2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumput Laut
Rumput laut atau dikenal juga sebagai alga makro laut adalah biota laut yang tergolong tanaman berderajat rendah karena tidak memiliki perbedaan
susunan kerangka seperti akar, batang, dan daun. Sesungguhnya penampakan tersebut merupakan bentuk thallus saja, sehingga tumbuhan ini dinamakan
Thallophyta Yunizal 2004. Secara taksonomi rumput laut digolongkan menjadi empat kelas yaitu alga hijau Chlorophyceae, alga hijau biru Cyanophyceae,
alga merah Rhodophyceae, dan alga coklat Phaeophyceae. Pembagian ini berdasarkan pigmen yang dikandungnya. Alga hijau dan alga hijau biru banyak
yang hidup di air tawar, sedangkan alga merah dan coklat banyak di temukan di laut Yunizal 1999.
Keanekaragaman jenis rumput laut di perairan Indonesia cukup tinggi, di perairan Indonesia-Malaysia dilaporkan terdapat 624 jenis alga, yang termasuk
dalam 489 marga diantaranya 186 jenis termasuk alga merah. Namun sampai saat ini baru dikenal lima jenis yang bernilai ekspor tinggi, yaitu Gelidium, Gelidiella,
Hypnea, Eucheuma, dan Gracilaria. Dua jenis diantaranya sudah dibudidayakan dan berkembang di masyarakat, yaitu Eucheuma dan Gracilaria. Jenis-jenis
rumput laut secara ekonomi menjadi penting karena mengandung senyawa polisakarida. Rumput laut penghasil karaginan karaginofit, dan penghasil agar
agarofit termasuk kelas alga merah Rhodophyceae, sedangkan penghasil alginat alginofit dari kelas alga coklat Phaeophyceae Angka dan
Suhartono 2000. Rumput laut dapat dipertimbangkan sebagai sumber gizi karena pada
umumnya kandungan utamanya adalah karbohidrat gula atau vegetable gum, protein, sedikit lemak dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam
natrium dan kalium. Vegetable gum merupakan senyawa karbohidrat yang banyak mengandung selulosa dan hemiselulosa dan tidak dapat dicerna seluruhnya oleh
enzim dalam tubuh, sehingga dapat menjadi makanan diet dengan sedikit kalori dan bermanfaat pula untuk mencegah penyakit sembelit, wasir, dan kanker usus
besar serta mencegah kegemukan Yunizal 2004.
Alga coklat hampir tersebar diseluruh perairan Indonesia. Namun demikian pemanfaatannya masih sangat terbatas, bahkan sebaliknya sering dianggap sebagai
sampah laut karena pada musim tertentu banyak yang hanyut di permukaan laut dan terdampar di pantai karena tercabut atau patah akibat ombak yang besar atau
karena perubahan musim Yunizal 1999. Senyawa terbanyak yang terdapat pada alga coklat adalah alginat,
sedangkan senyawa kimia lain dalam jumlah yang relatif sedikit diantaranya laminarian, fukoidan, selulosa, manitol, dan senyawa bioaktif lainnya. Di samping
itu alga coklat juga mengandung protein, lemak, serat kasar, vitamin, dan zat anti bakteri serta mineral trace element Yunizal 2004.
2.2. Sargassum sp