan memiliki waktu kurang lebih 35 hari, sedangkan masa pembungaan sampai dengan pematangan bulir mempunyai waktu kurang lebih 30 hari.

Petak perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah petak A (SRI diatur Varietas Sintanur), B (SRI petani Varietas Sintanur), C (Konvensional Varietas Sintanur), D (SRI diatur Varietas Ciherang). Perlakuan airnya adalah macak-macak dengan genangan maksimum adalah 2 cm pada saat penyiangan. Perbedaan antara SRI dengan konvensional pada penelitian ini adalah pada perlakuan pupuk, untuk SRI menggunakan kompos sedangkan konvensional menggunakan pupuk kimia (Urea, TSP, KCL), disamping itu penggunaan pestisida kimia pada metode konvensional sedangkan pada SRI menggunakan MOL. Hasil yang diperoleh dari rerata tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah daun, dan hasil panen ubinan secara berturut turut untuk petak A, B, C, dan D adalah sebagai berikut : 63,4; 70,7; 105,7; dan 59,8 (rerata tinggi tanaman) sedangkan rerata jumlah anakan 25,7; 26,3; 39,7; dan 22,6 kemudian untuk rerata jumlah malai 20,2; 19,2; 27,9; dan 24,6 sedangkan untuk rerata jumlah daun dan rerata hasil panen ubinan adalah 84, 82, 123, dan 72 (rerata jumlah daun) serta 5,320 ton GKG/ha, 4,449 ton GKG/ha, 8,695 ton GKG/ha, dan 5,023 ton GKG/ha. Selain itu EMA dengan olah tanah dan tanpa olah tanah secara berturut turut adalah 1,04 kg/m3, 0,78 kg/m3, 1,15 kg/m3, dan 0,85 kg/m3 (dengan olah tanah) sedangkan yang tanpa olah tanah adalah 1,44 kg/m3; 1,40 kg/m3; 1,05 kg/m3; dan 1,03 kg/m3. Perhitungan R/C juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha budidaya SRI maupun konvensional. R/C untuk SRI dan konvensional adalah 1,37 dan 2,08.

Kesimpulan dari penelitian pada MT2 ini untuk penanaman perdana SRI,

hasilnya masih dibawah konvensioanal karena tanaman dalam kondisi kekurangan air selain itu pengaruh penerapan genangan dangkal dan pemakaian pupuk kimia pada metode konvensional. Akan tetapi dari segi produkitivitas, hasil yang didapat masih diatas rata-rata produksi petani setempat yang hanya 2,8 ton GKP/ha sedangkan rerata hasil SRI di petak penelitian adalah 3,5 ton GKP/ha. EMA yang dapat dihitung dari rerata SRI dan konvensional adalah 1,04 kg/m3 dan 1,15 kg/m3 (dengan olah tanah) dan 1,40 kg/m3 dan 1,44 kg/m3 (tanpa olah tanah).


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yuli Surya Fajar, dilahirkan di Jepara Jawa Tengah 6 Juli 1985. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara dari Bapak Masri’an dan Ibu Sri Hartini.

Penulis lulus dari SDN Panggang IX Jepara pada tahun 1997 kemudian melanjutkan sekolah ke SLTPN 2 Jepara dan lulus tahun 2000 setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Jepara dan lulus pada tahun 2003.

Tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor malui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) diterima di Depertemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian dan menyelesaikan program sarjana tahun 2008. Selama di IPB menulis pernah menjadi ketua IMAGORA (Ikatan Mahasiswa Jepara) yaitu OMDA (Organisai Mahasiswa Daerah) Jepara pada tahun 2005-2006.

Penulis melakukan Praktek Lapang di Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Seluna Kudus, Jawa Tengah dengan topik Mempelajari Pengelolan Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Logung Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Seluna Kudus, Jawa Tengah.


(6)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENELITIAN IRIGASI HEMAT AIR PADA BUDIDAYA TANAMAN

PADI DENGAN METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

DI DAERAH IRIGASI CIRAMAJAYA, DESA SALEBU, KECAMATAN MANGUNREJA, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

YULI SURYA FAJAR F14103041

Dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1985 Di Jepara, Jawa Tengah Tanggal lulus : 18 Desember 2007

Menyetujui : Bogor, Januari 2008

Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng., Dip. HE Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa tercurah kepada Alloh SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga atas izin-Nya juga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada suri teladan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabat, semoga kelak kita akan mendapat syafaat di hari akhir dari beliau Amin.

Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng., Dip.HE, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS dan Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si

selaku dosen penguji, terima kasih atas saran, kritik dan masukannya. 3. Balai Irigasi Bekasi yang telah membantu dalam proses penelitian di DI

Ciramajaya Tasikmalaya, Jawa Barat.

4. Bapak Saprio Dedi selaku petugas PPL, para petani yang dimotori Bapak Dede terima kasih atas kerja samanya sampai saat ini.

5. Bapak, Ibu, dan adik-adikku tercinta dek Bagus, dek Yoga dan dek Nita yang telah memberikan doa serta semangat baik moril maupun materil. 6. Ai Siti Rahmawati, Ade Muhammad Nasir beserta seluruh keluarga yang

telah mencurahkan seluruh kasih sayang dan doa kepada penulis sampai saat ini.

7. Teman-teman di Villa Al-Boejang, Yusuf, Choi, Rofiq, Gonggo, Yudha, Galuh, Sandi, Sagung, Bojes dan Fahmi terima kasih atas dorongan semangat dan perhatiannya.

8. Teman-teman TEP 40 serta TTA’ers 40 semoga kita takkan pernah lupa atas kebersamaannya selama ini.

9. Staf Tata Usaha TEP yang telah membantu dalam kelancaran administrasi (Bu Ros dan Bu Mar)

Harapan penulis semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tidak ada gading yang tak retak, penulis juga mohon maaf apabila dalam penulisan


(8)

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan tulisan ini kedepannya.

Bogor, Januari 2008


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA....………. 5

A. Tanaman Padi………... 5

1. Pertumbuhan Tanaman Padi... 6

2. Struktur Tanaman Padi... 7

3. Beras Organik... 9

B. Budidaya Tanaman Padi... 10

1. Pengolahan Tanah... 10

2. Persemaian... 10

3. Pananaman... 11

4. Pengairan... 11

5. Pemupukan... 11

6. Penyiangan... 13

7. Pengendalian Hama dan Penyakit... 13

8. Panen... 13

C. Jenis Pupuk... 14

1. Pupuk Organik... 15

2. Pupuk Anorganik/buatan... 15

D. Kebutuhan Air Untuk Tanaman... 16

1. Kebutuhan Air Irigasi... 16


(10)

F. Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification).. 17

III. METODOLOGI PENELITIAN... 21

A. Waktu dan Tempat... 21

B. Alat dan Bahan... 21

C. Prosedur Penelitian... 22

1. Cakupan Kegiatan... 22

2. Rancangan Percobaan... 25

3. Pengumpulan dan Analisis Data... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A. Budidaya Padi Secara Konvensional... 26

B. Budidaya Padi metode SRI (System of Rice Intensification).. 26

1. Pembuatan Mol... 27

2. Pembuatan Kompos... 28

3. Uji Benih... 29

4. Semai... 30

5. Tebar Kapur... 30

6. Tebar Kompos... 31

7. Penanaman... 31

8. Penyiangan... 31

9. Semprot Mol... 32

10. Penanggulangan Hama dan Penyakit... 33

11. Pengamatan Biologi... 34

C. Pengelolaan Air di Petak Penelitian... 34

1. Pengolahan Tanah... 34

2. Pertumbuhan Tanaman... 36

D. Analisis Kondisi Lengas Tanah... 39

E. Pengaruh Jenis Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Tanaman. 42 F. Evapotranspirasi Tanaman (ETc)... 44

G. Perkolasi... 45

H. Panen... 47


(11)

SKRIPSI

PENELITIAN IRIGASI HEMAT AIR PADA BUDIDAYA TANAMAN

PADI DENGAN METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

DI DAERAH IRIGASI CIRAMAJAYA, DESA SALEBU, KECAMATAN MANGUNREJA, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT

Oleh :

YULI SURYA FAJAR F14103041

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


(12)

PENELITIAN IRIGASI HEMAT AIR PADA BUDIDAYA TANAMAN

PADI DENGAN METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

DI DAERAH IRIGASI CIRAMAJAYA, DESA SALEBU, KECAMATAN MANGUNREJA, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

YULI SURYA FAJAR F14103041

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(13)

YULI SURYA FAJAR. F14103041. Penelitian Irigasi Hemat Air Pada Budidaya Tanaman Padi Dengan Metode SRI (System of Rice Intensification) di Daerah Irigasi Ciramajaya, Desa Salebu, Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng., Dip. HE

RINGKASAN

Pertumbuhan penduduk yang kian hari semakin meningkat menimbulkan kekhawatiran tersendiri terhadap katahanan pangan nasional. Oleh karena itu laju pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat ini harus diimbangi oleh ketersediaan pangan nasional. Pemenuhan kebutuhan pangan tidak lain harus dicapai melalui peningkatan hasil produksi pertanian pangan khususnya padi. Beras sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia jumlahnya harus dapat mencukupi guna mengatasi terjadinya rawan pangan. Disisi lain peningkatan produktivitas tanaman padi sangat ditentukan oleh ketersediaan air yang semakin hari semakin berkurang. Hal ini menjadi dilema yang cukup sulit untuk diselesaikan karena sektor pertanian khusunya tanaman padi merupakan pengguna air yang paling besar yaitu sekitar 80 % dari total air yang dimanfaatkan oleh manusia. Oleh karena itu dalam pelaksannannya pasti terdapat berbagai macam konflik dan kompetisi dalam pemanfaatan air. Dengan demikian upaya penghematan air di sektor pertanian merupakan solusi yang harus diambil dengan tetap mempertimbangkan tingkat produktivitasnya.

Penghematan air dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai situasi baru yang lebih efektif dan efisien, yaitu dengan jumlah air tertentu yang tersedia dapat memberikan manfaat yang lebih besar dari kondisi sebelumnya. Air selain merupakan input yang penting juga sebagai faktor pembatas dalam budidaya padi sawah. Padi merupakan pengguna air yang paling banyak oleh karena itu perlu adanya upaya penghematan air di bidangnya dengan tanpa mengesampingkan tingkat produktivitasnya. Salah satu teknologi yang dapat meningkatkan hasil produksi padi dan dapat menghemat penggunaan air adalah dengan cara budidaya padi metode SRI (System of Rice Intensification). Selain itu kelebihan SRI adalah ramah lingkungan dan output yang dihasilkan adalah beras organik yang aman dikonsumsi mayarakat dan sekarang ini semakin banyak diminati.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan air irigasi di lahan padi sawah dengan metode SRI. Selain itu juga itu untuk mengetahui tingkat performansi dan produktivitas tanaman padi dari berbagai perlakuan. Tanaman padi termasuk kedalam family Gramineae genus Oryza sativa L. Menurut Grist (1965) dalam Mashudi (1984) menyatakan bahwa tanaman padi mempunyai kurang lebih 25 spesies yang tersebar di daerah tropik dan sub tropik Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Australia. Tanaman padi merupakan tanaman yang mampu tumbuh dengan baik pada lahan yang tergenang air, karena tanaman padi memiliki kemampuan untuk mengoksidasi daerah perakarannya melalui jaringan aerenchim yang dapat mendifusi oksigen ke daerah perakaran. Oksigen dari daun dialirkan melalui


(14)

proses difusi ke bagian akar dan batang melalui korteks. Sehingga dengan adanya proses ini, tanaman padi mampu mencukupi kebutuhan terhadap oksigen untuk pernafasan akarnya meskipun dalam keadaan tergenang. Tanaman padi yang ditanam di daerah tropis rata–rata mempunyai umur antara 110~120 hari. Secara umum tanaman padi mempunyai tiga fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif, fase reproduktif, dan fase pamatangan. Masing–masing fase mempunyai waktu yang berbeda–beda sesuai dengan jenis varietasnya. Hampir semua varietas biasanya mempunyai lama waktu yang tidak sama antara fase vegetatif dan fase reproduktif sedangkan pada masa pematangan buah hampir semuanya mempunyai lama waktu yang sama. Masa vegetatif tanaman padi kurang lebih antara umur 50~55 hari setelah tanam, pada saat pembentukan malai sampai dengan pembungaan memiliki waktu kurang lebih 35 hari, sedangkan masa pembungaan sampai dengan pematangan bulir mempunyai waktu kurang lebih 30 hari.

Petak perlakuan yang diberikan pada penelitian ini adalah petak A (SRI diatur Varietas Sintanur), B (SRI petani Varietas Sintanur), C (Konvensional Varietas Sintanur), D (SRI diatur Varietas Ciherang). Perlakuan airnya adalah macak-macak dengan genangan maksimum adalah 2 cm pada saat penyiangan. Perbedaan antara SRI dengan konvensional pada penelitian ini adalah pada perlakuan pupuk, untuk SRI menggunakan kompos sedangkan konvensional menggunakan pupuk kimia (Urea, TSP, KCL), disamping itu penggunaan pestisida kimia pada metode konvensional sedangkan pada SRI menggunakan MOL. Hasil yang diperoleh dari rerata tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah daun, dan hasil panen ubinan secara berturut turut untuk petak A, B, C, dan D adalah sebagai berikut : 63,4; 70,7; 105,7; dan 59,8 (rerata tinggi tanaman) sedangkan rerata jumlah anakan 25,7; 26,3; 39,7; dan 22,6 kemudian untuk rerata jumlah malai 20,2; 19,2; 27,9; dan 24,6 sedangkan untuk rerata jumlah daun dan rerata hasil panen ubinan adalah 84, 82, 123, dan 72 (rerata jumlah daun) serta 5,320 ton GKG/ha, 4,449 ton GKG/ha, 8,695 ton GKG/ha, dan 5,023 ton GKG/ha. Selain itu EMA dengan olah tanah dan tanpa olah tanah secara berturut turut adalah 1,04 kg/m3, 0,78 kg/m3, 1,15 kg/m3, dan 0,85 kg/m3 (dengan olah tanah) sedangkan yang tanpa olah tanah adalah 1,44 kg/m3; 1,40 kg/m3; 1,05 kg/m3; dan 1,03 kg/m3. Perhitungan R/C juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha budidaya SRI maupun konvensional. R/C untuk SRI dan konvensional adalah 1,37 dan 2,08.

Kesimpulan dari penelitian pada MT2 ini untuk penanaman perdana SRI,

hasilnya masih dibawah konvensioanal karena tanaman dalam kondisi kekurangan air selain itu pengaruh penerapan genangan dangkal dan pemakaian pupuk kimia pada metode konvensional. Akan tetapi dari segi produkitivitas, hasil yang didapat masih diatas rata-rata produksi petani setempat yang hanya 2,8 ton GKP/ha sedangkan rerata hasil SRI di petak penelitian adalah 3,5 ton GKP/ha. EMA yang dapat dihitung dari rerata SRI dan konvensional adalah 1,04 kg/m3 dan 1,15 kg/m3 (dengan olah tanah) dan 1,40 kg/m3 dan 1,44 kg/m3 (tanpa olah tanah).


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yuli Surya Fajar, dilahirkan di Jepara Jawa Tengah 6 Juli 1985. Penulis adalah putra pertama dari empat bersaudara dari Bapak Masri’an dan Ibu Sri Hartini.

Penulis lulus dari SDN Panggang IX Jepara pada tahun 1997 kemudian melanjutkan sekolah ke SLTPN 2 Jepara dan lulus tahun 2000 setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 1 Jepara dan lulus pada tahun 2003.

Tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor malui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) diterima di Depertemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian dan menyelesaikan program sarjana tahun 2008. Selama di IPB menulis pernah menjadi ketua IMAGORA (Ikatan Mahasiswa Jepara) yaitu OMDA (Organisai Mahasiswa Daerah) Jepara pada tahun 2005-2006.

Penulis melakukan Praktek Lapang di Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Seluna Kudus, Jawa Tengah dengan topik Mempelajari Pengelolan Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Logung Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Seluna Kudus, Jawa Tengah.


(16)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENELITIAN IRIGASI HEMAT AIR PADA BUDIDAYA TANAMAN

PADI DENGAN METODE SRI (SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)

DI DAERAH IRIGASI CIRAMAJAYA, DESA SALEBU, KECAMATAN MANGUNREJA, KABUPATEN TASIKMALAYA, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

YULI SURYA FAJAR F14103041

Dilahirkan pada tanggal 6 Juli 1985 Di Jepara, Jawa Tengah Tanggal lulus : 18 Desember 2007

Menyetujui : Bogor, Januari 2008

Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng., Dip. HE Dosen Pembimbing

Mengetahui,

Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen


(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa tercurah kepada Alloh SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga atas izin-Nya juga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada suri teladan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, dan para sahabat, semoga kelak kita akan mendapat syafaat di hari akhir dari beliau Amin.

Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng., Dip.HE, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS dan Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si

selaku dosen penguji, terima kasih atas saran, kritik dan masukannya. 3. Balai Irigasi Bekasi yang telah membantu dalam proses penelitian di DI

Ciramajaya Tasikmalaya, Jawa Barat.

4. Bapak Saprio Dedi selaku petugas PPL, para petani yang dimotori Bapak Dede terima kasih atas kerja samanya sampai saat ini.

5. Bapak, Ibu, dan adik-adikku tercinta dek Bagus, dek Yoga dan dek Nita yang telah memberikan doa serta semangat baik moril maupun materil. 6. Ai Siti Rahmawati, Ade Muhammad Nasir beserta seluruh keluarga yang

telah mencurahkan seluruh kasih sayang dan doa kepada penulis sampai saat ini.

7. Teman-teman di Villa Al-Boejang, Yusuf, Choi, Rofiq, Gonggo, Yudha, Galuh, Sandi, Sagung, Bojes dan Fahmi terima kasih atas dorongan semangat dan perhatiannya.

8. Teman-teman TEP 40 serta TTA’ers 40 semoga kita takkan pernah lupa atas kebersamaannya selama ini.

9. Staf Tata Usaha TEP yang telah membantu dalam kelancaran administrasi (Bu Ros dan Bu Mar)

Harapan penulis semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tidak ada gading yang tak retak, penulis juga mohon maaf apabila dalam penulisan


(18)

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan tulisan ini kedepannya.

Bogor, Januari 2008


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA....………. 5

A. Tanaman Padi………... 5

1. Pertumbuhan Tanaman Padi... 6

2. Struktur Tanaman Padi... 7

3. Beras Organik... 9

B. Budidaya Tanaman Padi... 10

1. Pengolahan Tanah... 10

2. Persemaian... 10

3. Pananaman... 11

4. Pengairan... 11

5. Pemupukan... 11

6. Penyiangan... 13

7. Pengendalian Hama dan Penyakit... 13

8. Panen... 13

C. Jenis Pupuk... 14

1. Pupuk Organik... 15

2. Pupuk Anorganik/buatan... 15

D. Kebutuhan Air Untuk Tanaman... 16

1. Kebutuhan Air Irigasi... 16


(20)

F. Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification).. 17

III. METODOLOGI PENELITIAN... 21

A. Waktu dan Tempat... 21

B. Alat dan Bahan... 21

C. Prosedur Penelitian... 22

1. Cakupan Kegiatan... 22

2. Rancangan Percobaan... 25

3. Pengumpulan dan Analisis Data... 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26

A. Budidaya Padi Secara Konvensional... 26

B. Budidaya Padi metode SRI (System of Rice Intensification).. 26

1. Pembuatan Mol... 27

2. Pembuatan Kompos... 28

3. Uji Benih... 29

4. Semai... 30

5. Tebar Kapur... 30

6. Tebar Kompos... 31

7. Penanaman... 31

8. Penyiangan... 31

9. Semprot Mol... 32

10. Penanggulangan Hama dan Penyakit... 33

11. Pengamatan Biologi... 34

C. Pengelolaan Air di Petak Penelitian... 34

1. Pengolahan Tanah... 34

2. Pertumbuhan Tanaman... 36

D. Analisis Kondisi Lengas Tanah... 39

E. Pengaruh Jenis Perlakuan Terhadap Pertumbuhan Tanaman. 42 F. Evapotranspirasi Tanaman (ETc)... 44

G. Perkolasi... 45

H. Panen... 47


(21)

J. Pengamatan Pascapanen... 52

K. Analisis Usahatani... 53

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 55

A. Kesimpulan... 55

B. Saran... 56


(22)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Perbandingan golongan Indica dan Japonica ………... 6 Tabel 2. Unsur hara yang hilang akibat panen (per hektar)..….…... 12 Tabel 3. Kandungan unsur hara pupuk kandang dari beberapa

jenis hewan………... 15 Tabel 4. Perbandingan metode konvensional dan

metode SRI di Indonesia...……… 20 Tabel 5. Kebutuhan air untuk olah tanah...……….. 36 Tabel 6. Pemberian air di petak konvensional...……….. 37 Tabel 7. Pemberian air pada petak SRI...……… 38 Tabel 8. Tinggi tanaman dan jumlah anakan ...………. 42 Tabel 9. Persentase jumlah anakan produktif... 43 Tabel 10. Nilai kc untuk masing-masing perlakuan... 47 Tabel 11. Kadar air tanah sebelum dan sesudah diairi... 49 Tabel 12. Panen ubinan dan petakan... 44 Tabel 13. Efisiensi manfaat air di setiap petak penelitian... 50 Tabel 14. Analisis komponen hasil... 52 Tabel 15. Analisis usahatani padi sawah dengan luasan 1 ha pada MT2 54


(23)

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 1. Fase pertumbuhan tanaman padi………... 7 Gambar 2. Potongan melintang akar tanaman padi pada dataran rendah

a). Kondisi tak tergenang ; b). Kondisi tergenang...……. 8 Gambar 3. Pengelolaan air SRI-Organik di Jawa Barat dan

SRI luar Jabar………..………... 19 Gambar 4. Proses pembuatan MOL……… 28 Gambar 5. Proses pembuatan kompos..………..……… 29 Gambar 6. Uji benih...……….………….. 30 Gambar 7. Persemaian...………. 30 Gambar 8. Tebar kapur... 31 Gambar 9. Penanaman sistem SRI... 31 Gambar 10. (a) Penyiangan menggunakan gasrok/landak

(b) Penyiangan menggunakan power weeder... 32 Gambar 11. Penyemprotan MOL... 33 Gambar 12 . (a) Walang Sangit; (b) Hama Putih;

(c) Ulat Penggerek Batang... 34 Gambar 13. Skema proses pengolahan lahan untuk SRI... 35 Gambar 14. Pengelolaan air di petak SRI... 39 Gambar 15. Pengelolaan air di petak konvensional... 39 Gambar 16. Kondisi lengas tanah aktual seharusnya untuk SRI... 40 Gambar 17. Kondisi lengas tanah aktual seharusnya

untuk konvensional... 41 Gambar 18. Grafik jumlah daun pada petak penelitian... 43

Gambar 19. Grafik ETc pada petak penelitian... 44 Gambar 20. Grafik nilai kc pada fase pertumbuhan tanaman... 45 Gambar 21. Laju perkolasi pada genangan yang berbeda... 46 Gambar 22. Persamaan regresi panen ubinan dengan petakan... 48 Gambar 23. Panen... 49 Gambar 24. Grafik persamaan regresi ubinan terhadap konsumsi air


(24)

Gambar 25. Grafik persamaan regresi ubinan terhadap konsumsi

Air tanpa olah tanah... 51 Gambar 26. Grafik rerata perlakuan terhadap konsumsi air


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman Lampiran 1. Pengamatan biologi tiap 2 mingguan... 60 Lampiran 2. Perhitungan ETo Penman-Monteith………... 61

Lampiran 3. Jumlah Daun……… 62

Lampiran 4. ETc (Evapotranspirasi Tanaman)...…………...……….. 62 Lampiran 5. Perkolasi... 63 Lampiran 6. Perkolasi pada genangan berbeda... 63 Lampiran 7. Analisis statistik terhadap hasil panen ubinan

menggunakan SAS System...…………... 64 Lampiran 8. Sifat Fisik Tanah... ………... 65 Lampiran 9. Contoh perencanaan irigasi pada petak SRI….……... 67 Lampiran 10. Contoh perencanaan irigasi seharusnya


(26)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya yang vital sekaligus paling berlimpah di muka bumi ini. Sekitar 71% dari permukaan bumi tertutupi oleh air. Dari seluruh air yang ada di bumi 97,2% nya adalah air laut dan hanya 2,8% saja yang berupa air baku (fresh water). Sebanyak 70% dari air baku yang hanya 2,8% itu berbentuk benua dan gunung es di kutub bumi. Sisa 30% dari air baku tersebut berada di tanah sebagai kelengasan tanah dan sebagian lagi berada jauh di dalam akifer di perut bumi. Air baku yang siap untuk didayagunakan manusia hanya tersedia kurang dari 1% atau 0,01% dari seluruh air yang ada di bumi. Air itu tersedia di danau, sungai, dan di sumur dangkal. Hal ini menunjukkan bahwa air merupakan sumberdaya yang melimpah di muka bumi sekaligus sangat terbatas untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia.

Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia maka hendaknya diikuti pula langkah–langkah dalam penghematan air. Upaya untuk melakukan hemat air dapat diartikan sebagai upaya untuk mencapai kondisi baru yang lebih efektif dan efisien yaitu dengan jumlah air tertentu dapat memberikan manfaat yang lebih besar daripada kondisi sebelumnya. Sektor pertanian merupakan salah satu penggguna air yang paling dominan, oleh karena itu perlu adanya penghematan air yang berarti pada bidang tersebut. Kondisi yang maksimal dalam upaya penghematan air di sektor pertanian dapat tercapai jika ditunjang oleh peran aktif dari berbagai pihak khususnya para pemanfaat air dalam mencapai efektifitas dan efisiensi penggunaan air irigasi dalam bidang tersebut.

Sektor pertanian memang tidak dapat dipisahkan dengan air sebagai input yang paling penting dan juga sebagai faktor pembatas yang utama. Dari sekian banyak tanaman pangan yang dibudidayakan di lahan pertanian, padi merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam pertumbuhannya, sehingga perlu adanya upaya penghematan air terutama air irigasi pada budidaya tanaman padi. Disisi lain permintaan terhadap beras sebagai makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia saat ini mengalami peningkatan sebesar 2,23 % per tahun, dan menurut Swastika et al. (2000), proyeksi permintaan beras pada tahun


(27)

2010 sekitar 41,50 juta ton. Selanjutnya dikatakan bahwa defisit beras akan meningkat sekitar 13,50 % per tahun (12,78 juta ton pada tahun 2010) apabila tidak dilakukan peningkatan produktivitas dan perluasan areal panen. Menurut Tim Peneliti Badan Litbang Pertanian (1998), defisit beras pada tahun 2003 diperkirakan sekitar 3.587.461 ton, dan kontribusi terbesar dalam memenuhi permintaan beras adalah melalui peningkatan produktivitas, yaitu 56,80 %. Peluang peningkatan produktivitas padi saat ini masih memungkinkan karena rata-rata produktivitas yang dicapai di tingkat petani masih di bawah potensi hasil. Adanya kesenjangan hasil tersebut mengindikasikan bahwa penerapan teknologi serta metode di tingkat petani masih belum optimal. Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam taraf yang tinggi. Hal ini dapat tercapai apabila terpenuhinya kondisi yang mendukung secara optimal untuk pertumbuhannya. Kondisi tersebut dapat dicapai melalui proses pengelolaan yang memadai antara unsur tanah, tanaman dan air serta unsur agroekosistemnya. Upaya peningkatan produksi padi senantiasa terus dilakukan, melalui berbagai introduksi inovasi teknologi, namun demikian dalam kenyataannya produksi padi saat ini masih mengalami penurunan hasil. Dari fenomena yang terjadi di lapangan memperlihatkan adanya kecenderungan hasil produksi beras yang menurun. Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kondisi tersebut diantaranya adalah :

a. Menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah berkaitan dengan penggunaan unsur kimia anorganik baik pupuk maupun pestisida. Penggunaan unsur kimia tersebut mengakibatkan mikroba yang ada dalam tanah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan aliran energi dari bawah ke atas permukaan tanah menjadi tidak seimbang yang pada akhirnya suplai nutrisi dari tanah sangat kurang atau bahkan tidak ada. Selanjutnya tanaman akan menunggu suplai makanan dari luar berupa pemberian pupuk sintetis . b. Kecenderungan potensi padi untuk berproduksi lebih tinggi mengalami

kemandegan/stagnant. Dari beberapa pengalaman hal ini diakibatkan dari masalah yang pertama dan proses budidaya yang belum memberikan kesempatan penuh pada tanaman padi untuk berkembang sesuai potensinya.


(28)

c. Penggunaan pupuk dan pestisida sintetis yang terus menerus dan berlebihan mengakibatkan rantai makanan menjadi putus akibatnya Musuh Hama Alami (MHA) hanya menunggu makanan dari keberadaan hama. Karena jenjang hirarkis MHA lebih panjang maka hama akan berkembang lebih pesat.

Orang beranggapan bahwa di lahan sawah yang ada hanya tanaman dan hama, dan untuk memenangkan persaingan maka hama harus dibunuh. Oleh karena itu pestisidalah yang berkuasa untuk memusnahkan hama, sehingga sudah menjadi kecenderungan hanya pestisidalah yang dapat mengentaskan masalah yang disebabkan oleh hama.

Sejalan dengan keputusan dan tindakan tersebut maka timbul beberapa dampak negatif, yaitu hama menjadi kebal, timbul hama sekunder, terjadi peledakan hama secara tiba-tiba, pencemaran lingkungan, terbunuhnya jasad non sasaran sehingga mengurangi keragaman unsur hayati, produk mengandung racun dan gangguan terhadap kesehatan manusia. Salah satu teknologi yang mampu meningkatkan produksi beras dan dapat menghemat penggunaan air serta ramah lingkungan adalah dengan metode SRI (System of Rice Intensification) (Alik, S et. al, 2007). Akan tetapi sejauh mana tingkat efisiensi airnya belum diketahui, oleh karena itu perlu adanya penelitian langsung di lapangan.

B. Rumusan Masalah

Penghematan air irigasi pada budidaya padi metode SRI dibandingkan dengan konvensional terjadi pada proses Evapotranspirasi tanaman (ET) dan Perkolasi (P). ET terdiri dari dua komponen yaitu E dan T. Evaporasi akan jauh berkurang pada kondisi macak-macak dibandingkan dengan kondisi genangan, demikian pula dengan perkolasi. Hasil simulasi neraca air harian, memperlihatkan bahwa penghematan air dengan SRI sangat tergantung pada angka perkolasinya. Semakin kecil nilai perkolasinya, maka semakin besar pula persen penghematannya.


(29)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan air di petakan sawah antara metode SRI dengan non-SRI dengan perlakuan pupuk dan pengelolaan air yang berbeda. Disamping itu juga mengukur dan membandingkan performansi pertumbuhan tanaman dan tingkat produktivitasnya.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Padi (Oryza sativa)

Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang paling banyak diusahakan di Indonesia. Hal ini dikarenakan makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia adalah nasi. Tanaman padi termasuk kedalam family Gramineae genus Oryza sativa L. Menurut Grist (1965) dalam Mashudi (1984) menyatakan bahwa tanaman padi mempunyai kurang lebih 25 spesies yang tersebar di daerah tropik dan sub tropik Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Australia.

Tanaman padi merupakan tanaman yang mampu tumbuh dengan baik pada lahan yang tergenang air, karena tanaman padi memiliki kemampuan untuk mengoksidasi daerah perakarannya melalui jaringan aerenchim yang dapat mendifusi oksigen ke daerah perakaran. Oksigen dari daun dialirkan melalui proses difusi ke bagian akar dan batang melalui korteks. Sehingga dengan adanya proses ini, tanaman padi mampu mencukupi kebutuhan terhadap oksigen untuk pernafasan akarnya meskipun dalam keadaan tergenang.

Terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan manusia: Oryza sativa yang berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegunungan Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan Oryza glaberrima yang berasal dari Afrika Barat (hulu Sungai Niger). Oryza sativa terdiri dari dua varietas, indica dan japonica (sinonim sinica). Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung panjang. Varietas indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua varietas dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi. Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan hasil seleksi dari persilangan varietas japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa) dan varietas indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia). Selain kedua varietas ini, dikenal pula sekelompok padi yang tergolong varietas minor javanica yang memiliki sifat antara dari kedua varietas utama di atas. Varietas javanica hanya ditemukan di Pulau Jawa. Budidaya padi yang telah berlangsung lama telah


(31)

menghasilkan berbagai macam jenis padi akibat seleksi dan pemuliaan yang dilakukan manusia. Perbedaan antara golongan Indica dan Japonica ditunjukkan pada Tabel 1 (Siregar, 1981).

Tabel 1. Perbandingan golongan Indica dan Japonica

1.Pertumbuhan Tanaman Padi

Tanaman padi yang ditanam di daerah tropis rata–rata mempunyai umur antara 110~120 hari. Secara umum tanaman padi mempunyai tiga fase pertumbuhan yaitu fase vegetatif, fase reproduktif, dan fase pamatangan. Masing– masing fase mempunyai waktu yang berbeda–beda sesuai dengan jenis varietasnya. Hampir semua varietas biasanya mempunyai lama waktu yang tidak sama antara fase vegetatif dan fase reproduktif sedangkan pada masa pematangan buah hampir semuanya mempunyai lama waktu yang sama. Masa vegetatif tanaman padi kurang lebih antara umur 50~55 hari setelah tanam, pada saat pembentukan malai sampai dengan pembungaan memiliki waktu kurang lebih 35 hari, sedangkan masa pembungaan sampai dengan pematangan bulir mempunyai waktu kurang lebih 30 hari.

Fase vegetatif sendiri terdiri dari masa vegetatif aktif (cepat) dan vegetatif lambat. Vegetatif aktif dimulai pada saat awal mulai tanam sampai dengan pembentukan anakan maksimal. Fase ini ditandai dengan bertambahnya jumlah anakan dan tinggi tanaman yang semakin banyak. Sedangkan fase vegetatif lambat dimulai dari pembentukan anakan maksimal sampai pembentukan malai.

Parameter Indica Japonica

Lingkar batang Kecil – sedang Sedang – besar Warna daun Hijau muda Hijau tua Ukuran daun Ciut - sempit Lebar Bentuk bangun daun kelopak Mendatar/sedikit

melengkung Tegak, lurus menjulang Ukuran butir gabah/beras Kecil – sedang Sedang – besar Daya merumpun Tinggi Rendah- sedang

Daya hasil Tinggi Sedang


(32)

Fase reproduktif atau sering juga disebut fase generatif adalah fase dimana tanaman padi mulai muncul malai sampai terjadinya pembungaan. Secara umum beberapa varietas padi mengalami fase ini selama ±35 hari, sedangkan fase pemasakan dan pematangan ±30 hari. Bagan fase pertumbuhan tanaman padi ditunjukkan pada Gambar 1 (Vergara, 1979).

Gambar 1. Fase pertumbuhan tanaman padi

2.Struktur Tubuh Tanaman Padi

Seperti pada struktur morfologi tanaman yang lain, tanaman padi juga terdiri atas akar, batang, dan daun. Akar tanaman padi tergolong akar serabut, terdiri dari akar mahkota dan akar utama (Vergara, 1979). Biasanya akar utama akan mati setelah satu bulan setelah semai, sedangkan akar mahkota akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman. Akar mahkota akan tumbuh dari tangkai yang paling rendah, dan selanjutnya tanaman padi akan disokong kebutuhan haranya oleh akar mahkota.

Tanaman padi adalah tanaman yang bersifat merumpun (beranak) artinya dari satu batang (bibit) dapat membentuk satu rumpun padi yang nantinya akan terdiri dari puluhan batang anakan. Struktur batang tanaman padi adalah beruas– ruas. Anakan akan tumbuh/keluar dari setiap buku/ruas. Pada setiap buku terdapat mata yang berfungsi menghasilkan tunas baru.

tebar tanam Anakan maks

imal

Pembentukan malai Pembungaan Panen

Fase vegetatif ±55 hari

Fase reproduktif ±35 hari

Fase masak ±30 hari


(33)

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik meskipun dalam kondisi yang tergenang air karena tanaman padi memiliki kemampuan untuk mengoksidasi daerah perakarannya. Hal ini disebababkan oleh jaringan aerenchim yang dapat mendifusi oksigen ke daerah perakaran. Oksigen dari daun dialirkan melalui proses difusi ke bagian akar dan batang melalui korteks. Kondisi ini juga sangat dipengaruhi oleh keadaan akar tanaman. Akar yang baik dapat menyerap unsur-unsur hara, sehingga pemenuhan kebutuhan haranya tetap terpenuhi. Perkembangan akar tergantung pada lingkungan dimana tanaman padi tumbuh. Lingkungan dapat terjadi pada kondisi aerobik maupun anaerobik. Kondisi aerobik seperti terjadi pada penanaman padi gogo, dimana lahan dibiarkan kering (tidak tergenang). Pada kondisi aerobik panjang akar dapat mencapai 1 m (Kawata et al,1964 dalam Yoshida, 1981). Sedangkan kondisi anaerobik seperti terjadi pada kebanyakan penanaman padi sawah dimana lahan sering digenang. Pada kondisi seperti ini panjang akar tidak lebih dari 40 cm. Gambar 2 menunjukkan potongan melintang akar tanaman padi di daerah dataran rendah pada kondisi tergenang dan tidak tergenang (Yoshida,1981).

(a) (b)

Gambar 2. Potongan melintang akar tanaman padi pada dataran rendah a). Kondisi tak tergenang ; b). Kondisi tergenang

Dari Gambar 2, akan terlihat jelas perbedaan antara akar yang digenang dengan akar yang tidak digenang. Pada akar yang tergenang, susunan sel–sel tidak teratur dan aerasi yang berlangsung di daerah perakaran tidak berjalan dengan baik sehingga banyak sel–sel yang rusak atau mati. Hal ini berbeda dengan akar yang tidak tergenang, hampir semua sel–selnya tersusun dengan baik tidak ada sel yang rusak atau mati. Struktur morfologi daun padi hampir sama dengan daun


(34)

pada tanaman rumput–rumputan, namun pada daun padi ada beberapa bagian yang tidak dimiliki oleh tanaman rumput–rumputan. Secara umum daun padi terdiri dari daun pisau, ligule, auricle, kerah daun, dasar daun pisau, dan pelindung daun (Vergara, 1979).

3.Beras Organik

Semenjak semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi segala urusan kebutuhan manusia menjadi semakin lebih ringan dan mudah. Hal ini tidak lepas dari upaya–upaya manusia untuk menemukan penyelesaian masalah terhadap kendala yang ada. Begitu juga dalam bidang pertanian, sejak terjadinya revolusi hijau, peningkatan terhadap produktivitas pertanian sangat ditekankan walaupun mengabaikan kesehatan manusia itu sendiri. Bahkan penggunaan bahan–bahan kimia untuk memacu produktivitas pertanian pun semakin meningkat. Penggunaan bahan–bahan kimia untuk memacu produktivitas tanaman pun memiliki beberapa dampak bagi kehidupan manusia, ada sisi positif dan negatifnya. Dampak positif yang dihasilkan dari penggunaan bahan–bahan kimia diantaranya adalah dapat meningkatkan hasil produksi pertanian dalam waktu yang relatif cepat sedangkan dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan. Selain itu hasil pertanian yang menggunakan bahan kimia buatan ketika dikonsumsi oleh manusia dalam jangka waktu yang cukup lama akan menimbulkan gangguan kesehatan misalnya kanker. Banyak orang yang telah mengetahuinya lebih memilih mengkonsumsi hasil pertanian yang sedikit dalam penggunaan bahan–bahan kimia bahkan tanpa bahan kimia sama sekali atau yang lebih sering disebut dengan pertanian organik (organic farming). Hal ini yang terjadi juga pada budidaya tanaman padi yang nantinya akan menghasilkan beras yang akan dikonsumsi oleh manusia. Banyak beras bermerk yang dijual di pasaran sekarang ini masih mengandung bahan kimia. Oleh karena itu dibutuhkan beras yang bebas dari bahan kimia yang aman dikonsumsi oleh manusia yang sekarang ini lebih dikenal dengan beras organik.


(35)

B. Budidaya Tanaman Padi

Proses budidaya tanaman padi meliputi pengolahan tanah, persemaian, penanaman, pengairan, pemupukan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit serta pemanenan.

1.Pengolahan tanah

Secara umum pengolahan tanah mempunyai arti menyiapkan tanah sebelum ditanami dan mengkondisikan tanah agar menjadi gembur kembali supaya akar tanaman dapat mudah untuk menyerap unsur hara. Selain itu juga pengolahan tanah dapat membantu organisme lain seperti cacing dapat tumbuh dengan baik. Karena dengan olah tanah sirkulasi udara dan air menjadi lancar yang nantinya dapat membantu dalam proses pernafasan. Disamping itu menurut De Datta (1981) dalam Sutikno (1985) menyatakan bahwa secara umum pengolahan tanah memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah untuk pengendalian gulma atau rumput–rumputan, keseragaman pemupukan, kenaikan porositas tanah, melumpurkan tanah dan menaikkan daya serap tanah terhadap unsur hara. Tujuan pelumpuran adalah mempermudah untuk penggaruan dan peratan tanah. Soemartono et al (1983) dalam Sutikno (1985) menyatakan bahwa pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, penggaruan, dan perataan. Pembajakan bertujuan untuk membalik tanah bagian atas (top soil) agar terjadi percampuran antara bagian atas dan bagian bawahnya. Penggaruan bertujuan untuk menghaluskan bongkahan–bongkahan tanah hasil dari pembajakan, sedangkan perataan bertujuan untuk meratakan permukaan tanah agar mudah dalam melakukan penanaman dan pemberian air irigasi.

2.Persemaian

Tahap selanjutnya setelah pengolahan tanah adalah membuat persemaian. Tahap ini sangat penting mengingat tanaman padi termasuk tanaman yang membutuhkan daya adaptasi akar terhadap lingkungannya terlebih dahulu sehingga dibutuhkan persemaian. Menurut Siregar (1981) keuntungan menanam benih yang sebelumnya dikecambahkan terlebih dahulu adalah benih akan lebih cepat melekat dengan tanah sehingga ketika terjadi hujan pada saat benih baru ditanam tidak banyak benih yang berceceran akibat jatuhan air hujan. Umur semai padi berkisar antara 21~30 hari menurut kebiasaan petani.


(36)

3.Penanaman

Bibit hasil persemaian selanjutnya dipindahkan ke lahan yang telah diolah. Jarak tanam bibit padi dapat dilakukan pada jarak 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm atau ada juga yang 30 cm x 30 cm tergantung keinginan dan kebiasaan petani. Hal yang perlu diperhatikan pada saat penanaman adalah lamanya waktu memindahkan bibit dari tempat persemaian ke lahan. Semakin cepat proses pemindahannya maka akan semakin bagus.

4.Pengairan

Kebutuhan air untuk budidaya padi sawah terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah saat pengolahan tanah dan yang kedua adalah saat pertumbuhan tanaman. Banyak pakar berpendapat bahwa pemakaian air untuk budidaya padi sawah yang dilakukan petani saat ini tidak efektif dan efisien. Banyak petani beranggapan bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi padi yang baik dapat dicapai dengan penggenangan air secara terus-menerus. Pemberian air ini tampak pada pengaliran air dari petakan sawah yang satu ke petakan sawah yang lain. Kondisi seperti itu menyebabkan kecenderungan penggunaan air secara berlebihan oleh petani yang dekat dengan sumber air. Sebaliknya, petani yang memiliki sawah jauh dari sumber air cenderung kekurangan air. Selain itu, perjalanan air tidak akan selalu utuh antara jumlah yang keluar dari sumber air dengan yang diterima. Misalnya, air yang diterima oleh petani hilir tidak sama dengan yang diterima oleh petani hulu. Kehilangan jumlah air dapat disebabkan oleh proses perkolasi, transpirasi, dan evaporasi.

5. Pemupukan

Pemupukan merupakan bagian yang penting dalam budidaya padi sawah. Pemupukan mempunyai arti menambah bahan–bahan kimia tertentu (alami ataupun buatan) ke dalam tanah dengan maksud untuk memperbaiki kesuburan tanah (Hardjowigeno, 2003). Pemupukan dilakukan apabila ketersediaan unsur hara tidak mencukupi untuk pertumbuhan tanaman padi secara optimal.

Setiap tanaman memerlukan unsur hara dalam pertumbuhannya agar dapat tumbuh dengan optimal. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diambil dari tanah. Tetapi tidak semua jenis tanah dapat menyediakan zat hara yang dibutuhakan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu salah satu cara untuk


(37)

memenuhinya adalah dilakukan pemupukan. Menurut Utomo dan Nazaruddin (1996) pupuk diberikan 2 kali selama satu musim tanam. Pemupukan pertama diberikan pada umur 2~3 minggu setelah tanam, pemupukan kedua diberikan pada umur 6~7 minggu setelah tanam. Pupuk yang diberikan harus memenuhi kriteria zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman padi membutuhkan zat hara yang utama adalah Nitrogen, Posfor, dan Kalium (Siregar, 1981). Nitrogen berfungsi untuk pembentukan protein, menghijaukan daun, merangsang pertumbuhan dan pembentukan anakan. Posfor berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, pembentukan anakan, merangsang pembungaan, dan pembentukan protein. Kalium berfungsi untuk pembentukan protein dan selulosa. Kebutuhan unsur–unsur hara tersebut dapat dipenuhi melalui penggunaan pupuk organik maupun anorganik. Pupuk organik dapat berupa kompos maupun kohe1

secara langsung sedangkan pupuk anorganik merupakan pupuk kimia buatan yang sengaja dibuat oleh manusia yang kandungannya biasanya dinyatakan dalam persen N, P2O5, K2O. Ketersediaan unsur-unsur hara tersebut dalam tanah harus

dapat dipertahankan, karena akan ada sejumlah zat tertentu yang hilang baik yang telah diserap oleh tanaman maupun hilang karena terangkut saat panen (Siregar, 1981).

Tabel 2. Unsur hara yang hilang akibat panen (per hektar)

Jumlah zat hara yang terangkut (kg)

Hasil N P2O5 K2O

25 Kw GKG2 23 12 12

50 Kw jerami 22 11 50

Total jumlah hara yang terangkut 45 22 62

Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa setiap kali panen, unsur hara yang terangkut dari dalam tanah sebanyak 45 kg N, 23 kg P2O5, dan 62 kg K2O. Jika

proses ini berlangsung secara terus-menerus maka suatu saat persediaan unsur hara dalam tanah akan habis. Dari ketiga zat hara tersebut yang mutlak harus dikembalikan lagi ke tanah adalah unsur N dan P sedangkan K dapat diperoleh dari air irigasi dan jerami yang tertinggal di dalam tanah sehingga ketika musim tanam tiba unsur K yang diberikan berupa pupuk kimia dosisnya relatif kecil.


(38)

6. Penyiangan

Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi tanaman pengganggu/gulma di lapangan. Pertumbuhan gulma akan dipengaruhi oleh baik tidaknya penyiapan tanah pada awal budidaya. Jika pada langkah awal penyemprotan herbisida dilakukan dengan baik, maka pertumbuhan gulma dapat ditekan. Sebaliknya, jika penyemprotan herbisida kurang baik, gulma akan tumbuh dan mengganggu tanaman padi yang baru berumur beberapa hari sedangkan kondisinya masih lemah. Penyiangan pertama padi sawah dilakukan kurang lebih tiga minggu setelah tanam. Penyiangan pertama ini dapat menggunakan landak. Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam. Penyiangan ketiga dilakukan 50 hari setelah tanam. Penyiangan kedua dan ketiga dilakukan dengan tangan karena tanaman sudah cukup tinggi (Prasetyo, YT. 2002).

7. Pengendalian hama dan penyakit

Kegiatan yang tidak kalah pentingnya dalam budidaya padi sawah adalah pengendalian terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi. Tanaman padi yang terkena serangan hama dan penyakit tidak dapat tumbuh dengan optimal sehingga mengakibatkan turunnya hasil produksi. Menurut Utomo dan Nazaruddin (1996) hama yang sering kali menyerang tanaman padi adalah wereng, tikus, sundep, walang sangit, burung dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman padi diantaranya adalah bercak daun, tungro, blast dan lain-lain.

8. Panen

Kualitas dan produktivitas padi yang baik merupakan harapan setiap petani. Untuk mendapatkan hasil produksi yang berkualitas tinggi perlu didukung dengan waktu panen yang tepat, cara panen yang benar, dan penanganan pascapanen yang baik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu panen. Padi yang siap panen memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a.kurang lebih 90% malai telah menguning. b.daun bendera sudah menguning.

c.kadar air gabah sekitar 25 %.

d.untuk varietas padi umur pendek, umur panen kurang lebih 115 hari, sedangkan untuk padi umur panjang kurang lebih 135~145 hari.


(39)

Penentuan umur/saat panen harus dilakukan dengan tepat. Panen yang terlalu awal dapat menyebabkan kualitas gabah menurun, karena banyaknya butir hijau dan kapur. Gabah yang terlalu banyak mengandung butir kapur memiliki rendemen yang rendah dan menghasilkan dedak yang banyak. Panen yang terlambat berakibat banyak gabah yang rontok karena terlalu masak (Prasetyo, YT. 2002).

C. Jenis Pupuk

Pupuk dalam arti secara umum adalah bahan yang digunakan untuk menyuburkan tanah. Pupuk digolongkan menjadi dua yaitu pupuk alami (organik) dan buatan (anorganik) (Hardjowigeno, 2003). Pupuk alami adalah pupuk yang langsung diperoleh dari alam dimana proses dekomposisinya terjadi secara alami dibantu oleh bakteri dan mikroorganisme misalnya posfat alami dan kompos. Sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan kadar unsur haranya sengaja ditambahkan dalam jumlah tertentu. Baik pupuk alami maupun buatan, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pupuk alami adalah dapat langsung diperoleh dari alam dengan cara membuat sendiri, sedangkan kekurangannya adalah jumlahnya yang terbatas (posfat alam hanya ada di daerah-daerah tertentu) dan kandungan unsur haranya relatif sedikit sehingga dalam penggunaannya dibutuhkan jumlah yang besar. Sementara itu kelebihan pupuk buatan adalah jumlahnya yang relatif banyak karena sudah banyak diproduksi, selain itu kandungan unsur haranya disesuaikan dengan kebutuhan. Akan tetapi dengan penggunaan yang terus-menerus akan mengakibatkan kerusakan pada struktur dan tekstur tanah. Tanah dan air menjadi tercemar, terjadi polusi udara, dan berdampak juga pada kesehatan manusia (Indriani, 2004).

1.Pupuk Organik

Salah satu contoh pupuk organik adalah kompos. Kompos adalah proses pelapukan bahan-bahan organik karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri) dengan bahan-bahan organik (Haryono, WM. 2005). Beberapa keuntungan kompos adalah mengandung unsur hara mikro dan makro yang lengkap walaupun dalam jumlah yang sedikit, dapat memperbaiki struktur tanah


(40)

dan meningkatkan kandungan bahan organik tanah, menambah daya serap air, memperbesar daya ikat tanah sehingga tidak mudah berderai, memperbaiki kehidupan mikroorganisme, drainase dan tata udara dalam tanah, mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, membantu proses pelapukan bahan mineral, dan praktis dapat dibuat sendiri (Indriani, 2004).

Kompos memang memerlukan waktu untuk menjadi masak, tetapi ada juga pupuk organik yang berasal dari kohe yang dapat langsung diberikan pada tanaman. Beberapa jenis pupuk yang biasa digunakan beserta kandungan unsur haranya ditunjukkan pada Tabel 3 (Haryono, WM. 2005).

Tabel 3. Kandungan unsur hara pupuk kandang dari beberapa jenis hewan

Hewan Air (%) N (kg/ton) P (kg/ton) K (kg/ton) Sapi perah 85 22,0 2,6 13,7 Sapi daging 85 26,2 4,5 13,0

Unggas 62 65,8 13,7 12,8

Babi 85 28,4 6,8 19,9

Kambing 66 30,6 6,7 39,7

Kuda 66 32,8 4,3 24,2

2.Pupuk Buatan

Pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur hara, misalnya pupuk N, pupuk P, dan pupuk K. Nilai suatu jenis pupuk buatan ditentukan oleh sifat-sifatnya yang meliputi kadar unsur hara, higroskopisitas, kelarutan, kemasaman, cara kerjanya, dan salt index (Hardjowigeno, 2003). Beberapa macam pupuk buatan yang sering digunakan oleh petani adalah Amonium Sulfat (ZA), Urea, TSP, KCL, NPK, Kalium Sulfat (ZK), dan lain-lain.


(41)

D. Kebutuhan Air Untuk Tanaman 1.Kebutuhan Air Irigasi

Kebutuhan Air Irigasi untuk tanaman digambarkan dalam keseimbangan air irigasi di lahan petani yang diwujudkan dalam rumus :

Ir = ETc + P – Re + WLR

dimana : Ir : kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi (mm/hari); ETc : evapotranspirasi potensial tanaman (mm/hari); P : perkolasi (mm/hari); Re : hujan efektif (mm/hari); WLR (Water Layer Replacement) : penggantian lapisan air (mm/hari).

Menurut Soemartono et al (1983) dalam Sutikno (1985) menyatakan bahwa kebutuhan air untuk tanaman padi selama masa pertumbuhan rata-rata ±1,4 lt/det/ha. Sawah yang tanahnya berat, cukup mendapat air ±0,7~1 lt/det/ha, tetapi untuk tanah yang ringan dan berongga ±6 lt/det/ha. Menurut Doorenbos dan Pruit (1977) dalam Sutikno (1985) kebutuhan air tanaman dirumuskan sebagai berikut :

ETc = ETo x kc

dimana : ETc : evapotranspirasi tanaman (mm/hari); ETo : evaporasi tanaman acuan (mm/hari) 3, kc : koefisien karakteristik tanaman.

Air irigasi yang dialirkan dari sumber air, dalam hal ini dari sungai yang dibelokkan oleh bangunan bendung, sampai lahan petani lewat saluran primer, sekunder, dan tersier serta lewat puluhan bangunan dan pintu air akan mengalami kehilangan air. Kehilangan air ini disebabkan oleh dua hal :

a. Kehilangan air karena secara fisik saluran dan bangunan irigasi banyak kebocoran dan penguapan (physical losses).

b. Kehilangan air karena kesalahan dalam pengelolaan air akibat kelalaian petugas, tidak tepat waktu pengoperasian pintu, kemacetan pintu, alat ukur yang kurang teliti dan lain-lain.

Penelitian selama ini menunjukkan bahwa besaran kehilangan air irigasi tersebut adalah 15~22,5 % di petak tersier 7,5~12,5 % di saluran sekunder 7,5~12,5 % di saluran utama (Soekrasno et.al., 2007). Kalau diasumsikan kehilangan di petak tersier, saluran sekunder, dan saluran utama masing-masing 20%, 10%, dan 10%, maka efisiensi air irigasi masing-masing 80%, 90%, dan 90%.


(42)

2. Manfaat Air Bagi Tanaman

Air memegang peranan penting dalam budidaya padi sawah. Ketersediaan air dalam jumlah serta waktu yang tepat merupakan syarat mutlak pada budidaya padi sawah. Akibat kekurangan dan kelebihan air akan berpengaruh terhadap : (a) pertumbuhan dan perkembangan tanaman, (b) tersedianya unsur hara dalam tanah dan penyerapan pupuk, (c) perkembangan hama, penyakit, dan gulma, (d) Senyawa-senyawa beracun.

E. Efisiensi Manfaat Air

Efisiensi penggunaan air sama artinya dengan efisiensi hasil yaitu perbandingan antara kg hasil (dapat dinyatakan dalam GKG atau beras) dengan m3 air yang dikonsumsi oleh tanaman padi. (Wickham dan Valera dalam Pasandaran (1984)).

Efisiensi Manfaat Air (EMA) =

air m kgGKG

3

F. Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification)

Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Hal ini dapat dicapai apabila tanaman tersebut mempunyai kondisi yang baik dalam pertumbuhannya. SRI merupakan terobosan untuk meningkatkan produksi padi dan pendapatan usaha tani. SRI adalah suatu cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem perakaran yang berbasis pada pengelolaan air, tanah, dan tanaman.

Metode SRI pada awalnya dikembangkan di Madagaskar tahun 1980 oleh Fr. Henri de Lauline, SJ seorang pendeta Perancis yang bertugas di Madagaskar tahun 1961. Pada tahun 1990 dibentuk Association Tefy Saina (ATS) sebuah LSM Malagasy untuk memperkenalkan SRI. Empat tahun kemudian, Cornell International Institution for Food Agriculture and Development (CIIFAD) mulai bekerja sama dengan Tefy Saina untuk memperkenalkan SRI disekitar Ranomafana National Park di Madagaskar Timur, dan didukung oleh US Agency for International Development (Anonim, 2005).


(43)

Pada dasarnya SRI merupakan sebuah metode dalam budidaya tanaman padi yang memiliki konsep dasar pada dua aspek, yaitu penanaman benih dan pengelolaan air. Pada proses penanaman, benih yang digunakan merupakan benih muda dimana umur benih kurang dari 14 hari, menggunakan benih tunggal, jarak tanam yang digunakan adalah lebih dari 20 cm x 20 cm (misalnya 30 cm x 30 cm atau bahkan 40 cm x 40 cm). Pengelolaan air, diatur sedemikian rupa sehingga dengan interval waktu tertentu air diberikan secara berselang antara digenangi dengan ketinggian 1~3 cm dan dikeringkan sampai tanah sedikit retak4.

Pada pelaksanaan di lapangan, metode SRI banyak mengalami modifikasi, terutama dalam hal pengelolaan air. Hal ini disesuaikan dengan keadaan lahan dan iklim di daerah tersebut. Sampai saat ini ada beberapa cara yang sudah dikembangkan, diantaranya di Jawa Barat dan di luar Jawa Barat (Gorontalo, NTB, dan Sulawesi). Metode SRI yang diterapkan di Jawa Barat pengelolaan airnya dilakukan tanpa penggenangan, melainkan hanya pada kondisi macak-macak dan pada interval waktu tertentu dilakukan pengeringan sampai tanah sedikit retak. Kondisi macak-macak adalah kondisi dimana kedalaman genangan antara 0~0,5 cm yakni sebagian tergenang sebagian tidak. Agar tanah tetap terjaga kelembabannya maka pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos. Salah satu kelebihan pupuk kompos adalah memiliki kemampuan menahan air yang lebih lama dan lebih banyak daripada pupuk anorganik. Untuk metode SRI yang diterapkan di luar Jawa pengelolaan airnya sama dengan metode SRI di Jawa Barat yaitu dilakukan dengan cara berselang (intermittent) menggunakan genangan (1~2 cm) dengan kondisi macak-macak. Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik Urea, SP-36, dan KCl. Pupuk anorganik diberikan sebanyak tiga kali. Perbedaan Pengelolaan air antara metode SRI Gorontalo dengan SRI Jawa Barat adalah pada penentuan batas atas pada saat fase pembungaan sampai pengisian bulir. Pada metode SRI Jawa Barat batas atasnya adalah macak-macak sedangkan pada SRI Gorontalo menggunakan genangan 20 mm kemudian pada 10 hari sebelum panen kondisi tanah dikeringkan. Pengelolaan air cara SRI Jabar dan luar Jabar selengkapnya disajikan pada Gambar 3.


(44)

Gambar 3. Pengelolaan air SRI-Organik di Jawa Barat dan SRI luar Jabar Penerapan metode SRI di Jawa Barat pupuk yang digunakan adalah pupuk kompos. Hal ini berkaitan dengan penggunaan air yang diberikan, untuk metode SRI air yang digunakan lebih sedikit daripada metode konvensional. Pemberian air dilakukan secara berselang antara genangan 1~3 cm dan kondisi macak-macak, berbeda dengan metode konvensional yang pemberian airnya secara terus-menerus dengan tinggi genangan antara 5~10 cm. Akan tetapi pada saat 15, dan 40 HST tanah dikeringkan untuk pemupukan. Pupuk kandang digunakan untuk menjaga agar tanah tetap dalam keadaan lembab dan tidak kekeringan karena pupuk kandang memiliki kemampuan menahan air lebih lama dan lebih banyak dari pada pupuk anorganik.

Metode SRI pada kenyataannya memang dapat menaikkan jumlah anakan lebih banyak dari pada metode konvensional karena perlakuan air yang intermittent. Prinsip utama pada SRI adalah dilakukannya pengeringan lahan untuk memungkinkan oksigen dapat masuk ke tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan akar. Dalam waktu sekitar 30 HST (hari setelah tanam), tanaman padi akan tampak kecil, kurus, dan jarang. Selama bulan kedua, pertumbuhan batang mulai terlihat nyata. Perbedaan mencolok akan terlihat pada bulan ketiga, petakan sawah akan meledak dengan pertumbuhan batang yang sangat cepat. Produksi padi dengan metode SRI dapat mencapai 7,36~12,6 GKP5 ton per hektar. Hal ini didukung oleh jumlah tunas produktif per rumpun antara metode konvensional dan SRI seperti ditunjukkan pada Tabel 4.

Pengelolaan Air SRI Jabar dan Luar Jabar 1 mm = macak-macak

0 5 10 15 20 25

0 5 6 7

10 11 15 16 17 20 20 21 25 26 27 30 31 35 40 41 45 46 50 50 55 56 60 61 65 70 70 75 80 85 90 95 96

10

0

10

5

11

0

Awal Vegetatif Pembungaan Pengisian Bulir Pematangan

Hari Setelah Tanam Genangan (mm)


(45)

Tabel 4. Perbandingan metode konvensional dan metode SRI di Indonesia (Sato, S. 2005)

Deskripsi Konvensional SRI

Pembenihan a. Umur semai (hari) 25~30 8 -14

b. Tinggi tanaman (cm) 25~30 10 Jumlah tanaman per lubang 4~5 1 Jarak tanam (cm) 25 x 20 30 x 30

Metode tanam Manual Manual

Pengaturan air Terus menerus Berselang Hasil produksi GKP (ton/ha) 4~5 7~9

Metode SRI memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah tanaman lebih tahan terhadap terpaan angin dan hujan, mengurangi serangan hama dan penyakit, hemat benih, memanfaatkan pupuk kandang, biaya produksi rendah, ramah lingkungan, hemat air, dan meningkatkan produktivitas. Kerugiannya adalah memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dan kesulitan dalam memperoleh kompos dalam hal ini komponen utamanya adalah kotoran hewan.


(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada MT2 bulan April 2007 hingga bulan

September 2007 di petakan petani Desa Salebu, BCMA5 Daerah Irigasi Ciramajaya Kecamatan Mangunreja, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat.

B. Fasilitas, Alat dan Bahan

Fasilitas peralatan dan bahan yang disiapkan oleh tim peneliti adalah : Lahan sawah 12 petak (minimal) yang dilayani dari satu offtake tersier. Adapun rincian luasan serta perlakuannya adalah sebagai berikut :

A1 = 374 m2 C1 = 276 m2

A2 = 380 m2 SRI Diatur Var. Sintanur C2 = 287 m2 Konvensional Sintanur

A3 = 356 m2 C3 = 293 m2

B1 = 276 m2 D1 = 263 m2

B2 = 282 m2 SRI Petani Var. Sintanur D2 = 201 m2 SRI Diatur Ciherang

B3 = 292 m2 D3 = 194 m2

1.Alat :

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah flowmeter, lysimeter 12 unit, perkolasimeter 12 unit, sloping gauge (skala miring), piezometer, penakar hujan 1 unit, stopwatch 1 unit, gelas ukur skala milimeter 1 unit, penggaris, grain moisture meter, timbangan, termometer, oven roti.

2.Bahan :

Bahan penelitian yang digunakan adalah Benih (FS) Varietas Sintanur dan Ciherang dengan daya kecambah di atas 95 %, pupuk kompos, pupuk anorganik/pupuk kimia, pestisida nabati, aluminium foil.


(47)

C. Prosedur Penelitian 1.Cakupan kegiatan :

a.Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dengan prinsip-prinsip menghemat air dengan urutan sebagai berikut :

- Penjenuhan : lahan digenangi dengan air sedalam 5 cm dan didiamkan selama 3 hari.

- Pembajakan menggunakan singkal dan didiamkan selama 3 hari. - Pemberian air sedalam 3~5 cm, kemudian dilakukan penggaruan. - Pemberian air sedalam 3~5 cm, kemudian dilakukan pengglebegan,

pelumpuran, dan perataan.

b.Pemupukan

Pupuk organik terdiri dari kompos (campuran kohe dan jerami dengan jumlah 7,5 ton/ha digunakan hanya untuk perlakuan SRI saja) yang diaplikasikan pada saat pengolahan tanah dan MOL6 yang diaplikasikan

selama masa pertumbuhan tanaman. Sedangkan untuk metode konvensional menggunakan pupuk kimia yang dosisnya ditentukan oleh petani.

c. Pestisida

Pengendalian hama menggunakan pestisida nabati yang merupakan campuran 50 helai daun sirsak, 1 helai daun tembakau (dapat diganti tembakau dari puntung rokok), 1 buah labu siam, 2 siung bawang putih, dihaluskan dan dicampur dengan 20 liter air. Setelah didiamkan sehari semalam, pestisida nabati dapat langsung digunakan bila ditemukan hama.

d.Pemberian air irigasi

Pemberian air irigasi dilakukan secara intermittent yang diberikan sampai macak-macak (pada kondisi jenuh) dan kering (tanah retak) secara bergantian. Fase pengeringan dilakukan pada saat fase vegetatif untuk memacu jumlah anakan. Kelebihan air hujan akan dikendalikan dengan membuka outlet dan membiarkan lahan dalam kondisi macak-macak.

e. Penyemaian

Penyemaian dilakukan dengan menggunakan metode SRI dengan usia benih 10 HSS7. Benih dimasukkan kedalam larutan garam yang


(48)

sebelumnya dicek dengan telur ditaruh didalamnya sampai mengapung, baru benih dapat dimasukkan, benih yang diambil/ditanam adalah yang tenggelam.

e.Penanaman

Penanaman dilakukan dengan menggunakan metode SRI (satu bibit/lubang, tanam dangkal, saat ditanam akar membentuk huruf L, jarak tanam 30 cm x 30 cm).

f. Penyiangan

Penyiangan dilakukan sebanyak 3~4 kali, yaitu pada 10, 20, 30, dan 40 HST.

g.Pengamatan

Pengamatan serta perhitungan kebutuhan air irigasi rutin dilakukan pada fase berikut : a) Pengolahan tanah, b) Fase vegetatif (pertumbuhan usia 1~40 HST8), c) Fase reproduktif (pembungaan usia 41~75 HST), d)

Fase pematangan (pengisian bulir 7~10 HSP9), e) Panen. i. Pengukuran

Pengukuran perkolasi dan evapotranspirasi dilakukan dengan pemasangan lysimeter terbuka, dan perkolasimeter (diameter 8 inchi). Sedangkan pengukuran air irigasi menggunakan flowmeter.

j. Perhitungan

Perhitungan ETo dilakukan dengan menggunakan metode Penman-Monteith sesuai dengan data iklim setempat serta referensi dari tempat yang terdekat dari penelitian.

k. Performansi tanaman

Performansi pertumbuhan tanaman meliputi : a) Tinggi tanaman, b) Jumlah malai, c) Jumlah anakan, d) Panjang akar.

l. Produktivitas tanaman

Produktivitas tanaman meliputi : a) Berat 100 butir GKP, b) Berat GKP/ubinan, c) Berat GKP/malai, d) Berat GKP petakan, e) Berat GKP isi/malai, f) Kadar air GKP (wet basis).


(49)

m. Analisis usahatani

Analisis usahatani meliputi : a) Kebutuhan hari orang kerja, b) Kebutuhan saprodi, c) Hasil produksi, d) Perhitungan R/C.

n. Pengamatan OPT11 dan biologi dilakukan setiap dua minggu

Pengamatan OPT dan biologi tanaman meliputi intensitas serangan hama seperti walang sangit, penggerek batang, belalang, dll, serta jumlah musuh hama alami seperti laba-laba, kukuyaan. Disamping itu jumlah cacing juga diamati untuk melihat tingkat kesuburan tanah.

o.Analisa tanah awal

Analisa contoh tanah awal dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanahnya. Untuk analisa tersebut diperlukan contoh tanah utuh dan tidak utuh. Contoh tanah utuh diambil dengan menggunakan core sampler dari lima titik pengambilan. Tanah tersebut diambil dari kedalaman 0~10 cm dan 10~20 cm. Contoh tanah tersebut digunakan untuk analisa fisik tanah, yaitu bobot isi, ruang pori total, jumlah pori drainase, sifat retensi tanah (pF 1; 2; 2,54; dan 4,2) dan permeabilitas tanahnya. Pengambilan contoh tanah tidak utuh dilakukan secara komposit dari lima titik, dari tiap titik masing-masing diambil sebanyak 1 kg. Pengambilan contoh tanah tidak utuh digunakan untuk analisis tekstur, N-total, C-organik, pH (H2O), Kandungan P2O5 total (HCl 25%), kandungan

K2O total (HCl 25%) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa

(KB). Analisa kadar air setiap sebelum dan sesudah pemberian air irigasi dengan menggunakan metode volumetrik. Contoh tanah diambil dari kedalaman 10 cm, dan 20 cm.

2. Rancangan Percobaan

Jumlah keseluruhan petakan sawah petani 12 petak dengan tiga kali ulangan dengan perlakuan (a) SRI diatur Varietas Sintanur, (b) SRI Petani, (c) Konvensional dan (d) SRI diatur Varietas Ciherang. Pada (b) dan (c) air diberikan sesuai pengalaman petani, sedangkan untuk (a) dan (d) air diatur berdasarkan perhitungan kebutuhan tanaman. Di ketiga petakan tersebut dipasang alat ukur debit air (flowmeter) sedangkan lysimeter plat besi alas


(50)

terbuka serta perkolasimeter untuk mengukur besarnya ETa dan Perkolasi. Pengukuran hujan dilakukan dengan penakar hujan.

3. Pengumpulan dan Analisis Data

Pengukuran dilakukan setiap pemberian air yang akan dikontrol dengan data perubahan kadar air tanah sebelum dan sesudah pemberian air irigasi yang dianalisis di lapangan. Data fisika tanah diambil dengan contoh tanah utuh (ring sampler) pada dua kedalaman (0~10 cm) dan (10~20 cm) masing-masing diambil dari lima titik sampel pada petakan sawah percobaan, data kesuburan tanah dimbil secara komposit dari lima titik, dari tiap titik masing-masing diambil sebanyak 0,5 kg.

Pengamatan parameter pertumbuhan tanaman dan biologi tanah dilakukan setiap minggu setelah tanam. Parameter produksi dan kadar air GKP diukur pada waktu panen. Hasil panen dilakukan dengan ubinan 3 m x 3 m dan juga total panen dalam petakan. Sebagai pembanding juga diambil data panen baik ubinan maupun total panen pada setiap petakan petani di kelompok tani SRI dan non SRI.


(51)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Budidaya Padi Secara Konvensional

Budidaya tanaman padi secara konvensional dilakukan oleh petani setempat dengan pemberian airnya diukur menggunakan flowmeter. Benih yang digunakan adalah Varietas Sintanur kurang lebih 0,6 kg. Luas total petak C (konvensional) adalah 61 bata11 atau setara dengan 854 m2

. Metode budidayanya sama halnya seperti budidaya padi secara umum yang dilakukan di masyarakat mulai dari pengolahan tanah sampai panen, tetapi pengelolaan airnya berbeda yaitu menggunakan metode SRI dengan pemberian air secara intermittent/berselang. Tinggi genangan maksimal adalah 20 mm pada saat penyiangan dan lebih sering dikondisikan macak-macak. Petak konvensional ini dapat juga dikatakan sebagai metode budidaya padi semi SRI menggunakan pupuk kimia. Banyak ahli pertanian juga menyebutnya PTT12. Benih yang

ditanam tiap lubang tergolong sedikit yaitu antara 2~3 benih dan umur benih sebelum pindah tanam kurang lebih 25~30 hari setelah semai. Pemupukan pertama dilakukan satu minggu setelah tanam menggunakan Urea 117,1 kg/ha dan Phonska 234,2 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan 5 minggu setelah tanam menggunakan Urea 58,6 kg/ha, Phonska 87,8 kg/ha dan KCl 87,8 kg/ha.

B. Budidaya Padi metode SRI (System of Rice Intensification)

Metode SRI yang dilakukan di Jawa Barat pada umumnya adalah hasil perpaduan gagasan PHT13 dengan gagasan SRI dan beberapa pengalaman hasil studi sebelumnya. Untuk menerapkan usaha tani metode SRI diperlukan beberapa prinsip dasar yaitu :

a.Pengolahan tanah sehat, dengan menggunakan pemberian bahan organik/kompos antara 5~7 ton/ha atau disesuaikan dengan kesuburan tanahnya.

b.Menyiapkan benih sehat dan bermutu.

c.Benih disemai di media lembab tanpa digenang.

d.Benih ditanam muda 5~7 hari dari kecambah di persemaian.


(1)

Pertumbuh

an HST

Genangan

awal ke n Kondisi

Air Tanggal

ETo Kc ETc ETa P Hujan Genangan

ahir ke n Hujan Efektif KAI Akar

Batas Bawah

Irigasi Aktual

(mm) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm) (mm) (mm) (%) (mm/hari) (cm) (mm) (mm)

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18]

Kt Kt Kt [6]x[7] Kt Kt Kt Kt [8]+[9]-[12] Kt Kt

P engi si an Bul ir M as ak Sus u 79 -55.35 BA 10-BB 100% K L

08/08/07 4.3 1.43 6.15 2.73 0.00 0.0 -58.08 0.0 6.75 20 -24.60

80 -58.08 09/08/07 4.3 1.43 6.15 2.60 0.00 0.0 -51.18 0.0 6.75 20 -24.60 9.51

81 -51.18 10/08/07 4.3 1.43 6.15 2.96 0.00 0.0 -54.13 0.0 6.75 20 -24.60

82 -54.13 11/08/07 4.3 1.43 6.15 2.79 0.00 0.0 -56.93 0.0 6.75 20 -24.60

83 -56.93 12/08/07 4.3 1.43 6.15 2.66 0.00 0.0 -59.58 0.0 6.75 20 -24.60

84 -59.58 13/08/07 4.3 1.43 6.15 2.54 0.00 0.0 -62.12 0.0 6.75 20 -24.60

85 -62.12 14/08/07 4.3 1.43 6.15 2.43 0.00 0.0 -55.71 0.0 6.75 20 -24.60 8.85

86 -55.71 15/08/07 4.3 1.43 6.15 2.72 0.00 0.0 -58.42 0.0 6.75 20 -24.60

87 -58.42 16/08/07 4.3 1.43 6.15 2.59 0.00 0.0 -61.01 0.0 6.75 20 -24.60

88 -61.01 17/08/07 4.3 1.43 6.15 2.48 0.00 0.0 -63.49 0.0 6.75 20 -24.60

89 -63.49 18/08/07 4.3 1.43 6.15 2.38 0.00 0.0 -65.87 0.0 6.75 20 -24.60

90 -65.87 19/08/07 4.3 1.43 6.15 2.30 0.00 0.0 -57.52 0.0 6.75 20 -24.60 10.65

91 -57.52 20/08/07 4.3 1.43 6.15 2.63 0.00 0.0 -60.15 0.0 6.75 20 -24.60

92 -60.15 21/08/07 4.3 1.43 6.15 2.51 0.00 0.0 -62.66 0.0 6.75 20 -24.60

93 -62.66 22/08/07 4.3 1.43 6.15 2.41 0.00 0.0 -65.08 0.0 6.75 20 -24.60

94 -65.08 23/08/07 4.3 1.43 6.15 2.32 0.00 0.0 -67.40 0.0 6.75 20 -24.60

95 -67.40 24/08/07 4.3 1.43 6.15 2.24 0.00 0.0 -57.45 0.0 6.75 20 -24.60 12.20

Pe

m

at

anga

n

96 -57.45 25/08/07 4.3 1.23 5.29 2.26 0.00 0.0 -59.71 0.0 4.50 20 -24.60

97 -59.71 26/08/07 4.3 1.23 5.29 2.18 0.00 0.0 -61.89 0.0 4.50 20 -24.60

98 -61.89 27/08/07 4.3 1.23 5.29 2.10 0.00 0.0 -63.99 0.0 4.50 20 -24.60

99 -63.99 28/08/07 4.3 1.23 5.29 2.03 0.00 0.0 -66.02 0.0 4.50 20 -24.60

100 -66.02 29/08/07 4.3 1.23 5.29 1.97 0.00 0.0 -59.07 0.0 4.50 20 -24.60 8.93

101 -59.07

Pe

nge

ri

nga

n 30/08/07 4.3 1.23 5.29 2.20 0.00 0.0 -61.27 0.0 4.50 20 -24.60

102 -61.27 31/08/07 4.3 1.23 5.29 2.12 0.00 0.0 -63.39 0.0 4.50 20 -24.60

103 -63.39 01/09/07 4.0 1.23 4.92 1.91 0.00 0.0 -65.30 0.0 4.58 20 -24.60

104 -65.30 02/09/07 4.0 1.23 4.92 1.85 0.00 0.0 -67.16 0.0 4.58 20 -24.60

105 -67.16 03/09/07 4.0 1.23 4.92 1.80 0.00 0.0 -68.96 0.0 4.58 20 -24.60


(2)

) MT 2 2006 (Juni~September 2006)

Genangan pada waktu penyiangan (mm) 20.0 Genangan setelah pemberian air (mm) 10.0

Perkolasi (mm/hari) hasil pengukuran 1.0 pd waktu genangan 10 mm Perkolasi seterusnya diasumsikan berbanding lurus dengan tinggi genangan

DATA Lps atas Lps bawah

Porositas (vol) 0.670 0.700

Kap.Lapang pF2 (vol) 0.574 0.587

Pertumbu

han HST

Genangan

awal ke n Kondisi

Air Tanggal

ETo Kc ETc ETa P Hujan Genangan

ahir ke n Hujan Efektif KAI Akar

Batas Bawah

Irigasi Aktual

(mm) (mm/hari) (mm/hari (mm/hari) (mm/hari) (mm) (mm) (mm) (%) (mm/hari) (cm) (mm) (mm)

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18]

Kt Kt Kt [6]x[7] Kt Kt Kt Kt [8]+[9]-[12] Kt Kt

Awal

0 10.00

Macak-m

acak

21/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 1.00 0.0 17.48 0.0 3.60 5 -6.15 13.67

1 10.00 22/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 1.00 0.0 3.81 0.0 3.60 5 -6.15

2 3.81 23/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 0.38 1.2 -0.56 1.2 1.68 5 -6.15

3 -0.56 24/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 0.00 0.0 -5.76 0.0 2.54 5 -6.15

4 -5.76 25/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 0.00 0.7 -10.25 0.7 1.34 5 -6.15

5 -10.25 26/05/07 4.4 1.18 5.19 3.12 0.00 0.0 16.64 0.0 1.77 5 -6.15 30

6 10.00 27/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 1.00 0.0 3.81 0.0 3.60 5 -6.15

7 3.81 2 cm 28/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 0.38 0.0 -1.76 0.0 2.88 5 -6.15

8 -1.76

BA 10-BB 100% KL

29/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 0.00 0.0 -6.96 0.0 2.30 5 -6.15

9 -6.96 30/05/07 4.4 1.18 5.19 4.59 0.00 19.7 8.15 10.6 0.00 5 -6.15

10 8.15 31/05/07 4.4 1.18 5.19 5.19 0.82 23.4 25.55 3.6 0.00 5 -6.15

11 10.00 01/06/07 4.2 1.18 4.96 4.96 1.00 16.7 20.74 3.3 0.00 5 -6.15

12 10.00 02/06/07 4.2 1.18 4.96 4.96 1.00 7.9 11.94 3.3 0.00 5 -6.15

13 10.00 03/06/07 4.2 1.18 4.96 4.96 1.00 0.0 4.04 0.0 3.28 5 -6.15

14 4.04 04/06/07 4.2 1.18 4.96 4.96 0.40 0.0 -1.32 0.0 2.62 5 -6.15

15 -1.32 05/06/07 4.2 1.18 4.96 4.96 0.00 5.4 -0.87 8.0 0.00 5 -6.15

16 -0.87 06/06/07 4.2 1.18 4.96 4.96 0.00 2.9 -2.93 2.9 0.38 5 -6.15


(3)

) Pertumbu

han HST

Genangan

awal ke n Kondisi

Air Tanggal

ETo Kc ETc ETa P Hujan Genangan

ahir ke n Hujan Efektif KAI Akar

Batas Bawah

Irigasi Aktual

(mm) (mm/hari) (mm/hari (mm/hari) (mm/hari) (mm) (mm) (mm) (%) (mm/hari) (cm) (mm) (mm)

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18]

Kt Kt Kt [6]x[7] Kt Kt Kt Kt [8]+[9]-[12] Kt Kt

18 -7.88

BA 10-BB 100% KL

08/06/07 4.2 1.18 4.96 3.87 0.00 67.3 55.55 6.1 0.00 5 -6.15

19 10.00 09/06/07 4.2 1.18 4.96 4.96 1.00 4.7 8.74 3.3 0.00 5 -6.15

Vegetatif-Anakan

20 8.74 10/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.87 4.9 7.48 4.8 0.00 10 -12.30

21 7.48 11/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.75 0.0 1.44 0.0 4.84 10 -12.30

22 1.44 12/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.14 0.0 -4.00 0.0 3.87 10 -12.30

23 -4.00 13/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.0 -9.29 0.0 3.10 10 -12.30

24 -9.29 14/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 3.8 -10.78 3.8 0.00 10 -12.30

25 -10.78 15/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 7.7 -8.37 13.7 0.00 10 -12.30

26 -8.37 16/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.0 -13.67 0.0 4.84 10 -12.30

27 -13.67 2 cm 17/06/07 4.2 1.26 5.29 4.76 0.00 0.0 -18.43 0.0 3.87 10 -12.30

28 -18.43

BA 10-BB 100% KL

18/06/07 4.2 1.26 5.29 3.53 0.00 0.6 -1.36 0.6 2.50 10 -12.30 20

29 -1.36 19/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 6.7 0.05 6.7 0.00 10 -12.30

30 0.05 20/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.0 -5.25 0.0 3.37 10 -12.30

31 -5.25 21/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 34.5 23.96 4.8 0.00 10 -12.30

32 10.00 22/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 1.00 0.0 3.71 0.0 4.84 10 -12.30

33 3.71 23/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.37 0.8 -1.15 0.8 3.07 10 -12.30

34 -1.15 24/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.1 -6.35 0.1 3.16 10 -12.30

35 -6.35 25/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.0 -11.64 0.0 2.84 10 -12.30

36 -11.64 26/06/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 1.8 -15.13 1.8 3.04 10 -12.30

37 -15.13 2 cm 27/06/07 4.2 1.26 5.29 4.30 0.00 0.0 -19.43 0.0 4.23 10 -12.30

38 -19.43 28/06/07 4.2 1.26 5.29 3.35 0.00 3.5 -19.28 3.5 0.00 10 -12.30

39 -19.28 29/06/07 4.2 1.26 5.29 3.38 0.00 0.0 -22.66 0.0 3.41 10 -12.30

40 -22.66 30/06/07 4.2 1.26 5.29 4.31 0.00 27.8 0.83 13.4 0.00 15 -18.45

41 0.83 01/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.08 19.9 15.36 4.8 0.00 15 -18.45

42 10.00 02/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 1.00 0.0 3.71 0.0 4.84 15 -18.45

43 3.71 03/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.37 0.0 -1.95 0.0 3.87 15 -18.45

44 -1.95 04/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.0 -7.25 0.0 3.10 15 -18.45

45 -7.25 05/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.0 -12.54 0.0 2.84 15 -18.45

46 -12.54 06/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 8.5 -9.33 4.8 0.00 15 -18.45


(4)

Kt Kt Kt [6]x[7] Kt Kt Kt Kt [8]+[9]-[12] Kt Kt 48 -14.62

BA 10-BB 100% KL

08/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 9.5 -10.41 8.7 0.00 15 -18.45

49 -10.41 09/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.0 -15.71 0.0 4.84 15 -18.45

50 -15.71 10/07/07 4.2 1.26 5.29 5.29 0.00 0.0 -21.00 0.0 3.87 15 -18.45

Pembungaan

51 -21.00 11/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 0.0 -28.60 0.0 8.32 20 -24.60

52 -28.60 12/07/07 4.2 1.81 7.60 6.54 0.00 0.0 14.86 0.0 6.66 20 -24.60 50

53 10.00 13/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 1.00 0.0 1.40 0.0 6.32 20 -24.60

54 1.40 14/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.14 0.0 -6.34 0.0 6.32 20 -24.60

55 -6.34 15/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 0.0 -13.95 0.0 6.32 20 -24.60

56 -13.95 16/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 33.9 12.35 28.2 0.00 20 -24.60

57 10.00 17/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 1.00 0.0 1.40 0.0 8.32 20 -24.60

58 1.40 18/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.14 0.0 -6.34 0.0 6.66 20 -24.60

59 -6.34 19/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 18.0 4.05 11.6 0.00 20 -24.60

60 4.05 20/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.41 7.2 3.25 7.2 1.12 20 -24.60

61 3.25 21/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.32 0.0 -4.68 0.0 8.10 20 -24.60

62 -4.68 22/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 0.0 -12.28 0.0 8.32 20 -24.60

63 -12.28 23/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 0.0 -19.88 0.0 6.66 20 -24.60

64 -19.88 24/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 0.0 -27.49 0.0 6.32 20 -24.60

65 -27.49 25/07/07 4.2 1.81 7.60 6.80 0.00 0.0 15.71 0.0 6.32 20 -24.60 50

66 10.00 26/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 1.00 0.0 1.40 0.0 6.32 20 -24.60

67 1.40 27/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.14 0.0 -6.34 0.0 6.32 20 -24.60

68 -6.34 28/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 0.0 -13.95 0.0 6.32 20 -24.60

69 -13.95 29/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 0.0 -21.55 0.0 6.32 20 -24.60

70 -21.55 30/07/07 4.2 1.81 7.60 7.60 0.00 0.0 -29.15 0.0 6.32 20 -24.60

71 -29.15 31/07/07 4.2 1.43 6.01 5.07 0.00 0.0 15.78 0.0 6.00 20 -24.60 50

72 10.00 01/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 1.00 0.0 2.85 0.0 6.75 20 -24.60

73 2.85 02/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.29 0.0 -3.58 0.0 6.75 20 -24.60

74 -3.58 03/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0 -9.73 0.0 6.75 20 -24.60

75 -9.73 04/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -15.88 0.0 6.75 20 -24.60

76 -15.88 05/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -22.03 0.0 6.75 20 -24.60

77 -22.03 06/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -28.18 0.0 6.75 20 -24.60


(5)

) Pertumbu

han HST

Genangan

awal ke n Kondisi

Air Tanggal

ETo Kc ETc ETa P Hujan Genangan

ahir ke n Hujan Efektif KAI Akar

Batas Bawah

Irigasi Aktual

(mm) (mm/hari) (mm/hari (mm/hari) (mm/hari) (mm) (mm) (mm) (%) (mm/hari) (cm) (mm) (mm)

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18]

Kt Kt Kt [6]x[7] Kt Kt Kt Kt [8]+[9]-[12] Kt Kt

Pengisian Bulir - Masak Susu

79 10.00 08/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 1.00 0.0 2.85 0.0 6.75 20 -24.60

80 2.85 09/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.29 0.0 -3.58 0.0 6.75 20 -24.60

81 -3.58 10/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -9.73 0.0 6.75 20 -24.60

82 -9.73 11/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -15.88 0.0 6.75 20 -24.60

83 -15.88 12/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -22.03 0.0 6.75 20 -24.60

84 -22.03 13/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -28.18 0.0 6.75 20 -24.60

85 -28.18 14/08/07 4.3 1.43 6.15 5.37 0.00 0.0 16.45 0.0 6.75 20 -24.60 50

86 10.00 15/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 1.00 0.0 2.85 0.0 6.75 20 -24.60

87 2.85 16/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.29 0.0 -3.58 0.0 6.75 20 -24.60

88 -3.58 17/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -9.73 0.0 6.75 20 -24.60

89 -9.73 18/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -15.88 0.0 6.75 20 -24.60

90 -15.88 19/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -22.03 0.0 6.75 20 -24.60

91 -22.03 20/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -28.18 0.0 6.75 20 -24.60

92 -28.18 21/08/07 4.3 1.43 6.15 5.37 0.00 0.0 16.45 0.0 6.75 20 -24.60 50

93 10.00 22/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 1.00 0.0 2.85 0.0 6.75 20 -24.60

94 2.85 23/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.29 0.0 -3.58 0.0 6.75 20 -24.60

95 -3.58 24/08/07 4.3 1.43 6.15 6.15 0.00 0.0 -9.73 0.0 6.75 20 -24.60

Pematangan

96 -9.73

Pengeringan

25/08/07 4.3 1.23 5.29 5.29 0.00 0.0 -15.02 0.0 4.50 20 -24.60

97 -15.02 26/08/07 4.3 1.23 5.29 5.29 0.00 0.0 -20.31 0.0 4.50 20 -24.60

98 -20.31 27/08/07 4.3 1.23 5.29 5.29 0.00 0.0 -25.60 0.0 4.50 20 -24.60

99 -25.60 28/08/07 4.3 1.23 5.29 5.08 0.00 0.0 -30.68 0.0 4.50 20 -24.60

100 -30.68 29/08/07 4.3 1.23 5.29 4.24 0.00 0.0 -34.92 0.0 4.50 20 -24.60

101 -34.92 30/08/07 4.3 1.23 5.29 3.73 0.00 0.0 -38.65 0.0 4.50 20 -24.60

102 -38.65 31/08/07 4.3 1.23 5.29 3.37 0.00 0.0 -42.01 0.0 4.50 20 -24.60

103 -42.01 01/09/07 4.0 1.23 4.92 2.88 0.00 0.0 -44.90 0.0 4.58 20 -24.60

104 -44.90 02/09/07 4.0 1.23 4.92 2.70 0.00 0.0 -47.59 0.0 4.58 20 -24.60

105 -47.59 03/09/07 4.0 1.23 4.92 2.54 0.00 0.0 -50.13 0.0 4.58 20 -24.60


(6)

[8] Evapotranspirasi tanaman ETc = ETo x kc

[9] Evapotranspirasi aktual ETa ={ [17]/[3]} x [8] ; jika [3] >[17] maka ETc [8]

[10] Perkolasi diukur dengan Perkolasimeter pada genangan 20 mm, selanjutnya diasumsikan linier dengan genangan aktual. Jika negatif maka disamakan nol [11] Hujan aktual yang terjadi pada hari ke n, hasil pengamatan

[12] Genangan ahir hari ke n [11] = Genangan awal hari ke n [3] - ETc hari ke n [8] - Perkolasi hari ke n [9] + Hujan ke n [10] [13] Hujan efektif hari ke n [12] = ETc [8] hari ke n + Perkolasi [9] hari ke n + Genangan awal [3] ke n - Genangan awal [3] ke n-1 [15] [12]/[10] x 100

[16] Kedalaman perakaran efektif diasumsikan setiap tahap pertumbuhan tanaman [17] Batas bawah lengas tanah = (porositas - 80% pF2) x kedalaman akar [15] x 10


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Motivasi petani dalam menerapkan metode SRI (System of Rice Intensification): studi kasus di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya

0 10 118

Peningkatan Efisiensi Irigasi Melalui Budidaya Padi Metode System OJ Rice Intensification (SRI)

0 3 318

Analisis Pendapatan Usahatani Padi Organik Metode SRI (System of Rice Intensification) Studi Kasus Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat

2 21 241

Kajian Strategi Peningkatan Efisiensi Air Irigasi melalui Metode System of Rice Intensification dengan Pendekatan Eksperimental

0 4 98

Pengembangan Sistem Kendali Irigasi Untuk Budidaya Padi Sri (System Of Rice Intensification) Yang Ramah Lingkungan

0 8 45

Peningkatan Efisiensi Irigasi Melalui Budidaya Padi Metode System OJ Rice Intensification (SRI)

0 19 165

APLIKASI SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DENGAN TEKNIK IRIGASI BERSELANG (NGENYATIN) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI PADA SISTEM IRIGASI SUBAK.

0 1 12

PENERAPAN PEMUPUKAN PADA PERTANIAN PADI ORGANIK DENGAN METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION (SRI) DI DESA SUKAKARSA KABUPATEN TASIKMALAYA ipi10849

0 0 8

Kajian Peran Serta Petani Terhadap Penyesuaian Manajemen Irigasi untuk Usaha Tani Padi Metode SRI (System of Rice Intensification) di Petak Tersier Daerah Irigasi Cirasea, Kabupaten Bandung, Jawa Barat

0 1 16