yang dinamakan kelompok yang kemudian ditentukan secara acak perlakuan di masing-masing kelompok. Tujuan dari pengelompokan ini adalah untuk membuat
keragaman-keragaman satuan percobaan di dalam masing-masing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar kelompok sebesar mungkin
Setiawan, 2009. Setiawan 2009 menjelaskan mengenai beberapa keuntungan RAK yaitu :
1. Lebih efisien dan akurat. Pengelompokan yang efektif akan menurunkan
Jumlah Kuadart Galat dan akan meningkatkan tingkat ketepatan. 2.
Lebih fleksibel. Ualngan serta perlakuan dapat di tambah sesuai kebutuhan percobaan.
3. Penarikan kesimpulan lebih luas.
Kerugian RAK diantaranya adalah : 1.
Memerlukan asumsi tambahan untuk beberapa uji hipotesis. 2.
Interaksi antar kelompok dan perlakuan sangat sulit. 3.
Peningkatan ketepatan pengelompokan akan menurun dengan semakin meningkatnya jumlah satuan percobaan dalam kelompok.
2.2. Penelitian Terdahulu
Gusty 2009 melakukan penelitian untuk mengetahui WTP masyarakat terhadap peningkatan pelayanan dan perbaikan aliran air dengan proyek WSLIC.
Alat analisis yang digunakan adalah menggunakan data kuantitatif dengan dua pendekatan yaitu : 1 untuk mengetahui nilai WTP rata-rata dengan
menggunakan rumus nilai tengah dan 2 untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam membayar iuran WSLIC untuk
peningkatan pelayanan BPS dalam mengelola WSLIC. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa nilai rata-rata WTP yang diberikan pelanggan berbeda
menurut kelompok pengguna. Untuk nilai WTP rata-rata kelompok pertama adalah sebesar Rp. 1000,00, nilai rata-rata kelompok kedua adalah sebesar Rp.
703,0303 dan nilai rata-rata kelompok ketiga sebesar Rp. 498,7273. Sedangkan faktor-faktor yang memengaruhinya adalah faktor tingkat pendapatan dan faktor
kelompok masyarakat pengguna air dengan proyek WSLIC. Faktor-faktor lainnya yaitu umur ,tingkat pendidikan, penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan
BPS dalam mengelola WSLIC, tingkat pengetahuan masyarakat mengenai iuran air , dan jumlah pemakaian air tidak berpengaruh.
Joewo 2003 meneliti mengenai kemauan dan kemampuan petani dalam membayar IPAIR serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Analisis data yang
digunakan adalah analisis regeresi logit multinominal. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa penghasilan bersih merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap kemauan petani dalam membayar IPAIR. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kemampuan petani dalam membayar IPAIR adalah jumlah
pendapatan bersih petani dan presentase besarnya volume air yang terpenuhi. Juanda, et al. 2010 meneliti mengenai nilai air irigasi melalui pendekatan
shadow price dengan lokasi penelitian di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang. Selain itu, dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan tarif iuran
air irigasi yang fair dengan menggunakan formula indeks pemakaian air. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa harga bayangan air shadow price irigasi
berdasarkan optimasi memaksimalkan pendapatan petani di Kabupaten Cianjur sebesar Rp. 3,712m
3
SRI dan Rp. 1,125m
3
konvensional. Sedangkan harga
bayangan air irigasi di Kabupaten Karawang sebesar Rp 1.138m
3
konvensional dan untuk metode SRI tidak terdapat harga bayangan. Kemudian berdasarkan
formula indeks pemakaian air, tarif ipair yang fair di Kabupaten Cianjur berkisar antara Rp. 123.000 sampai Rp. 136.000 per hektar per musim tanam, sedangkan
di Kabupaten Karawang berkisar antara Rp. 55.000 sampai Rp. 61.000 per hektar per musim tanam.
2.3. Kerangka Pemikiran