perlakuan pencegahan mengalami peningkatan rata-rata bobot tubuh tertinggi kedua setelah perlakuan kontrol negatif.
Pada perlakuan pengobatan, ikan uji mengalami pertambahan bobot sebesar 4,58 ± 0,67. Bobot rata-rata pada awal perlakuan adalah 9,92 ± 0,86
gram dan pada akhir perlakuan sebesar 10,54 ± 1,51 gram. Pertambahan bobot rata-rata sampai pada akhir perlakuan adalah sebesar 6,23 ± 1,81. Pada
perlakuan pencegahan dan pengobatan menunjukkan hasil bahwa ikan uji mengalami pertambahan bobot rata-rata walaupun telah diinfeksi dengan bakteri
A. hydrophila. Hal ini membuktikan bahwa pemberian campuran ekstrak meniran dan bawang putih dalam pakan dapat meningkatkan nafsu makan ikan uji.
4.1.3.3 Mortalitas Ikan Uji
Gambar 7. Akumulasi mortalitas ikan lele dumbo Clarias sp. setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila selama perlakuan
Gambar 7 menunjukkan hasil perhitungan mortalitas harian ikan uji pada perlakuan kontrol negatif, kontrol positif, pencegahan dan pengobatan. Pada
kontrol negatif, tidak ditemukan adanya ikan uji yang mati selama perlakuan, sehingga mortalitasnya 00,00 ± 0,00. Akumulasi mortalitas rata-rata tertinggi
terdapat pada kontrol positif yaitu sebesar 66,67 ± 23,57 dan paling rendah adalah perlakuan pencegahan yaitu sebesar 41,67 ± 21,52. Mortalitas harian
tertinggi rata-rata terjadi pada hari ke-11 setelah penginfeksian bakteri. Pada
kontrol positif kematian tertinggi terjadi pada hari ke-10 dan 11 yaitu sebesar 12,50. Pada perlakuan pencegahan dan pengobatan, kematian rata-rata tertinggi
terjadi pada hari ke-11 dan hari ke-9 yaitu sebesar 16,67 dan 20,83. Ikan uji pada perlakuan pencegahan memiliki angka kematian yang paling rendah dan
berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol positif.
4.1.3.4 Gejala Klinis Ikan Uji
Pada perlakuan kontrol negatif, ikan uji tidak menunjukkan adanya kelainan klinis atau kematian sampai akhir perlakuan hari ke-17 setelah dilakukan
penyuntikan dengan PBS 0,1 mlekor Gambar 8.
Gambar 8. Ikan lele perlakuan kontrol negatif tidak megalami kelainan klinis hingga akhir perlakuan
Pada jam ke-15 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila 10
8
cfuml pada ikan, terjadi radang pada bagian bekas suntikan untuk perlakuan kontrol
positif, pencegahan dan pengobatan Gambar 9.
Gambar 9. Ikan lele mengalami kelainan klinis berupa radang pada daerah bekas suntikan pada jam ke-7
Ikan uji perlakuan kontrol positif, setelah diinjeksi hari ke-9 dengan bakteri A.hydrophila terlihat 3 ekor ikan mati dengan kelainan klinis berupa
radang Gambar 10, ikan yang mati terlihat matanya menonjol dan buta. 21 ekor
ikan uji mengalami gejala klinis berupa hemoragi. Pada hari ke-10, ikan uji mengalami gejala klinis berupa tukak dan 5 ekor ikan mati dengan gejala klinis
berupa tukak. Kematian ikan terus meningkat, pada hari ke-11 yaitu sebanyak 7 ekor ikan mati dengan gejala klinis berupa tukak. Pada hari ke-12 sampai akhir
perlakuan, tidak terdapat kematian pada ikan uji. Penyembuhan terjadi pada hari ke-12 sampai hari ke-17. Gambar 11 sampai 14 menunjukkan perkembangan
gejala klinis pada ikan uji.
Gambar 10.Ikan lele perlakuan kontrol positif mengalami kematian dengan kelainan klinis berupa radang, mata menonjol dan buta, sirip
mengalami hiperemia pada hari ke-9 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gambar 11. Ikan lele perlakuan kontrol positif mengalami kelainan klinis berupa hemoragi pada hari ke-9 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gambar 12. Ikan lele perlakuan kontrol positif mengalami kelainan klinis berupa tukak pada hari ke-11 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gambar 13. Ikan lele perlakuan kontrol positif mengalami kelainan klinis berupa tukak pada hari ke-14 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gambar 14. Ikan lele perlakuan kontrol positif mengalami penyembuhan tukak pada hari ke-17 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Pada perlakuan pengobatan, pada hari ke-9 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila, terdapat 20 ekor ikan uji mengalami kelainan klinis berupa
hemoragi, 3 ekor ikan mati dengan kelainan klinis berupa radang dan 1 ekor mati dengan kelainan klinis berupa hemoragi. Kematian tertinggi terjadi pada hari ke-
10, terdapat 13 ekor ikan mengalami kelainan klinis berupa tukak dan 7 ekor ikan mengalami kematian dengan kelainan klinis berupa tukak. Pada hari ke-11,
jumlah kematian ikan menurun. Sebanyak 3 ekor ikan mati dengan kelainan klinis
berupa tukak dan 11 ekor ikan mengalami perkembangan tukak. Ikan uji mengalami penyembuhan tukak mulai hari ke-13 setelah penginfeksian sampai
akhir perlakuan. Terdapat 2 ekor ikan yang mengalami proses penyembuhan. Gambar 15-17 menunjukkan perkembangan gejala klinis pada ikan uji yang
sama.
Gambar 15. Ikan lele perlakuan pengobatan mengalami kelainan klinis berupa hemoragi pada hari ke-9 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gambar 16. Ikan lele perlakuan pengobatan mengalami kelainan klinis berupa tukak pada hari ke-11 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gambar 17. Ikan lele perlakuan pengobatan mengalami penyembuhan tukak pada hari ke-17 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Pada perlakuan pencegahan, setelah 24 jam penginfeksian , terdapat 2 ekor ikan mati dengan kelainan klinis berupa radang, 1 ekor ikan mati dengan kelainan
klinis berupa hemoragi, 1 ekor mengalami kelainan klinis yaitu radang, 1 ekor mengalami tukak dan lainnya mengalami hemoragi. Kematian paling banyak
terjadi pada hari ke-10 setelah penginfeksian, sebanyak 4 ekor ikan mengalami kematian dengan kelainan klinis berupa tukak, dan 17 ekor ikan uji mengalami
kelainan klinis berupa tukak. Pada hari ke-11, sebanyak 2 ekor ikan mengalami kematian dengan kelainan klinis berupa tukak, dan 15 ekor ikan mengalami
kelainan klinis berupa tukak. Pada hari ke-12 sampai akhir perlakuan, ikan uji tidak mengalami kematian. Pada hari ke-16 dan 17, sebanyak 5 ekor ikan
mengalami penyembuhan total. Skor gejala klinis tertinggi terjadi pada hari ke-12. Gambar 18 sampai 20 menunjukkan perkembangan gejala klinis pada ikan uji
yang sama.
Gambar 18. Ikan lele perlakuan pencegahan mengalami kelainan klinis berupa radang pada hari ke-9 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gambar 19. Ikan lele perlakuan pencegahan mengalami kelainan klinis berupa tukak pada hari ke-11 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gambar 20. Ikan lele perlakuan pencegahan mengalami penyembuhan total pada hari ke-17 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
Gejala klinis didapatkan dari pengukuran diameter tukak yang terdapat pada tubuh ikan, kemudian dilakukan skoring. Gejala klinis menunjukkan seberapa
parah tubuh ikan terinfeksi bakteri. Pada Gambar 21 dapat dilihat hasil skoring ikan uji pada perlakuan kontrol positif, pencegahan, dan pengobatan. Pada
perlakuan kontrol positif, ikan uji mengalami skor rata-rata tertinggi pada hari ke- 10 setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila yaitu sebesar 7, 14. Kemudian
pada hari ke-11, skor rata-rata mengalami penurunan, hal ini dikarenakan banyaknya ikan uji yang mengalami kematian. Pada hari ke-12 skor rata-rata
kembali mengalami kenaikan menjadi 7,11. Pada hari ke-13 skor rata-rata kembali menurun, sampai akhir perlakuan skor rata-rata mengalami nilai yang sama.
Pada perlakuan pengobatan, skor rata-rata tertinggi terjadi pada hari ke-12 setelah penginfeksian dengan bakteri A. hydrophila. Pada hari ke-11, skor rata-
rata mengalami penurunan, dikarenakan banyaknya ikan uji yang mengalami kematian. Kemudian pada hari ke-13, skor mulai mengalami penurunan. Proses
penyembuhan gejala klinis mulai terjadi pada hari ke-13 sampai akhir perlakuan. Pada perlakuan pencegahan, skor rata-rata tertinggi terjadi pada hari ke-12
setelah penginfeksian dengan bakteri A. hydrophila yaitu sebesar 6,53. Kemudian menurun pada hari ke-13 sampai akhir perlakuan. Proses penyembuhan gejala
klinis mulai terjadi pada hari ke-13 sampai akhir perlakuan. Proses penyembuhannya berlangsung secara cepat dibandingkan dengan perlakuan
pengobatan dan kontrol positif.
Gambar 21. Skor gejala klinis ikan lele dumbo selama perlakuan setelah penginfeksian bakteri A. hydrophila
4.1.3.5 Pemeriksaan Organ Dalam Ikan Uji