melakukan panen rumput laut dari jenis Macrocystis pyrifera di sepanjang pantai California Selatan. Produksi kedua terbesar dari Inggris, yaitu jenis Laminaria
hyperborean dan Ascophyllum nodosum Winarno 1990.
2.3.1. Struktur kimia alginat
Asam alginat merupakan senyawa awal prekursor dari garam alginat yang merupakan suatu polimer poliglukoronat yang terdiri dari asam
D-mannuronat dan asam L–guluronat yang terikat melalui atom-atom karbon 1 dan 4 melalui proses hidrolisis penguraian zat karena bereaksi dengan air
ringan dapat dipisahkan adanya tiga jenis potongan polimer asam alginat yaitu polimer mannuronat yang terdiri dari asam D-mannuronat, polimer guluronat yang
terdiri dari asam L-guluronat, dan polimer asam D-mannuronat dan asam L-guluronat yang terletak berselang-seling Winarno 1990. Alginat dimanfaatkan
karena sifat garamnya yang larut di dalam air dan membentuk larutan kental yang berkenaan dengan fungsinya sebagai pengental, pemantap, suspensi, pengemulsi,
dan pembentukan film Angka dan Suhartono 2000. Asam alginat bebas pada dasarnya tidak larut di dalam air, tetapi garam
amonium dan alkali metalnya mudah larut didalam air dingin, membentuk cairan kental. Garam alkali tanah dan ion golongan III bersifat tidak larut di dalam air,
sifat-sifat ini
memungkinkan pembentukan
gel alginat
Angka dan
Suhartono 2000. Natrium alginat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga garam alginat ini merupakan stabilisator emulsi dan suspensi Angka dan
Suhartono 2000. Kandungan kimia alginat tergantung dari jenis rumput laut yang diekstraksi. Chapman 1970 menyebutkan bahwa alginat dari rumput laut jenis
Laminaria mengandung 30-70 asam L-guluronat, sedangkan dari jenis Macrocystis hanya mengandung 20-40 . Struktur kimia alginat dapat dilihat pada
Gambar 2.
a. asam poliguluronat
b. asam polimannuronat
c. Kopolimer berganti
Gambar 2. Struktur kimia asam poliguluronat, polimannuronat dan kopolimer berganti pada alginat
Sumber: FAO 1997
2.3.2. Sifat dan standar mutu alginat
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat larutan alginat adalah suhu, konsentrasi, dan ukuran polimer. Faktor kimia yang berpengaruh adalah
sequestrant pengikat logam, serta garam monovalen dan kation polivalen Cottrel dan Kovacs 1980. Umumnya berbagai jenis alginat mempunyai sifat-sifat
fisik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat-sifat fisik alginat. Sifat fisik
Asam alginat Na-alginat
Propilen glikol alginat
Kadar air Kadar abu
Warna bubuk Berat jenis
Densitas kamba lbft
3
Suhu pencoklatan
o
C Suhu membara
o
C Suhu pengabuan
o
C Panas pembakaran Kalg
7 2
Putih -
- 160
250 450
2,8 13
23 Gading
1,59 54,62
150 340
480
2,5 13
10 Krim
1,46 33,71
155 220
400
4,44
Sumber: Kelco 1976 dalam Fardiaz 1989.
Adanya kation, pelarut, atau polimer lain pada umumnya mempengaruhi sifat-sifat hidrokoloid terlarut, yaitu peningkatan viskositas, pembentukan gel, dan
pengendapan. Senyawa ini akan berkompetisi dengan hidrokoloid dalam proses pengikatan air atau hidrasi dan dapat menyebabkan penurunan laju hidrasi King
1982 Larutan garam-garam alginat akan membentuk gel dalam larutan asam atau
dengan adanya kation Ca dan kation logam lainnya. Gel biasanya terbentuk dengan membebaskan ion Ca atau ion logam polivalen lainnya. Cara ini akan
menghasilkan gel dengan penampakan yang bening dan tidak meleleh pada suhu ruang Glicksman 1969. Alginat yang dipakai dalam industri makanan dan
farmasi harus memenuhi persyaratan bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan sehingga berwarna putih dan terang Winarno 1996. Standar mutu
internasional untuk asam alginat dan natrium alginat sesuai dengan Food Chemical Codex dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Standar mutu asam alginat dan natrium alginat. Karakteristik
Asam alginat Natrium Alginat
Kemurnian berat kering 91-104
90,8-106 Rendemen
20 18
Kadar CO
2
23 21
Kadar As 3 ppm
3 ppm Kadar Pb
0,004 0,004
Kadar abu 4
18-27 Susut pengeringan
15 15
Sumber: FAO 1981 dalam Fardiaz 1989
2.3.3. Ekstraksi natrium alginat