ANALISIS TOTAL FENOL HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 5. Senyawa yang teridentifikasi pada ekstrak kasar maserasi dengan metode analisis GC-MS No RT menit Quality Berat Molekul gmol Nama Senyawa Area Keterangan 1 8.25 78 178.23 N-Phenylisobutyrohydrazide 0.43 2 8.29 83 124.13 2-Acetyl-5-methylfuran 0.56 flavor and fragrance agents 3 11.82 72 275.17 Urea, N-Butyl-N-3,4-Dichlorophenyl-N- Methyl 0.95 Herbicides 4 16.36 97 453.03 4-[2E-2-4-FluorobenzylideneHydrazino]-N- 2-Methylphenyl-4-Oxobutanamide 3.57 5 16.41 86 182.36 Phenylthiotrimethylsilane 1.64 Phenolic 6 17.44 90 247.02 Dimethyl 4-nitrophenyl ester Phosphoric acid 2.06 7 17.58 98 248.00 E-2-[3-Phenylthio-1-Propenyl]-1- Cyclohexanol 8.32 8 18.79 91 372.00 2-[5-1,1-DimethylethoxyBicyclo[4.4.1]Undeca- 2,4,6,8,10-Pentaen-2-Yl]-1,5,6-Trimethyl 1h- Benzimidazole 11.79 Azole 9 19.24 97 316.00 Methyl 1,4a-Dimethyl-6-Methylene-5-[2e-3- Methyl-2,4-Pentadienyl]Decahydro-1- Naphthalenecarboxylate 3.17 10 33.86 70 220.64 Diphenylchlorophosphine 10.4 Pada Tabel 5 di atas terlihat bahwa jenis senyawa-senyawa yang terkandung pada ekstrak kasar hasil maserasi cukup berbeda dengan senyawa-senyawa yang terkandung pada ekstrak maupun fraksi ekstrak metode soxhlet. Senyawa yang teridentifikasi pada ekstrak kasar maserasi ini beberapa diantaranya dikenali sebagai golongan fenol seperti phenylthiotrimethylsilane dan E-2-[3-phenylthio-1-propenyl]-1-cyclohexanol. Terdapat pula senyawa dari golongan azole yaitu 1h-benzimidazole. Perbedaan kandungan senyawa ini diperkirakan terjadi karena perbedaan metode ekstraksi yang tidak menggunakan panas sama sekali.

C. ANALISIS TOTAL FENOL

Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan mempunyai ciri yang sama, yaitu memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Senyawa- senyawa fenol adalah senyawa metabolit sekunder yang merupakan turunan dari pentose phosphate , shikimate, dan phenylpropanoid pathways pada tanaman. Kebanyakan senyawa- senyawa fenol berkonjungasi dengan mono dan polisakarida atau berikatan dengan satu atau lebih grup senyawa fenol dan juga bisa terjadi sebagai turunan fungsional seperti ester maupun metil ester. Harborne et al. 1987 mengklasifikasikan senyawa-senyawa fenol menjadi beberapa kelas meliputi: 1 senyawa fenol sederhana seperti benzoquinines; 2 asam hidroksibenzoat; 3 acetophenon dan asam fenil asetat; 4 asam hidroksisinamat, fenilpropanoid yang terdiri dari kaumarin, isokaumarin, kromone dan kromene; 5 naptoquinon; 6 xanthon; 7 stilben, antraquinon; 8 flavonoid dan isoflavonoid; 9 lignan dan neolignan; 10 biflavonoid; 11 lignin; dan 12 tannin terkondensasi. 28 Nilai Total Fenol F lainnya yang di cenderu biasany P dan ran adalah oksidas reagen, biru ses pada pa total fen N menggu pada La jarak pa Keterang Gamb P nilainya pagar y dengan TAE g sebesar fenol te M Namun yang sa asetat y total fen etil ase menggu 20 40 60 80 mg TAEg sampel Flavonoid mer seperti fenol imiliki oleh se ung mudah la ya terdapat dal Pada penelitia nting jarak pa reaksi antara si gugus fenol menjadi bent suai dengan k anjang gelomb nol ini. Nilai total fe unakan persam ampiran 3. A agar dapat dili gan: EKS Ekst EKM Ekst bar 9. Histogra Pada histogram a. Kandungan yang diekstrak ekstrak kasar g sampel, eks r 51.9 mg TAE erendah yaitu s Menurut Harb , pada hasil p ama yaitu met yang bersifat s nol tertinggi d etat, dan n-h unakan pelaru EKS 57.3 rupakan golon monosiklik s enyawa fenol arut dalam ai lam vakuola s an kali ini, per agar dilakuka a senyawa fe lik ROH de tuk quinoid R kadar fenol tot bang 760-765 enol sampel d maan regresi l Adapun kandu ihat pada Gam trak Kasar Soxh trak Kasar Mase am kandungan m di atas terlih n total fenol t ksi dengan m r hasil metode strak kasar ha E g sampel, sebesar 29.8 m borne 1987 engukuran nil tode soxhlet t semipolar. Ha dari lamun Syr heksana terd ut etil asetat ya EA 29.8 Jenis ngan fenol ter sederhana, fen dapat menye ir karena seri el Harborne rhitungan total an dengan me enol dengan engan campur R=O. Reduks tal yang berea 5 nm. Asam t diperoleh dar linear asam ta ungan total fe mbar 9 berikut hlet, EA Fraks erasi n total fenol ek hat bahwa kan ertinggi terda metode soxhle e soxhlet dipos asil metode m dan fraksi eta mg TAE g sam , senyawa fe lai total fenol erlihat bahwa al yang sama j ringodium iso apat pada e ang bersifat se Etas 60.4 s Zat rbesar, selain i nilpropanoid, erap kuat pada ng berikatan 1987. l fenol dari sa etode Follin- reagen Follin ran asam fosf si reagen Folli aksi. Selanjut tanat digunaka ri pengukuran anat. Rincian h fenol ekstrak t. si Etanol Air, E kstrakfraksi e ndungan total apat pada frak et yaitu sebes sisi kedua den maserasi di po anol air di pos mpel. enol cenderun dalam peneli a nilai total fen juga diungkap etifolium yang kstrak kasar emipolar. EKM 51.9 itu juga terdap dan kuinon fe a spektrum sin dengan gula ampel ekstrak Ciocalteu. Pr n-Ciocalteu . fotungstat dan in-Ciocalteu i tnya warna ini an sebagai sta n nilai absor hasil analisis dan fraksi ek Etas Fraksi Eti ekstrak daun d fenol pada tia ksi etil asetat ar 60.4 mg T ngan nilai tota osisi ketiga d sisi keempat d ng lebih laru itian ini, dalam nol tertinggi t pkan oleh Ukh g diekstraksi d yang dipero pat beberapa j fenolik. Gugus nar UV. Seny sebagai glik dan fraksi ek rinsip kerja m Reaksi ini m n asam molib ini menghasilk i dihitung inte andar pada pe rbansi dan pe total fenol da kstrak daun da il Asetat, dan ranting jar ap sampel berb daun dan ran TAE g samp al fenol sebesa dengan nilai t dengan kandu ut dalam pela m satu metode terdapat pada hty 2011 dim dengan pelaru oleh dengan 29 jenis fenol s aromatik yawa fenol kosida dan strak daun metode ini melibatkan dat dalam kan warna ensitasnya engukuran erhitungan apat dilihat an ranting rak pagar beda-beda nting jarak pel, diikuti ar 57.3 mg total fenol ungan total arut polar. e ekstraksi fraksi etil mana nilai ut metanol, ekstraksi Kejadian di atas dapat disebabkan karena pada tumbuhan seperti sampel yang diekstrak, banyak terdapat senyawa aglikon. Aglikon flavonoid adalah adalah polifenol yang memiliki sifat kimia seperti senyawa fenol. Struktur kimia senyawa ini terdiri dari gugus benzena nonpolar dan gugus hidroksil polar. Aglikon memiliki gugus benzena nonpolar dalam jumlah yang lebih banyak daripada gugus polarnya. Pelarut etil asetat merupakan senyawa kimia organik dengan rumus kimia CH 3 CH 2 OCOCH 3 . Pelarut ini memiliki sifat kimia yang sama dengan senyawa aglikon flavonoid yaitu memiliki gugus nonpolar yang lebih kuat daripada gugus polar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gugus alkana nonpolar yang lebih dominan daripada jumlah gugus oksigen yang mempunyai pasangan elektron bebas polar. Keadaan inilah yang diduga menyebabkan senyawa aglikon flavonoid atau polifenol yang terdapat pada fraksi etil asetat sampel lebih banyak dibandingkan yang terdapat pada ekstrak kasar maupun fraksi etanol air yang diekstrak menggunakan metode ekstraksi yang sama. Sehingga nilai total fenol tertinggi pun terdapat pada fraksi etil asetat daun dan ranting jarak pagar. Sedangkan bila dibandingkan antara ekstrak kasar hasil ekstraksi soxhlet dengan ekstrak kasar hasil ekstraksi maserasi, maka nilai total fenol yang lebih tinggi terdapat pada ekstrak kasar hasil ekstraksi soxhlet. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian panas pada saat ekstraksi mengakibatkan lebih banyak senyawa fenol yang terekstrak dari sampel dibandingkan tanpa pemberian panas sama sekali. Hal yang sama juga terlihat pada penelitian Vendity et al. 2009, dimana ekstrak teh hijau maupun teh hitam yang diekstrak menggunakan suhu 90 C memiliki kandungan senyawa fenolik yang lebih tinggi dibandingkan dengan teh yang diekstrak menggunakan air tanpa pemanasan. Ada beberapa dugaan mengapa kandungan total senyawa fenolik dapat meningkat pada suhu ekstraksi yang tinggi dengan pemanasan. Chism 1996 mengatakan bahwa beberapa senyawa fenolik terakumulasi pada vakuola sel tanaman. Randhir et al. 2008 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa proses pemanasan dapat membebaskan senyawa asam fenolik yang terdapat di dalam konstituen sel yang terlindungi oleh dinding sel tanaman. Ia menduga bahwa disosiasi senyawa fenolik terkonjungasi oleh proses termal yang diikuti oleh polimerasi atau oksidasi dari konstituens senyawa fenolik menyebabkan kenaikan tersebut. Kemungkinan lainnya, proses termal yang diberikan menyebabkan terbentuknya senyawa fenolik yang lain. Cheng et al. 2006 dalam penelitiannya juga menyatakan hal serupa dimana tepung biji gandum yang diberikan proses termal hingga 100 C mengalami peningkatan kandungan total senyawa fenolik seperti ferulic, syringic, vanilic, dan p-coumaric acids. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi degradasi senyawa fenolik terkonjungasi seperti tannin menjadi senyawa-senyawa fenolik sederhana sehingga nilai total fenol sampel yang diekstraksi dengan pemanasan dapat menjadi lebih tinggi dibanding yang diekstrak tanpa pemanasan. Bila dikaitkan dengan hasil analisis GC-MS, terlihat bahwa senyawa fenolik yang terkandung pada ekstrak kasar soxhlet antara lain adalah 2,3-dihydro-3,5 –dihydroxy-6-methyl, 4- phyran-4-one dan catechin. Pada fraksi etil etanol air senyawa fenolik yang terdeteksi yaitu 2,3- dihydro-3,5 –dihydroxy-6-methyl, 4-phyran-4-one. Adapun pada fraksi etil asetat senyawa fenolik nya berupa catechin. Sementara itu, walaupun hasil analisis total fenol pada ekstrak kasar maserasi tidak menunjukkan nilai yang paling tinggi, namun jenis senyawa fenol yang berhasil diidentifikasi pada ekstrak ini cukup banyak. Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah phenylthiotrimethylsilane dan E-2-[3-phenylthio-1-propenyl]-1-cyclohexanol. 30

D. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAN FRAKSI EKSTRAK