berperan salam penentuan tingkat patogenitas bakteri Brenden dan Huizinga, 1986 dalam Riyanto, 1993.
Karakteristik bakteri A. hydrophila di perairan sangat beragam yang disebabkan oleh perbedaan produksi endotoksin dan eksotoksin yang tidak sama
untuk setiap galurnya Angka, 2005. Munro 1992 dalam Hanafi 2006 mengatakan bahwa endotoksin atau lipopolisakarida LPS dari bakteri Gram
negatif adalah toksik karena dapat menginduksi berbagai kondisi patologi, termasuk shock, hemoragik, fever, dan kematian.
2.5 Bahan Antibakteri
Bahan antibakteri adalah suatu senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh bakteri. Kualitas atau kemampuan daya
antibakterial ini ditentukan oleh aktivitas dan spektrum zat tersebut terhadap bakteri Agustian, 2007. Antibiotik yang bisa digunakan dengan baik, adalah
antibiotik yang memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Sifat toksisitas selektif artinya zat antibakteri tersebut harus toksik untuk bakteri tetapi tidak
toksik untuk inang host. Bila ada zat antibakteri yang sangat toksik untuk bakteri tetapi membahayakan untuk inang bukan kriteria antibakteri yang baik, bahkan
dianggap beracun. Karena dasar pengobatan terhadap suatu penyakit adalah usaha untuk menyembuhkan penyakit tersebut tanpa mengakibatkan adanya bahaya
ataupun adanya efek samping yang merugikan pengguna suatu obat-obatan. Kemampuan suatu zat antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain 1 Konsentrasi zat antibakteri, 2 Waktu kontak dengan zat antibakteri, 3 Suhu lingkungan, 4 Sifat-sifat bakteri
jenis, umur, konsentrasi, dan keadaan bakteri, 5 Sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, pH, dan jenis senyawa di dalamnya Davidson and
Branen, 1993 dalam Agustian, 2007. Zat antibakteri yang terdapat dalam tanaman khususnya rempah-rempah
juga dapat dimanfaatkan untuk menghambat pertumbuhan jasad renik. Rempah- rempah memiliki kemampuan untuk mensintesis komponen aroma seperti phenol
dan turunannya yang selain berfungsi sebagai pembentuk aroma juga mampu digunakan sebagai penghambat mikroorganisme, serangga, dan tanaman lain
Cowan, 1985. Salah satu jenis rempah-rempah yang telah diketahui mengandung zat antibakteri adalah bawang putih.
2.6 Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor penting untuk mendukung kehidupan ikan. Kualitas air yang kurang baik dapat menyebabkan ikan mudah terserang penyakit.
Suhu dapat diartikan sebagai derajat panas suatu perairan. Suhu sangat berpengaruh terhadap organisme di perairan dengan perannya sebagai controlling
faktor bagi perairan. Suhu sangat berperan dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Suhu juga mempengaruhi kelarutan oksigen dalam perairan.
Ikan tropis tumbuh dengan baik pada suhu air antar 25-32
o
C Boyd, 1982. Suhu air media pemeliharaan yang optimal berada dalam kisaran 28-30
o
C. Menurut Taufik 1984 dalam Ayuningtyas 2009, pada temperatur yang tinggi, bakteri A.
hydrophila dan Pseudomonas fluorescens akan lebih menyerang ikan, karena temperatur ini ikan mengalami stres sehingga daya tahan tubuhnya akan menurun.
Oksigen terlarut merupakan faktor yang dibutuhkan oleh ikan. Kandungan oksigen terlarut kurang dari 1 mgl akan mematikan ikan dan pada kandungan
antara 1-5 mgl cukup mendukung kehidupan ikan. Kandungan oksigen lebih dari 5 mgl merupakan kandungan yang menyebabkan pertumbuhan normal ikan
Boyd, 1982. Bakteri A. hydrophila, A. salmonicida, dan P. fluorescens dapat menyerang ikan dengan kondisi air dengan kadar oksigen terlarut rendah Taufik,
1984 dalam Ayuningtyas, 2009. Power of Hidrogen pH didefinisikan sebagai logaritma negatif dari
aktivitas ion hidrogen Dewi, 2007. Beberapa faktor yang mempengaruhi pH di perairan yaitu aktivitas fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation
Safitri, 2007. Efek pH terhadap organisme budidaya Boyd, 1982 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Efek pH terhadap organisme budidaya
pH Efek Terhadap Organisme
4 Mati
5 tidak bereproduksi, pertumbuhan terhambat
6 pertumbuhan terhambat
7 pertumbuhan baik
8 pertumbuhan baik
9 pertumbuhan terhambat
10 tidak bereproduksi, pertumbuhan terhambat
11 Mati
Sumber : Boyd 1982 Perairan kolam yang produktif dan ideal bagi kehidupan ikan dan
organisme lain adalah perairan dengan pH 6,5-9 Boyd, 1982. Pada pH antara 4- 6,5 dan pH antara 9-11 pertumbuhan ikan akan lambat. Kematian ikan akan
terjadi umumnya ketika perairan berubah menjadi sangat asam pH 4 atau menjadi sangat basa pH 11. Menurut Boyd 1982, kisaran pH 6,5-9,0
merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan ikan. Menurut Boyd 1982, zat beracun yang berbahaya bagi kehidupan ikan
lele adalah amonia. Amonia yang tinggi akan meningkatkan konsumsi oksigen pada jaringan dan menyebabkan kerusakan pada insang serta mengurangi
kemampuan darah dalam mentransportasi oksigen. Amonia merupakan racun bagi ikan. Konsentrasi amonia yang ideal dalam air bagi kehidupan ikan tidak boleh
melebihi 1 ppm, karena jika konsentrasinya berlebih akan menghambat daya serap hemoglobin dalam darah. Batas konsentrasi kandungan amonia yang dapat
mematikan kehidupan ikan lele adalah antara 0,1-0,3 mgliter air.
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat