Kelong pantai Trap Bubu Trap

8 jenis karang yang tumbuh pada suatu area sangat dipengaruhi oleh kondisi dan tekanan lingkungan serta faktor-faktor pembatas lainnya. Sebaran karang tidak hanya terdapat secara horisontal, tetapi juga secara vertikal. Pertumbuhan, penutupan, dan kecepatan tumbuh karang berkurang secara eksponensial dengan kedalaman. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan ekosistem terumbu karang antara lain: suhu, salinitas, cahaya, sedimentasi, arus dan gelombang Suharsono, 1996.

2.2 Alat tangkap ikan di terumbu karang

Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama dilakukan oleh manusia. Menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia telah melakukan penangkapan dengan menggunakan berbagai alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari berbagai jenis bahan seperti, batu, kayu, tulang dan tanduk Sudirman, 2004. Menurut Ayodhyoa 1981, alat penangkap ikan bermacam-macam diantaranya adalah pancing, bubu dan trawl dasar. Jenis alat tangkap pada saat ini sudah mengalami perkembangan, sebagai contohnya untuk menangkap ikan karang alat tangkap ikan yang digunakan diantaranya adalah bubu, rawai dasar, handline pancing ulur dan bahan bahan beracun dan muroami. Beberapa tahun terkhir ini banyak ditemukan nelayan yang menggunakan bahan peledak dan bahan beracun untuk menangkap ikan karang. Cara menangkap ikan yang terakhir di sebutkan sangat berbahaya baik bagi kelestarian sumberdaya ikan karang, keselamatan habitat terumbu karang, maupun diri nelayan itu sendiri.

2.2.1 Kelong pantai Trap

Kelong pantai juga disebut ” banjang”, ”bila”, ” belat”, ”sero”. Pada prinsipnya alat tangkap ini terdiri empat bagian penting yang masing –masing disebut : penajomain fence, sayap wing, badan body dan bunuhan crib. Badan tersebut terdiri atas kamar – kamar. Banyaknya kamar- kamar bervariasi, tergantung dari ukuran kelong Subani dan Barus, 1989 Sifat ikan umumnya berenang menelusuri pantai dan bila berpapasan dengan panajo ia cenderung akan membelok dan berenang menelusuri panajo ke 9 arah tempat yang lebih dalam dan akhirnya terperangkap masuk ke perangkap . Untuk kelong yang dipergunakan di pulau –pulau, pemasangan panajo tidak diletakkan secara tegak lurus dengan pantai tetapi justru sejajar dengan pantai Subani dan Barus, 1989. Pemasangan kelong dapat dilakukan ditempat-tempat yang relatif dangkal artinya pada waktu air pasang tergenang air , sedang waktu surut tidak tergenang air dan dalam kesempatan ini sekaligus digunakan untuk mengambil hasil tangkapannya Subani dan Barus, 1989. Gambar 2. Kelong pantai di Perairan Pulau Abang Kota Batam

2.2.2 Bubu Trap

Bubu merupakan alat tangkap dengan cara memerangkap ikan dengan atau tanpa bantuan umpan dan ikan masuk ke dalam perangkap secara sukarela dan tidak dapat meloloskan diri. Alat ini dirancang sedemikian rupa sehingga pintu masuk merupakan “pintu satu arah”, sehingga ikan bisa masuk tapi tidak mungkin keluar. Bubu bisa dibuat dari berbagai material seperti kayu, bambu, kawat besi Von Brandt 1984. Bubu yang umum dipakai di perairan Indonesia adalah jenis bubu dasar. Pengoperasian bubu dilakukan dengan cara meletakan bubu disela-sela karang atau tempat hunian ikan. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang berupa perangkap ikan dari bambu, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar Martasuganda 2008. 10 Pengoperasian bubu dilakukan secara berkala beberapa hari di lokasi yang sama dan kemudian berpindah tempat selama beberapa hari dan seterusnya. Nelayan secara berkala pula, setiap hari mengangkat bubu untuk mengambil ikan dan mengganti umpan. Sebelum alat tangkap bubu dimasukkan kedalam perairan maka terlebih dahulu dilakukan penentuan daerah penangkapan. Daerah penangkapan tersebut didasarkan pada tempat yang diperkirakan banyak terdapat ikan demersal, yang biasanya ditandai dengan banyaknya terumbu karang atau pengalaman dari nelayan Sudirman 2004. Bubu dapat dioperasikan hampir disemua jangkauan kedalaman perairan, baik di perairan pedalaman, estuaria atau di perairan pantai, hingga di perairan dengan kedalaman beberapa ratus meter untuk tipe-tipe tertentu. Gambar 3 Gambar 3. Pengoperasian bubu kawat di Perairan Pulau Abang Untuk menangkap ikan karang, bubu harus ditanam di karang. Itu artinya ada bagian karang yang harus dibongkar. Setelah beberapa waktu, bubu yang dipasang di tempat itu diangkat kembali. Akibatnya, rumah ikan tersebut jadi rusak Sudirman 2004 Berdasarkan cara operasi penangkapan, bubu dibagi menjadi 3 jenis yaitu, bubu dasar stationary fish pots, bubu apung floating fish pots dan bubu hanyut drift fish pots. Bubu yang paling banyak digunakan dalam perikanan Indonesia adalah bubu dasar. Pengoperasian bubu dilakukan dengan cara meletakan bubu diela-sela karang atau tempat hunian ikan. Sesuai dengan namanya, ikan yang tertangkap dengan alat ini adalah ikan dasar, ikan karang termasuk kerapu dan kakap merupakan ikan-ikan demersal dan udang Subani dan Barus 1989. 11 Subani dan Barus 1989, menyatakan bahwa Bentuk dari bubu bermacam- macam yaitu bubu berbentuk lipat, sangkar cages, silinder cylindrical, gendang, segitiga memanjakan kubus, atau segi banyak, bulat setengah lingkaran dan lain-lainnya. Secara garis besar bubu terdiri dari badan body, mulut funnel atau ijeb dan pintu. Badan bubu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu funnel berbentuk corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan bagaian tempat pengambilan hasil tangkapan. Dalam pengoperasiannya dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama, bubu dipasang secara terpisah umumnya bubu berukuran besar, satu bubu dengan satu pelampung. Cara kedua dipasang secara bergandengan umumnya bubu ukuran kecil sampai sedang dengan menggunakan tali utama, sehingga cara ini dinamakan “longline trap”. Untuk cara kedua ini dapat dioperasikan beberapa bubu sampai puluhan bahkan ratusan bubu. Biasanya dioperasikan dengan menggunakan kapal yang bermesin serta dilengkapi dengan katrol. Tempat pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang- karang atau bebatuan Subani dan Barus 1989. Bubu sendiri dalam operasionalnya untuk laut dalam bubu dasar sering dipakai benda berupa umpan untuk menarik perhatian ataupun dilepas tanpa menggunakan umpan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan dasar, ikan karang dan udang terperangkap pada bubu. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah tertarik oleh bau umpan, dipakai untuk tempat berlindung, sebagai tempat istirahat sewaktu ikan bermigrasi dan karena sifat thigmotaxis dari ikan itu sendiri Monintja dan Martasuganda 1991. Monintja dan Martasuganda 1991 mengemukakan bahwa bubu merupakan alat tangkap tradisional yang memiliki banyak keistimewaan, antara lain : 1 pembuatan bubu mudah dan murah; 2 mudah dalam pengoperasiannya; 3 hasil tangkapan diperoleh dalam keadaan segar; 4 tidak merusak sumberdaya, baik secara ekologi maupun teknik; 5 biasanya dioperasikan di tempat-tempat yang ada tangkap lain 12 Selain merancang dan melakukan penyediaan teknologi kelautan yang berhubungan dengan nelayan, sebagai langkah awal menuju perbaikan sector kelautan dan perikanan adalah melalui peningkatan wadah kelembagaan masyarakat pesisir. Teknologi yang diintroduksi adalah bubu besi yang dilengkapi dengan, perahu motor, tali, katrol dan pelampung tanda, kesemuanya ini untuk peningkatan usaha nelayan dan pendapatan, Monintja dan Martasuganda 1991.

2.2.3 Pancing handline