irigasi berselang, sehingga pengaturan serta pendistribusian air yang baik sangat dibutuhkan. Untuk itu petani yang telah melakulan budidaya padi SRI lebih lama
akan bersedia membayar iuran lebih tinggi. 6.
Penilaian terhadap Pelayanan Air Irigasi Asumsi yang berlaku adalah semakin baik penilaian petani akan pelayanan
air irigasi maka semakin tinggi pula nilai WTP yang bersedia dibayarkan. Penilaian dimasukkan dalam kategori baik jika kondisi dan pengaturan irigasi baik
serta volume kebutuhan air tercukupi serta debit air yang mengalir ke petani dapat mencukupi kebutuhan pada lahan sawahnya. Kondisi irigasi dinyatakan baik
apabila kondisi jaringan irigasi tidak atau sedikit yang mengalami kerusakan. Pangaturan dinyatakan baik apabila distribusi lancar.
7. Status Lahan
Status lahan menjadi salah satu faktor yang sangat memengaruhi petani dalam mengambil keputusan dalam membayar iuran air. Asumsinya kemauan
membayar iuran air irigasi semakin kecil apabila petani berstatus sebagai penggarap. Sedangkan apabila petani sebagai pemilik, kemauan membayar iuran
air irigasi cenderung lebih tinggi.
2.1.7. Identifikasi Faktor-faktor yang Mendorong Petani untuk
Menerapkan Budidaya Padi Metode SRI.
Menemukan suatu strategi yang tepat sangat diperlukan dalam upaya untuk mendorong petani agar bersedia untuk menerapkan metode SRI. Untuk
merumuskan strategi tersebut, dapat melihat dari faktor-faktor yang diduga dapat mendorong petani untuk menerapkan metode SRI. Identifikasi faktor tersebut
berdasarkan proposal penelitian Juanda et al. 2010. Faktor-faktor tersebut yaitu : 1.
Adanya jaminan kerugian dari pemerintah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hasil produksi padi metode SRI pada awal musim tanam cenderung menurun. Selain itu penanaman padi untuk
setiap lubang hanya satu benih, sehingga meningkatkan risiko tanaman padi tidak ada yang tumbuh jika terserang hama. Hal tersebut meningkatkan peluang
terjadinya penurunan produksi padi yang akan berakibat pada penurunan pendapatan. Kekhawatiran akan penurunan produksi padi membuat petani enggan
untuk menerapkan metode SRI pada lahan sawahnya. Untuk itu apabila ada ganti rugi dari pemerintah jika terjadi penurunan produksi, maka kemungkinan petani
akan bersedia untuk menerapkan metode SRI. Semakin besar jaminan kerugian yang ditawarkan pemerintah, maka semakin luas lahan yang besedia petani
terapkan metode SRI. 2.
Adanya pembayaran air irigasi sesuai volume kebutuhan air. Adanya anggapan air berlimpah dan murah, membuat petani tidak
berinisiatif untuk lebih hemat dalam penggunaan air. Petani merasa tidak perlu menggunakan metode SRI dan memilih metode konvensional karena air banyak
dan kadang tidak bayar. Fakta di lapangan menunjukan bahwa metose SRI hanya digunakan apabila ketersediaan air irigasi kurang pada musim kemarau.
Sedangkan jika air irigasi berlebih pada musim hujan, petani lebih memilih metode konvensional, sehingga penerapan metode SRI sering tidak kontinu.
Oleh karena itu, apabila air irigasi diberi harga berdasarkan volume kebutuhan air, maka kemungkinan petani akan bersedia menerapkan metode SRI.
Sumaryanto 2006 menjelaskan bahwa valuasi air irigasi berdasarkan volumetric pricing memang yang paling efektif. Namun dibutuhkan sarana serta
kelembagaan yang memadai. Kebutuhan air irigasi pada metode SRI yaitu sebesar
3.566 m
3
per hektar. Sedangkan pada metode konvensional kebutuhan air irigasi lebih tinggi yaitu sebesar 6.601 m
3
per hektar. Dengan menetapkan biaya air sesuai volume kebutuhan air, maka biaya air untuk metode SRI akan lebih rendah
dibandingkan biaya air metode konvensional. 3.
Adanya informasi yang lengkap mengenai metode SRI. Sebagian besar petani memang sudah mengetahui metode SRI secara
umum. Tetapi tidak semuanya mengetahui serta memahami secara mendalam. Sebagian besar petani hanya mengetahui bahwa metode SRI dapat meningkatkan
hasil produksi serta dapat meningkatkan kesuburan tanah. Namun sedikit yang mengetahui bahwa penerapan metode SRI pada awal musim tanam, hasil
produksinya akan menurun. Karena merasa kecewa dengan hasil produksinya, petani tidak bersedia untuk mencobanya lagi. Padahal peningkatan produksi padi
yang dijanjikan metose SRI akan terjadi setelah beberapa kali musim tanam. Hal ini diakibatkan tidak lengkapnya informasi tentang metode SRI yang diperoleh.
Untuk itu penting bagi petani untuk memahami metode SRI secara lengkap.
2.1.8. Percobaan Ekonomi