Latar Belakang Perilaku Perempuan Islam Pemilih Pada Pemilukada Putaran II Kota Medan 2010 (Studi Kasus: Kemenangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin di Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku politik dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan kebijakan dan pelaksanaan keputusan politik. Dimana terdapat interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antar lembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku politik merupakan salah satu aspek dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Dalam hal ini dapat dikatakan perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik. 1 Pembahasan mengenai perilaku bisa saja terbatas pada perilaku perorangan saja, tetapi disisi lain dapat juga mencakup kesatuan-kesatuan yang lebih besar seperti organisasi kemasyarakatan, kelompok elit, gerakan nasional, atau suatu masyarakat politik. Pendekatan perilaku tidak menganggap lembaga-lembaga formal sebagai kerangka bagi kegiatan manusia. Jika penganut pendekatan perilaku mempelajari parlemen, maka yang dibahas antara lain perilaku anggota parlemen seperti pola pemberian suaranya voting behavior terhadap rancangan undang-undang tertentu apakah pro atau anti, dan mengapa demikian, pidato-pidatonya, cara berinteraksi dengan teman sejawat, kegiatan lobbying, dan latar belakang sosialnya. 2 Dalam perilaku politik ketika ruang bertarung dibuka, maka bagaimana cara menarik perhatian dan mendapatkan suara pemilih menjadi suatu hal yang signifikan. Karenanya mengenal perilaku dan sosio kultur pemilih adalah hal yang pasti dan harus dilakukan jika ingin memenangkan pertarungan. Perilaku politik dirumuskan 1 Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik, Semarang : IKIP Semarang Press, 1995, hlm. 2. 2 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum, 2008, hlm.75. Universitas Sumatera Utara sebagai kegiatan yang berkenan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan kekuasaan politik. Keikutsertaan seseorang dalam hal ini sebagai warga negara biasa maupun sebagai pengambil keputusan. 3 Dilihat dari kegiatannya, partisipasi politik dapat dibedakan menjadi partisipasi politik aktif dan partisipasi politik pasif. Partisipasi politik aktif dapat dilakukan melalui pengajuan alternatif mengenai kebijakan umum menyangkut kritik, membayar pajak, dan sebagainya. Partisipasi politik pasif ditunjukkan melalui kegiatan yang mencerminkan ketaatan dan penerimaan atas hal-hal yang telah menjadi keputusan pemerintah. Partisipasi aktif lebih berorientasi pada segi masukan dan keluaran dari suatu sistem politik. Sedangkan, orientasi partisipasi pasif hanya pada aspek keluaran dari sistem politik. Di samping itu, terdapat sejumlah warga negara tidak menunjukkan partisipasinya baik aktif maupun pasif karena beranggapan bahwa sistem politik yang ada tidak memenuhi harapan mereka. Kelompok itu biasa disebut sebagai golongan putih golput. Dalam struktur kehidupan bernegara, perempuan sebagai warga negara biasa dalam hal ini ikut berpartisipasi dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Partisipasi perempuan sangatlah penting karena teori demokrasi menyebutkan bahwa perlunya partisipasi politik masyarakat pada dasarnya disebabkan bahwa masyarakat tersebut sangat mengetahui apa yang mereka kehendaki. 4 Berdasarkan fakta keikutsertaan perempuan dalam pemilihan umum tahun 1955, pada masa Orde Lama, jumlah perempuan di DPR mencapai 17 orang, empat diantaranya dari organisasi Gerwani dan lima dari Muslimat NU. Pemilihan umum Secara nasional perempuan sebenarnya adalah bagian masyarakat yang lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki, namun perhatian dan pembicaraan tentang masalah-masalah perempuan masih sedikit atau terbatas. Persoalan politik dipahami sangat sempit yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan kekuasaan publik, terutama kekuasaan di tingkat elit dan cenderung mengesampingkan persoalan perempuan. 3 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia Widya Saran, 1992, hlm. 131. 4 Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta : Gramedia, 1982, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara pertama dinilai sebagai demokratis, dengan partisipasi perempuan dalam politik didasarkan pada kemampuan mereka sebagai pemimpin dari unit-unit yang ada dalam organisasi-organisasi partai. 5 Berbeda dengan periode Orde Lama Era Soekarno, pada masa Orde Baru era Soeharto dengan konsep partai mayoritas tunggal, representasi perempuan dalam lembaga legislatif dan dalam institusi-institusi kenegaraan, ditetapkan oleh para pemimpin partai di tingkat pusat. Akibatnya, sebagian perempuan yang menempati posisi penting memiliki hubungan keluargakekerabatan dengan para pejabat dan pemegang kekuasaan di tingkat pusat. Hal ini dimungkinkan karena dalam sistem pemilu proporsional pemilih tidak memilih kandidat orang, tetapi simbol partai, untuk berbagai tingkatan pemerintahan, yaitu tingkat kabupaten, propinsi dan nasional. Akibatnya, sebagian dari mereka tidak melewati tahapan dalam proses pencalonanpemilihan, dan mungkin tidak memiliki kemampuan mengartikulasikan kepentingan konstituennya. Dalam konteks ketidakadilan gender, maka secara terstruktur, perempuan akan selalu menjadi korban. Ideologi patriarkhi sangat melekat dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kata patriarkhi secara haraffiah berarti aturan rule bapak atau “patriarkh” dan pada mulanya digunakan untuk menunjukkan jenis tertentu rumah tangga besar large household. Patriarkhi yang meliputi perempuan, laki-laki muda, anak-anak, budak dan pembantu rumah tangga yang kesemuanya berada di bawah aturan laki-laki yang dominan ini. Patriarkhi adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan sistem sosial dimana kaum laki-laki sebagai kelompok dominan yang mengendalikan kaum perempuan. 6 5 Pada akhirnya, sistem yang cenderung patriarkhi menempatkan laki-laki dalam posisi dominan, dan juga mempengaruhi pandangan negara dan masyarakat bahwa arena politik tidak sesuai dengan stereotipe perempuan yang halus, lemah lembut, penyabar, dan jauh dari kompetisi. http:www.padang-today.comcomindex.php?articlej=1id=555, diakses pada hari Minggu tanggal 17 Juni 2012, pukul. 17:30 Wib. 6 Beilharz Peter, Teori-Teori Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002, hlm. 18. Universitas Sumatera Utara Dalam pandangan Islam, perempuan ditempatkan sejajar dengan laki-laki. Dimana perempuan dan laki-laki memiliki nilai manusiawi dan nilai amal yang sama dengan hak dan kewajiban yang seimbang sesuai fitrah dan kodratnya masing- masing. Dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, keduanya bagai sayap kanan dan sayap kiri yang bisa terbang bersama sesuai dengan fungsi dan posisi masing-masing dengan dibatasi oleh hukum dan ketentuan syariat Islam. 7 “Wahai manusia, Sungguhnya kami telah menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Penyayang.” Perempuan Islam harus memiliki kesadaran dan pengertian politik agar aktif terlibat dalam kehidupan politik, salah satu caranya adalah dengan ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah, dan pemilihan presiden. Allah Swt berfirman: 8 Dalam skripsi ini saya lebih memfokuskan penelitian terhadap perilaku pemilih perempuan terkhusus perempuan Islam karena menurut saya perempuan Islam memiliki keunikan tersendiri dimana ajaran agama Islam pada dasarnya menempatkan posisi mereka dengan sangat baik yaitu mereka memiliki kesetaraan dengan laki-laki. Namun disisi lain, sistem sosial yang cenderung patriarkhi mengikis kesempatan perempuan untuk terlibat aktif dalam kegiatan politik. Dimana seringkali pilihan perempuan dipengaruhi oleh suami maupun pihak keluarga. Dalam penelitian ini, peneliti memilih Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur Kota Medan karena sangat relevan dengan penelitian yang dilakukan. Secara umum daftar pemilih yang terdaftar di Kecamatan Medan Timur Kota Medan berjumlah 140.633 orang. Terdiri dari 70.512 laki-laki dan 70.121 perempuan. 9 7 St. Rogayah Buchorie, Wanita Islam: Sejarah Perjuangan dan Peranannya, Bandung: Baitul Hikmah, 2006, hlm. 4. 8 QS. Al-Hujarat [49]: 13. 9 Data diperoleh dari Komisi Pemilihan Umum KPU Kota Medan Universitas Sumatera Utara Kecamatan ini memiliki 11 Kelurahan, dimana salah satu kelurahan yang saya teliti adalah Kelurahan Perintis dengan jumlah penduduk di kelurahan tersebut 5.768 orang yang terdiri dari laki-laki berjumlah 2.672 orang dan perempuan berjumlah 3.096 orang. Kelurahan Perintis memiliki 9 tempat pemungutan suara TPS. Karena penelitian ini berfokus pada pemilih perempuan Islam maka berdasarkan data yang peneliti peroleh di Kelurahan Perintis terdapat 1.557 perempuan Islam yang terdaftar dalam DPT Kota Medan. Dan angka inilah yang akan digunakan peneliti untuk mencari sampel dalam melengkapi penelitian ini.

B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana perilaku

Dokumen yang terkait

Perilaku Pemilih pada Pemilukada Medan 2010 Putaran II Studi Kasus: Jemaat HKBP Resort Cinta Damai di Kec Medan Helvetia)

3 60 79

Analisis Wacana Kritis Berita Kampanye Pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin dan Sofyan Tan-Nelly Armayanti pada Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Medan 2010 di Harian Analisa dan Harian Sumut Pos

2 59 159

Partisipasi Politik Pemilih Pada Tingkat Pendidikan Formal Rendah Terhadap Pemilukada Kota Medan 2010 (Studi Kasus : Pemilihan Putaran Kedua di Lingkungan IV Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli)

0 30 70

Katalog Perpustakaan USU Tahun 2010 : Etnomusikologi

0 30 426

Katalog Perpustakaan USU Tahun 2010 : Sejarah

0 26 311

Katalog Perpustakaan USU Tahun 2010 : Sastra Indonesia

0 34 402

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN - Perilaku Perempuan Islam Pemilih Pada Pemilukada Putaran II Kota Medan 2010 (Studi Kasus: Kemenangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin di Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur)

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN - Perilaku Perempuan Islam Pemilih Pada Pemilukada Putaran II Kota Medan 2010 (Studi Kasus: Kemenangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin di Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur)

0 0 40

PERILAKU PEREMPUAN ISLAM PEMILIH PADA PEMILUKADA PUTARAN II KOTA MEDAN 2010 (studi kasus : Kemenangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin di Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur)

0 0 11

Perilaku Pemilih pada Pemilukada Medan 2010 Putaran II Studi Kasus: Jemaat HKBP Resort Cinta Damai di Kec Medan Helvetia)

0 0 8