pembagian air bagi petani dimana pembentukannya berdasarkan pada luasan areal sawah dan di daerah irigasi setempat. P3A merupakan suatu lembaga formal yang
dibentuk dalam rangka meningkatkan pemanfaatan air irigasi secara efisien. P3A ini ditetapkan dan dikembangkan oleh Pemerintah Daerah untuk mengelola serta
memelihara jaringan irigasi berserta bangunannya. Pengembangan P3A sangatlah diperlukan. P3A dapat membantu dalam
meningkatkan efisiensi penggunaan air pada tingkat usaha tani, mengelola pelaksanaan jadwal tanam dan pola tanam yang telah ditentukan oleh pemerintah,
menyalurkan air secara merata serta menghilangkan konflik terkait pembagian air. Namun tidak sedikit pula lembaga P3A yang tidak berfungsi dilapangan. P3A
yang kuat sulit dikembangkan di daerah yang basah atau daerah yang kelebihan air dibandingkan di daerah yang sering kekurangan air.
2.1.4. Budidaya Padi System of rice Intensification
System Of Rice Intensification SRI yaitu cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem perakaran dengan
berbasis pada pengelolaan tanah, tanaman dan air Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2010.
Metode SRI pertama kali dikembangkan di Madagaskar pada tahun 1980 oleh Fr Henri de Laulanie, S.J. Kemudian pada tahun 1990 metode
SRI di uji coba di wilayah Asia dengan hasil yang positif Setiajie, et al., 2008. Di Indonesia gagasan SRI juga telah di uji coba dan diterapkan di beberapa
Kabupaten di Jawa, Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, Sulawesi serta Papua. Prinsip-prinsip budidaya padi SRI yaitu:
1. Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai hss ketika
bibit masih berdaun 2 helai.
2. Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau
lebih jarang. 3.
Pindah tanam harus sesegera mungkin kurang dari 30 menit dan harus hati-hati agar akar tidak putus dan ditanam dangkal.
4. Pemberian air maksimal 2 cm macak-macak dan periode tertentu
dikeringkan sampai pecah Irigasi berselangterputus. 5.
Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval 10 hari.
6. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik kompos atau pupuk
hijau
9
. Metode SRI mengedepankan pemberdayaan kerifan lokal yaitu dengan
memanfaatkan serta mengelola kekuatan sumber daya alam di wilayah sekitar secara terpadu untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi secara
berkelanjutan. Pada dasarnya konsep metode SRI adalah tanam benih muda dengan pola tanam tunggal satu benih untuk satu lubang dan menggunakan
sistem irigasi berselang terputus. Namun di masing-masing wilayah metode SRI yang diterapkan cukup bervariasi.
Tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhannya. Penggunaan input-input organik sangat
ditekankan pada budidaya metode SRI sehingga dapat meningkatkan kesuburan lahan sawah. Dengan begitu produksi padi menjadi lebih tinggi. Melalui
penerapan metode SRI diharapkan para petani memperoleh hasil panen 30 persen lebih banyak jika dibandingkan dengan metode konvensional.
9
Hanungekop, METODE SRI System of Rice
Intensification, [online] http:hanungekop.wordpress.commetode-sri-system-of-rice-intensification [diakses 9 Mei
2011]
Dalam budidaya padi metode SRI pemberian air irigasi dilakukan secara terputus intermitten berdasarkan alternasi antara periode basah dan kering.
Berbeda dengan metode konvensional, pemberian air irigasi dilakukan dengan cara digenangi. Untuk itu kebutuhan air pada metode SRI lebih sedikit
dibandingkan metode konvensional. Dengan metode SRI, petani hanya memakai sekitar 50 persen kebutuhan air pada metode konvensional yang biasa
menggenangi tanaman padi. Selain itu dengan kondisi tanah tidak tergenang akan menghasilkan lebih banyak udara masuk kedalam tanah sehingga akar
berkembang lebih besar. Dengan demikian akar dapat menyerap nutrisi lebih banyak. Sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi.
Keunggulan metode SRI dibandingkan metode konvensional : 1.
Lebih hemat air. Pada metode SRI, selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen memberikan air maksimal 2 cm, paling baik macak-macak
sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak Irigasi terputus.
2. Hemat waktu. Ditanam bibit muda 5 – 12 HSS hari setelah semai, dan
waktu panen akan lebih awal. 3.
Produksi meningkat, di beberapa tempat bahkan dapat mencapai 11 tonha. 4.
Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan dengan mempergunakan pupuk organik kompos, kandang dan Mikro Organisme
Lokal, begitu juga penggunaan pestisida
10
Namun metode SRI juga memiliki beberapa kelemahan. Kekhawatiran terhadap risiko penurunan produksi menjadi kendala dalam menerapkan SRI.
10
Hanungekop, METODE SRI System of Rice
Intensification, [online]
http:hanungekop.wordpress.commetode-sri-system-of-rice-intensification [diakses 9 Mei 2011]
Hasil produksi padi dengan metode SRI memang pada awal musim tanam cenderung akan menurun. Dengan metode SRI, penggunaan pupuk sintetis
diminimalisir atau bahkan dihilangkan dan diganti dengan mengggunakan pupuk organik. Untuk itu lahan sawah masih belum dapat “beradaptasi” sehingga
produksi padi biasanya langsung menurun. Tetapi sebenarnya peningkatan produksi padi yang lebih tinggi akan dapat tercapai setelah beberapa musim
tanam. Beberapa kendala lainnya yaitu : 1.
Tidak adanya jaminan kerugian apabila petani mengalami penurunan produksi.
2. Anggapan air irigasi berlimpah dan murah sehingga tidak perlu dihemat.
3. Tidak adanya jaminan pasar untuk hasil produksi.
4. Harga jual Gabah Kering Panen GKP SRI sama dengan harga jual GKP
konvensional. 5.
Metode SRI tidak dapat diterapkan untuk semua jenis sawah, jika topografi datar, maka aliran air tidak akan lancar, jika posisi sawah di atas
saluran air, maka metode pemberian air yg intermiten tidak dapat dilakukan.
6. Adanya inovasi tidak serta merta direspon baik oleh petani, sekalipun
petani tersebut diberi pelatihan. 7.
Kurang lengkapnya informasi mengenai metode SRI.
2.1.5. Konsep Kesediaan Untuk Membayar Willingness to Pay