2.4 Bakteri Aeromonas hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek dengan ukuran 1,0-1,5 x 0,7-0,8 µm. Tumbuh baik pada perairan
yang mengandung bahan organik tinggi. A. hydrophila tumbuh optimum pada suhu 20-30
o
C Kabata, 1985. Berdasarkan Austin dan Austin 1986, bakteri ini mampu tumbuh pada suhu 37
o
C. Selain itu bakteri ini juga bersifat fakultatif aerobik dapat hidup dengan atau tanpa oksigen yang mengubah karbohidrat
menjadi asam dan gas, tidak berspora, oksidatif fermentatif mampu memanfaatkan karbohidrat atau glukosa, bersifat motil bergerak aktif karena
memiliki flagel Monotrichous flagella yang keluar dari salah satu kutubnya, koloni bakteri ini pada media agar berwarna putih kekuningan, bentuk bulat
cembung, oksidase sitokrom dan reaksi katalase positif Skinner dan Carr, 1976. Bakteri ini senang hidup di lingkungan perairan bersuhu 15-30
o
C dan pH antara 5,5-9 Ghufran dan Kordi, 2004.
Pada beberapa kasus, kematian ikan akibat infeksi A. hydrophila tidak ditandai dengan kerusakan pada organ eksternal. Kerusakan dapat terjadi sebagai
akibat infeksi lokal pada tempat luka atau penempelan oleh parasit. Infeksi A. hydrophila dapat merupakan asosiasi dengan parasit, luka atau patogen lain.
Akibatnya seperti dikemukakan oleh Austin dan Austin 1986, bahwa bakteri ini akan semakin patogen dan membahayakan sistem kekebalan ikan budidaya.
A. hydrophila merupakan bakteri penyebab penyakit MAS Motile Aeromonad Septicemia Irianto, 2005. Menurut Amlachler 1961 dalam
Sniezko dan Axelrod 1971, serangan bakteri ini dapat terjadi dalam empat tingkat berbeda, sebagai berikut :
1. Laten, tidak memperlihatkan gejala penyakit, namun pada organ dalam terdapat bakteri penyebab penyakit.
2. Kronis, terlihat gejala tukak, bisul-bisul, dan abses yang perkembangannya berlangsung lama.
3. Sub akut, terlihat gejala dropsi, lepuh, dan pendarahan pada sisik. 4. Akut, merupakan septisemia yang fatal, infeksi cepat dengan akibat tanda-tanda
penyakit yang terlihat.
Ikan yang terinfeksi A. hydrophila memperlihatkan tanda-tanda berupa tingkah laku ikan tidak normal, berenang lambat, megap-megap di permukaan air,
dan nafsu makan menurun. Tanda lainnya seperti sirip rusak, kulit kering dan kasar, lesi kulit yang berkembang menjadi tukak, dan mata menonjol
exophthalmus, serta terkadang perut menggembung berisi cairan kemerahan. Penyakit ini bersifat musiman dan meningkat selama musim panas serta
berhubungan dengan populasi ikan yang mengalami stres Kabata, 1985. Kelainan klinis berupa hiperemia merupakan bentuk perlawanan terhadap adanya
bakteri patogen sehingga terjadi mobilisasi sel darah putih. Sel darah putih tersebut berfungsi sebagai imun pertahanan non spesifik yang akan melokalisasi
dan mengeliminasi patogen dengan cara fagositosis Anderson, 1974. Menurut Suzuki dan Lida 1992 dalam Darmanto 2003, hiperemia akan diikuti oleh
reaksi peradangan yaitu berupa tanda kemerahan di daerah sekitar luka yang merupakan reaksi mempertahankan diri pada daerah infeksi atau luka. Menurut
Oliver et al. 1981 dalam Riyanto 1993, patogen A. hydrophila mendegradasi jaringan organ tubuh serta mengeluarkan toksik yang disebarkan ke seluruh tubuh
melalui aliran darah sehingga menimbulkan warna kemerahan pada tubuh ikan. Reaksi radang merupakan reaksi mencegah masuknya mikroorganisme di
sekitar tempat infeksi. Peradangan terjadi di daerah sekitar masuknya patogen. Hal ini dikarenakan komponen yang lain berperan dalam proses pertahanan
seluler seperti leukosit akan memfagositosis patogen tersebut Anderson, 1974. Reaksi peradangan meliputi tiga tahap, yaitu : 1 terjadinya peningkatan suplai
darah ke daerah sekitar luka atau infeksi; 2 bertambahnya sifat permeabilitas pipa kapiler darah; 3 terjadinya proses migrasi leukosit yang keluar dari kapiler
dan masuk ke dalam jaringan secara merata. Bakteri A. hydrophila menghasilkan enzim dan toksin yang dikenal dengan
ekstraseluler atau ECP Extra Celluler Product yang mengandung sedikitnya aktivitas hemolisis dan protease yang merupakan penyebab patogenisitas pada
ikan Angka, 1997 dalam Angka, 2005. Apabila disuntikkan ke tubuh ikan, produk ekstraseluler ini dapat menimbulkan kematian dan perubahan jaringan.
Selain menghasilkan eksotoksin, bakteri A. hydrophila juga memproduksi endotoksin yang terdiri dari protein, lipid dan polisakarida. Endotoksin ini juga
berperan salam penentuan tingkat patogenitas bakteri Brenden dan Huizinga, 1986 dalam Riyanto, 1993.
Karakteristik bakteri A. hydrophila di perairan sangat beragam yang disebabkan oleh perbedaan produksi endotoksin dan eksotoksin yang tidak sama
untuk setiap galurnya Angka, 2005. Munro 1992 dalam Hanafi 2006 mengatakan bahwa endotoksin atau lipopolisakarida LPS dari bakteri Gram
negatif adalah toksik karena dapat menginduksi berbagai kondisi patologi, termasuk shock, hemoragik, fever, dan kematian.
2.5 Bahan Antibakteri