paru-paru, limpa dan kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Pada wanita, C. albicans
sering menimbulkan vaginitis dengan gejala utama fluor albus yang sering disertai rasa gatal. Infeksi ini terjadi akibat tercemar setelah defekasi, tercemar dari kuku atau air yang
digunakan untuk membersihkan diri; sebaliknya vaginitis Candida dapat menjadi sumber infeksi di kuku, kulit di sekitar vulva dan bagian lain.
Adapun Microsporum gypseum merupakan cendawan keratophilik geofilik. Kelembapan, pH, dan kontaminasi faeces menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya Emmons et al.
1977. Mikroorganisme ini memiliki dinding sel yang mengandung kitin bersifat heterotrof, menyerap nutrient melalui dinding selnya, dan mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluker ke
lingkungannya Indrawati 2006. Klasifikasi Microsporum gypseum menurut Wicaksana 2008 adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Famili : Arthrodermataceae
Genus : Microsporum
Spesies : Microsporum gypseum
Jamur Microsporum gypseum dapat ditularkan secara langsung baik melalui epitel kulit, rambut yang mengandung jamur, ataupun dari tanah. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh
jamur ini antara lain adalah tinea capitis, tinea favosa, dan tinea unguinum. Tinea capitis merupakan salah satu akibat dari infeksi dermatofita yang mengenai kulit kepala dan rambut
Moschella 1992. Tinea favosa merupakan salah satu bentuk infeksi kronik dari Microsporum gypseum
yang infeksinya dapat dimulai semenjak kanak-kanak dan jika tidak dapat ditangani dengan baik maka penderita akan menjadi carier selama hidupnya. Adapun tinea unguinum
adalah kerusakan pada dasar kuku yang dimulai dari tepi kuku. Pada kuku yang terinfeksi maka akan tampak ukuran kukunya mengecil, memiliki batas yang lebih tegas dibandingkan dengan
kuku yang sehat, dan ada bercak-bercak kuning atau putih yang tersebar pada basis kuku Rippon 1974.
Adapun Pseudomonas aeruginosa merupakan mikroorganisme yang tergolong ke dalam bakteri gram negatif aerob obligat, berkapsul, dan mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini
bersifat motil. Menurut Tranggono 2007 Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu jenis bakteri yang seringkali menyerang kosmetik. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim pyocynase
yang dapat menyebabkan penggunaan zat pengawet menjadi tidak berguna lagi. Kontaminasi Pseudomonas aeruginosa
dapat menyebabkan pembusukan kornea mata dan kebutaan. Adapun yang dimaksud kosmetik untuk daerah mata mencakup produk-produk yang mungkin kontak
dengan kornea mata, misalnya sampo, pembilas rambut, conditioner, krim-krim wajah, lotion, dan cleanser.
F. PERSONAL HYGIENE DAN SABUN TRANSPARAN
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Sedangkan kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Melihat hal itu
personal hygiene diartikan sebagai hygiene perseorangan yang mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk mencapai kebersihan tubuh, meliputi membasuh, mandi, merawat rambut, kuku,
gigi, gusi dan membersihkan daerah genital. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kesehatan
13
kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena mengganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut kurang diperhatikan dapat mempengaruhi kesehatan secara
umum Maria 2010. Sedangkan menurut Tarwoto 2003, personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu
personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Macam-macam personal hygiene yaitu perawatan kulit kepala dan rambut, perawatan mata, perawatan hidung, perawatan telingga, perawatan kuku kaki dan tangan, perawatan
genetalia, perawatan kulit seluruh tubuh, dan perawatan tubuh secara keseluruhan. Adapun tujuan personal hygiene yaitu meningkatkan derajat kesehatan seseorang,
memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal hygiene yang kurang, mencegah penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa percaya diri. Produk-produk yang
berfungsi sebagai perangkat personal hygiene antara lain adalah sabun, shampoo, pencuci mulut, salep, cream, dan produk perawatan tubuh lainnya.
Sabun menurut SNI 1994 adalah sabun natrium yang umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan
kesehatan. Sabun merupakan pembersih tubuh sehari-hari dimana dengan air sabun dapat membersihkan kotoran dari permukaan kulit seperti minyak, keringat, sel-sel kulit yang telah mati
dan sisa kosmetik. Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan atas tiga macam yaitu sabun opaque, sabun
translucent , dan sabun transparan. Menurut Mitsui 1997, sabun transparan pada dasarnya sama
dengan sabun mandi lainnya yaitu hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dengan basa kuat. Hal yang membedakan hanyalah penampakannya yang transparan.
Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara berbeda. Salah satu metode adalah dengan cara melarutkan sabun dalam alkohol dengan pemanasan lembut untuk membentuk
larutan jernih yang kemudian diberi pewarna, pewangi, maupun zat antioksidan. Untuk membentuk struktur transparan pada sabun maka dalam formulasi sabun transparan ditambahkan
beberapa bahan seperti gliserin, sukrosa, dan alcohol serta transparent agent lainnya. Mitsui 1997 menyatakan untuk melengkapi fungsi yang sama dengan gliserin dapat ditambahkan
beberapa bahan seperti propilen glikol, sorbitol, polietilen glikol, surfaktan amfoterik, dan surfaktan anionik.
Penambahan transparent agent serta bahan-bahan lainnya menyebabkan sabun transparan mengandung lebih sedikit massa sabun dibandingkan sabun mandi biasa. Sabun ini selain
penampakannya yang menarik, juga dapat merawat kulit yaitu memberi kelembapan pada kulit yang disebabkan oleh adanya kandungan gliserin dan gula pada formulasi sebagai humektan.
14
III. METODOLOGI PENELITIAN