3.566 m
3
per hektar. Sedangkan pada metode konvensional kebutuhan air irigasi lebih tinggi yaitu sebesar 6.601 m
3
per hektar. Dengan menetapkan biaya air sesuai volume kebutuhan air, maka biaya air untuk metode SRI akan lebih rendah
dibandingkan biaya air metode konvensional. 3.
Adanya informasi yang lengkap mengenai metode SRI. Sebagian besar petani memang sudah mengetahui metode SRI secara
umum. Tetapi tidak semuanya mengetahui serta memahami secara mendalam. Sebagian besar petani hanya mengetahui bahwa metode SRI dapat meningkatkan
hasil produksi serta dapat meningkatkan kesuburan tanah. Namun sedikit yang mengetahui bahwa penerapan metode SRI pada awal musim tanam, hasil
produksinya akan menurun. Karena merasa kecewa dengan hasil produksinya, petani tidak bersedia untuk mencobanya lagi. Padahal peningkatan produksi padi
yang dijanjikan metose SRI akan terjadi setelah beberapa kali musim tanam. Hal ini diakibatkan tidak lengkapnya informasi tentang metode SRI yang diperoleh.
Untuk itu penting bagi petani untuk memahami metode SRI secara lengkap.
2.1.8. Percobaan Ekonomi
Rancangan percobaan Experimental Design merupakan suatu metode pengumpulan data yang efektif dalam mengkaji hubungan sebab akibat antar
peubah Juanda, 2009.
Metode eksperimental ekonomi juga dapat digunakan untuk mengumpulkan data sampel metode percobaan Aktif. Tujuan penerapan metode
eksperimental ekonomi dalam penelitian ini adalah untuk melihat faktor apa saja yang dapat memengaruhi petani dalam keputusan penerapan metode SRI.
Teori “Induced Value”, yang dikembangkan oleh Smith 1976 dalam Juanda 2009 dipercaya menjadi suatu inovasi metodologi andalan yang mampu
memberikan pengarahan kepada pelaksanaan eksperimen ekonomi terkendali. Ide dasar dari teori ini adalah bahwa penggunaan medium imbalan reward medium
yang tepat memungkinkan seorang experimenter atau peneliti untuk memunculkan induce karakteristik pelaku ekonomi tertentu dan karakteristik
bawaannya menjadi tidak berpengaruh lagi irrelevant. Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi eksperimental unit sama atau homogen maka peneliti
dapat melakukan percobaan karena prinsip dasar ”pengendalian lingkungan” sudah dilakukan.
Terdapat tiga persyaratan yang dianggap mencukupi untuk memunculkan karakteristik diatas yaitu
1. Monotonicity. Pelaku percobaan harus selalu menyukai imbalan yang lebih
besar, 2.
Salience. Imbalan yang diterima pelaku tergantung dari tindakan mereka dan pelaku-pelaku lain dalam percobaan sesuai aturan institusi yang
mereka fahami 3.
Dominance. Adanya dominasi kepentingan pelaku di dalam pelaksanaan percobaan, yaitu mereka lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan
hal-hal lain. Kelebihan metode percobaan dibandingkan dengan metode survei Juanda,
2009, antara lain: 1.
Peneliti memiliki keleluasaan untuk melakukan pengawasan terhadap sumber-sumber keragaman data.
2. Dapat menciptakan jenis perlakuan yang diinginkan dan kemudian
mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada responnya. 3.
Telaahnya bersifat analitik, yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antar berbagai faktor.
Dalam Mattjik dan Sumertajaya 2006 disebutkan ada tiga prinsip dasar dalam perancangan percobaan, yaitu:
1. Ulangan, yang fungsinya untuk:
Menghasilkan nilai dugaan bagi galat kekeliruan percobaan. Meningkatkan ketepatan percobaan dengan memperkecil simpangan
baku nilai tengah percobaan. Mengendalikan galat percobaan.
2. Pengacakan
Sebelum percobaan, pengalokasian subjek ke kelompok yang akan dicobakan dengan pengacakan randomization. Dengan pengacakan ini, dapat
dianggap bahwa subjek-subjek tersebut hanya berbeda karena faktor kebetulan dalam peubah yang dikaji. Tujuan pengacakan ini untuk mendapatkan dugaan tak
bias bagi galat percobaan dan nilai tengah perlakuan. 3.
Pengelompokkan kontrol lingkungan Peneliti harus mengontrol faktor-faktor lain yang mungkin memengaruhi
respon outcome.Tujuan pengendalian lingkungan ini untuk mengurangi galat percobaan.
2.1.9 Rancangan Acak Kelompok