Keduapuluh  asam  amino  dapat  dibagi  menjadi  empat  kelas berdasarkan polaritas rantai sampingnya Damodaran, 1996:
1 Asam amino dengan rantai samping nonpolar hidrofobik
Kelompok  ini  terdiri  dari  asam  amino  alanin,  isoleusin,  leusin,  metionin, fenilalanin, prolin, triptofan, serta valin yang bersifat tidak larut dalam air.
Sifat  hidrofobik  akan  meningkat  dengan  bertambah  panjangnya  rantai samping alifatik.
2 Asam amino dengan rantai samping polar hidrofilik
Asam amino yang termasuk dalam kelompok ini adalah asam amino yang mempunyai  gugus  fungsional  netral,  polar,  serta dapat  membentuk  ikatan
dengan molekul air. Serin, treonin, tirosin, asparagin, glutamin dan sistein termasuk golongan hidrofilik karena memiliki gugus reaktif seperti gugus
hidroksil, gugus amida dan gugus tiol. 3
Asam amino dengan rantai samping yang bermuatan positif Lisin  dengan  gugus  epsilon  NH
2
,  arginin  dengan  gugus  guanidin  dan histidin dengan gugus imidasol digolongkan ke dalam kelompok ini.
4 Asam amino dengan rantai samping yang bermuatan negatif
Hanya  terdapat  dua  asam  amino  yang  memiliki  rantai  samping  yang bermuatan negatif, yaitu asam glutamat dan asam aspartat.
5. Protein Solubility
Protein  solubility  merupakan  sifat  fungsional  pertama  yang  biasanya diuji  pada  pengembangan  protein  sebagai  ingredien  yang  baru.  Kelarutan
protein  ini  berhubungan  dengan  sifat  fungsional  protein  yang  lainnya, terutama  pada  sifat  buih,  gel  dan  emulsi.  Protein  dengan  kelarutan  protein
yang  tinggi  memiliki  dispersabilitas  molekul  protein  yang  baik  dan  dapat membentuk sistem dispersi koloid yang baik pula.
Kelarutan  protein  dipengaruhi  oleh  komposisi  asam  amino,  berat molekul,  konformasi  protein,  dan  keseimbangan  antara  gugus  polar  dan  non
polar  pada asam amino. Selain itu,  terdapat beberapa faktor  lingkungan  yang mempengaruhi,  yaitu  kekuatan  ion,  tipe  pelarut,  pH,  suhu  dan  kondisi
pemrosesan Zayas, 1997.
Tingkat  kelarutan  protein  dalam  suatu  medium  cair  merupakan  hasil interaksi  elektrostatik  dan  hidrofobik  antara  molekul  protein  tersebut.
Kelarutan  dapat  meningkat  jika  gaya  elektrostatik  lebih  tinggi  daripada interaksi  hidrofobik.  Umumnya  kurva  kelarutan  protein  terhadap  pH
membentuk huruf U, di mana titik terendah berada pada pH isoelektrik. Pada pH  isoelektrik  pI  ini,  muatan  dari  protein  sama  dengan  nol.  Hal  ini
menyebabkan  interaksi  antar  protein  menjadi  maksimum  dan  menyebabkan ketidaklarutan protein Zayas, 1997.
Faktor  lainnya  seperti  kondisi  pemrosesan,  tipe  pelarut  dan  suhu berkaitan  dengan  struktur  protein  yang  terbentuk.  Jika  semua  faktor  tersebut
menyebabkan terjadinya denaturasi protein, maka kelarutan  dari protein akan menurun.
6. Daya Serap Air WHC
Daya  serap  air  water  holding  capacity  adalah  jumlah  air  yang terperangkap  dalam  matriks  protein  pada  kondisi  tertentu.  Daya  serap  air
berhubungan  dengan  jumlah  gugus  asam  amino  polar  yang  terdapat  dalam molekul protein. Gugus asam amino polar, seperti hidroksil, amino, karboksil,
dan  sulfihidril  memberikan  sifat  hidrofilik  bagi  molekul  protein  sehingga dapat menyerap atau mengikat air  Suwarno,2003.
Kemampuan  protein  menyerap  air  berperan  dalam  pembentukan tekstur produk pangan. Semakin banyak air yang diserap, maka semakin baik
tekstur dan mouthfeel bahan pangan tersebut. Pengikatan air bergantung pada komposisi dan konformasi antara molekul-molekul protein. Interaksi antara air
dan  gugus  hidrofilik  dari  rantai  samping  protein  dapat  terjadi  melalui  ikatan hidrogen.  Jumlah  air  yang  dapat  ditahan  oleh  protein  bergantung  pada
komposisi  asam  amino,  hidrofobisitas  permukaan,  dan  proses  pengolahan. Jumlah  air  yang  diikat  akan  meningkat  jika  kepolaran  protein  meningkat
Suwarno, 2003. Beberapa faktor  lingkungan  yang  dapat  mempengaruhi  daya  serap  air
adalah  pH,  suhu,  dan  kekuatan  ion.  Hal  tersebut  dapat  menyebabkan terjadinya  perubahan  konformasi  dan  polaritas  molekul  protein  Hutton  dan
Campbell,  1981.  Daya  serap  air  oleh  protein  juga  dipengaruhi  oleh konsentrasi protein dan adanya komponen lain, seperti polisakarida hidrofilik,
lemak, garam, lamanya pemanasan dan kondisi penyimpanan. Semakin tinggi konsentrasi  protein  dalam  suatu  bahan  pangan,  maka  daya  serap  airnya  pun
semakin baik Zayas, 1997. Garam  dapat  berkompetisi  dengan  protein  dalam  mengikat  air.
Konsentrasi garam tinggi dapat menyebabkan dehidrasi protein karena adanya kompetisi  antara  garam  dan    protein  sehingga  terjadi  penekanan  lapisan
elektrik  di  sekeliling  molekul  protein  dan  terjadi  perubahan  konformasi protein, penurunan hidrasi protein, dan pengendapan Suwarno, 2003.
Suhu  tinggi  dapat  mengurangi  daya  serap  air  oleh  protein.  Adanya pemanasan,  pemekatan,  pengeringan,  atau  pembentukan  tekstur  ini  dapat
mengakibatkan  denaturasi  protein  dan  transisi  konformasi  sehingga  terjadi pembukaan  rantai  polipeptida  dan  jumlah  asam  amino  polar  pada  protein
berkurang  Zayas,  1997.  Namun,  pemanasan,  agregasi,  dan  denaturasi tersebut  dapat  juga  menyebabkan  perubahan  konformasi  tertentu  sehingga
daya serap air meningkat Hutton dan Campbell, 1981.
7. Daya Serap Minyak